Friday, September 20, 2019

SAINS: Kematian Bukanlah Sebuah Takdir

Salah satu masalah umat manusia yang penting dan sampai sekarang belum terpecahkan adalah kematian.

Dulu - sebelum era modern - kematian diterima begitu saja sebagai takdir yang tak terhindarkan dan sebagai sumber makna. Agama-agama misalnya mengajarkan kepada manusia bahwa mereka harus menerima kematian dan berharap akan kehidupan sesudah mati - bukan berupaya mengatasi kematian dan hidup selamanya di Bumi.

Bagi sains kehidupan, kematian bukanlah sebuah takdir yang tak terhindarkan, akan tetapi lebih sebagai soal tekhnis. Orang mati bukan karena ditakdirkan oleh yang kuasa yang bertahta di langit sana. Tapi kematian hadir karena sebagai akibat dari berbagai kegagalan tekhnis - serangan jantung, kanker, infeksi. Dan setiap masalah tekhnis ada pemecahan tekhnisnya. Bila berdebar tak tentu misalnya, jantung bisa dirangsang dengan alat pacu jantung atau diganti dengan jantung baru. Bila mengamuk, kanker bisa dibunuh dengan obat-obatan atau radiasi. Bila memperbanyak diri, bakteri bisa ditundukkan dengan antibiotika.

Saat ini memang kita belum bisa membereskan semua masalah tekhnis itu. Namun kita sedang menuju ke sana untuk membereskannya. Para pemikir terbaik dibidang sains kehidupan, sekarang sedang sibuk menyelidiki sistim fisiologis kita, hormonal, dan genetik yang menyebabkan penyakit dan usia tua. Mereka mengembangkan obat-obatan baru, penanganan revolusioner, dan organ-organ buatan yang akan memperpanjang hidup kita dan suatu hari mungkin melenyapkan maut itu sendiri.

"Proyek terdepan Revolusi Sains adalah memberi umat manusia kehidupan abadi".

Tapi kapan janji itu bisa diwujudkan?

Para perekayasa genetika belum lama ini berhasil memperpanjang harapan hidup rata-rata cacing sebanyak enam kali lipat. Dapatkah mereka melakukan hal yang sama pada manusia? Para pakar nanoteknologi sedang mengembangkan sistim kekebalan bionik yang terdiri atas jutaaan nano robot, yang akan menghuni tubuh kita, membuka pembuluh darah yang tersumbat, memerangi virus dan bakteri, melenyapkan sel-sel kanker, dan bahkan membalikkan proses penuaan. Sejumlah cendikiawan serius mengajukan bahwa pada 2050, sejumlah manusia akan menjadi a-mortal (bukan imortal, karena mereka tetap bisa mati akibat kecelakaan, namun makhluk a-mortal, yang berarti selama tidak ada trauma mematikan, kehidupan manusia dapat berlangsung tanpa batas).

@AOS

No comments:

Post a Comment