Friday, September 20, 2019

Ibn Al-Arabi: TUHAN

Tuhan tidak bisa diringkas dalam satu ekspresi manusiawi karena realitas suci itu tidak terbatas.

Ibn Al-Arabi mengatakan, 'Setiap wujud memiliki Tuhannya sendiri-sendiri. Dia tidak mungkin memiliki keseluruhannya. Keseluruhan realitas Tuhan tidak bisa dikenal'.

Ketuhanan dan kemanusiaan merupakan dua aspek kehidupan ilahiah yang menggerakkan seluruh kosmos.

Arabi tidak bisa menerima gagasan bahwa satu orang manusia saja, betapapun sucinya, bisa menampung ketidakterbatasan realitas Tuhan. Sebaliknya, dia percaya bahwa masing-masing manusia merupakan Avatar unik bagi yang ilahi.

Dari tesis itu dia mengembangkan simbol manusia sempurna (insan al-kamil) yang menumbuhkan misteri Tuhan yang diwahyukan di setiap generasi demi kepentingan generasi sezamannya, meskipun tidak merupakan inkarnasi dari seluruh realitas ketuhanan atau esensinya yang tersembunyi.

Setiap manusia kata Karen, memiliki pengalaman unik tentang Tuhan, maