Kita memiliki tiga otak yang hidup berdampingan dengan gelisah. Bukan satu. Pertama, dalam lekuk terdalam sel abu-abu kita, terdapat 'otak tua'
yang kita warisi dari reptil yang berjuang keluar dari lendir primal 500
juta tahun silam. Otak tua ini hanya terpaku pada soal kelangsungan
hidup sendiri tanpa impuls altruistik sama sekali. Mereka termotivasi
oleh mekanisme yang mendesak untuk makan, berkelahi,
melarikan diri jika perlu, dan berproduksi. Mereka sangat siap bersaing
dalam memperebutkan makanan, menguasai wilayah, dan mencari keamanan
secara alami meneruskan gen mereka sehingga impuls mementingkan diri
sendiri semakin menguat.
Kedua, sistim limbik. Beberapa saat setelah mamalia muncul. Sekitar 120
juta tahun silam. Terbentuk di atas otak inti yang diwarisi dari reptil.
Sistim limbik mendorong berbagai macam prilaku baru: perlindungan,
pengasuhan dan pembentukan ikatan dengan orang lain tak ternilai
harganya dalam perjuangan untuk bertahan hidup. Ini untuk pertama
kalinya makhluk hidup memiliki kemampuan untuk menghargai dan menyayangi
makhluk selain dirinya sendiri.
Ketiga, sekitar dua puluh ribu tahun lalu (Paleolitikum) manusia mengembangkan 'otak baru', apa yang disebut sebagai neokorteks, yakni tempat bersemayamnya kekuatan penalaran dan kesadaran diri yang memungkinkan kita bisa menahan diri dari nafsu primitif naluriah. Manusia yang ada sekarang tunduk pada impuls-impuls bertentangan dari tiga otak yang berbeda.
Hari ini, kaum positivis - yang percaya sains menjadi satu-satunya kreteria kebenaran - berpendapat bahwa gen kita secara tak terhindarkan bersifat egois dan kita terprogram untuk mengejar kepentingan diri kita sendiri tanpa peduli apapun akibatnya bagi saingan kita. 'Kita harus mendahulukan diri kita sendiri'. Egoisme ini berakar dalam 'otak tua' yang diwariskan kepada kita oleh reptil-reptil yang berjuang ke luar dari lendir primal sekitar 500 juta tahun yang lalu.
Dengan niat yang sepenuhnya terpusat pada kelangsungan pribadi, makhluk-makhluk ini termotivasi oleh mekanisme yang disebut oleh para ahli saraf sebagai 'empat FS': feeding, fighting, feeling, sex.
Ketiga, sekitar dua puluh ribu tahun lalu (Paleolitikum) manusia mengembangkan 'otak baru', apa yang disebut sebagai neokorteks, yakni tempat bersemayamnya kekuatan penalaran dan kesadaran diri yang memungkinkan kita bisa menahan diri dari nafsu primitif naluriah. Manusia yang ada sekarang tunduk pada impuls-impuls bertentangan dari tiga otak yang berbeda.
Hari ini, kaum positivis - yang percaya sains menjadi satu-satunya kreteria kebenaran - berpendapat bahwa gen kita secara tak terhindarkan bersifat egois dan kita terprogram untuk mengejar kepentingan diri kita sendiri tanpa peduli apapun akibatnya bagi saingan kita. 'Kita harus mendahulukan diri kita sendiri'. Egoisme ini berakar dalam 'otak tua' yang diwariskan kepada kita oleh reptil-reptil yang berjuang ke luar dari lendir primal sekitar 500 juta tahun yang lalu.
Dengan niat yang sepenuhnya terpusat pada kelangsungan pribadi, makhluk-makhluk ini termotivasi oleh mekanisme yang disebut oleh para ahli saraf sebagai 'empat FS': feeding, fighting, feeling, sex.
Leluhur
reptil kita, karenanya, hanya tertarik pada status, kekuasaan, kontrol,
wilayah, sex, keuntungan pribadi, dan kelangsungan hidup. Homo sapiens
telah mewarisi sistim neuologis ini: sistim ini terletak di hipotalamus
di dasar otak, dan berkat itulah spisies kita sintas. Emosi-emosi yang
dimunculkannya kuat, otomatis, dan 'semua tentang aku'.
#Compassion
@AOS
#Compassion
@AOS
No comments:
Post a Comment