Dalam catatan sejarah, sistem Ptolemaik bertahan selama 13 abad,
yaitu dari abad ke-2 Masehi hingga abad abad ke-17 M. Jadi dalam 13 abad
tersebut tidak ada penemuan yang cukup signifikan hingga pada penemuan
Coeprnicus (1543 M), Kepler (1571-1630 M), Galileo (1564-1642 M), dan
Newton (1642-1727 M).
Pada abad ke-18 sains modern melakukan perubahan besar-besaran yang kemudian dikenal sebagai gerakan renaisans. Zaman ini merupakan zaman pencerahan, zaman yang menandai keterpisahan dari masa lampau dengan memusatkan perhatian pada keduniawian dalam skala yang cukup besar.
Pada abad ini, sains tidak hanya bergelut dalam bidang ilmu perbintangan dan kajian tentang fenomena alam, akan tetapi sains menjadi dasar bagi pengembangan teknologi yang riil yang menfokuskan diri pada penemuan masalah kelistrikan dan kemagnetan di satu pihak dan penemuan alat-alat di pihak lain. Ditemukannya mesin uap, mesin pembangkit muatan listrik secara mekanis, kondensor untuk mengumpulkan dan menyimpan muatan listrik, penggunaan tehnik-tehnik baru dalam industri kecil dan lain sebagainya.
Pada abad selanjutnya, yaitu abad ke-19 sains modern semakin berkembang pesat, banyak observasi dilakukan dan banyak pula yang dihasilkan: John Dalton (1766-1844 M) menemukan bahwa semua materi tersusun dari atom-atom yang mempunyai berat spesifik yang unik; James Prescott Joule (1818-1889 M) menemukan hukum konservasi energi (pengawetan energi); Charles Darwin (1802-1882 M) menyatakan dan merumuskan teori evolusi spesies yang terjadi melalui seleksi alam; Louis Pasteur (1822-1855 M) menemukan bakteri dan mengidentifikasi beberapa prilakunya; Heinrich Hertz (1857-1894 M) menemukan gelombang tak tampak yang kemudian dilanjutkan oleh Maxwell (1880 M) yang merumuskan frekuensi radio yang dimanfaatkan oleh Guglielmo Marconi (1874-1937 M) dalam membangun industri komunikasi yang melintasi samudra Atlantik; W.K. Röntgen (1845-1923 M) menemukan radiasi jenis baru yang bisa menembus daging; Antoine Becquerel (1852-1908 M) menemukan radiasi yang sama yang kemudian dikenal sebagai radioaktif; J.J. Thompson (1856-1940 M) menemukan bahwa atom mempunyai bagian-bagian; Max Planck (1858-19547 M) yang merasa tertarik dalam matematisasi gagasan tentang fenomena alam, untuk menjelaskan kenaikan energi yang dipancarkan pada frekuensi tertentu seiring dengan kenaikan temperatur, menyatakan bahwa radiasi pada frekuensi tertentu hanya eksis sebagai kuanta: yaitu makin besar frekuensi, makin besar pula energi kuanta yang bersangkutan, dan beberapa penemuan lainnya.
Revolusi yang tak kalah pentingnya adalah pada penemuan Albert Einstein (1879-1955 M) yang berhasil merumuskan teori relativitas, dan berdampak penting pada pemahaman manusia atas ruang, waktu, energi dan materi, serta menjadi cikal bakal lahirnya kosmologi modern, yang memunculkan berbagai gagasan tentang model alam semesta.
Pucak penemuan terjadi pada seperempat pertama abad ke-20, yaitu karya Werner Heisenberg (1901-1976 M) dan Erwin Schrödinger (1887-1961 M) dalam penelitian yang terpisah, menyatakan ketidakpastian kuantum yang kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg. Menurut prinsip ini, semakin akurat kita menentukan posisi suatu partikel, semakin tidak akurat kita menentukan momentumnya (kuantitas gerak).
Sumber tulisan:
Pada abad ke-18 sains modern melakukan perubahan besar-besaran yang kemudian dikenal sebagai gerakan renaisans. Zaman ini merupakan zaman pencerahan, zaman yang menandai keterpisahan dari masa lampau dengan memusatkan perhatian pada keduniawian dalam skala yang cukup besar.
Pada abad ini, sains tidak hanya bergelut dalam bidang ilmu perbintangan dan kajian tentang fenomena alam, akan tetapi sains menjadi dasar bagi pengembangan teknologi yang riil yang menfokuskan diri pada penemuan masalah kelistrikan dan kemagnetan di satu pihak dan penemuan alat-alat di pihak lain. Ditemukannya mesin uap, mesin pembangkit muatan listrik secara mekanis, kondensor untuk mengumpulkan dan menyimpan muatan listrik, penggunaan tehnik-tehnik baru dalam industri kecil dan lain sebagainya.
Pada abad selanjutnya, yaitu abad ke-19 sains modern semakin berkembang pesat, banyak observasi dilakukan dan banyak pula yang dihasilkan: John Dalton (1766-1844 M) menemukan bahwa semua materi tersusun dari atom-atom yang mempunyai berat spesifik yang unik; James Prescott Joule (1818-1889 M) menemukan hukum konservasi energi (pengawetan energi); Charles Darwin (1802-1882 M) menyatakan dan merumuskan teori evolusi spesies yang terjadi melalui seleksi alam; Louis Pasteur (1822-1855 M) menemukan bakteri dan mengidentifikasi beberapa prilakunya; Heinrich Hertz (1857-1894 M) menemukan gelombang tak tampak yang kemudian dilanjutkan oleh Maxwell (1880 M) yang merumuskan frekuensi radio yang dimanfaatkan oleh Guglielmo Marconi (1874-1937 M) dalam membangun industri komunikasi yang melintasi samudra Atlantik; W.K. Röntgen (1845-1923 M) menemukan radiasi jenis baru yang bisa menembus daging; Antoine Becquerel (1852-1908 M) menemukan radiasi yang sama yang kemudian dikenal sebagai radioaktif; J.J. Thompson (1856-1940 M) menemukan bahwa atom mempunyai bagian-bagian; Max Planck (1858-19547 M) yang merasa tertarik dalam matematisasi gagasan tentang fenomena alam, untuk menjelaskan kenaikan energi yang dipancarkan pada frekuensi tertentu seiring dengan kenaikan temperatur, menyatakan bahwa radiasi pada frekuensi tertentu hanya eksis sebagai kuanta: yaitu makin besar frekuensi, makin besar pula energi kuanta yang bersangkutan, dan beberapa penemuan lainnya.
Revolusi yang tak kalah pentingnya adalah pada penemuan Albert Einstein (1879-1955 M) yang berhasil merumuskan teori relativitas, dan berdampak penting pada pemahaman manusia atas ruang, waktu, energi dan materi, serta menjadi cikal bakal lahirnya kosmologi modern, yang memunculkan berbagai gagasan tentang model alam semesta.
Pucak penemuan terjadi pada seperempat pertama abad ke-20, yaitu karya Werner Heisenberg (1901-1976 M) dan Erwin Schrödinger (1887-1961 M) dalam penelitian yang terpisah, menyatakan ketidakpastian kuantum yang kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg. Menurut prinsip ini, semakin akurat kita menentukan posisi suatu partikel, semakin tidak akurat kita menentukan momentumnya (kuantitas gerak).
Sumber tulisan:
- Hawking, Stephen W, A Brief History of Time: from the Big Bang to Black Holes, Toronto: Bantam Books, 1988.
- Hawking, Stephen W, A Brief History of Time: From the Big Bang to Black Holes,Toronto: Bantam Books, 1988. Riwayat Sang Kala: Dari Dentuman Besar hingga Lubang Hitam, terj. A. Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1994.
- Peters, Ted, et.al. ed, God, Life, and the Cosmos: Christian and Islamic Perspectives, Inggris: Ashgate Publishing Ltd, 2002. Tuhan, Alam, Manusia Perspektif Sains dan Agama, terj. Ahsin Muhammad, et.al., Bandung: Mizan, 2006.
- Barbour, Ian G., When Science Meets Religion: Enemies, Strangers, or Partners?, San Francisco: Publishers, Inc., 2000. Juru Bicara Tuhan Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan, 2002.
No comments:
Post a Comment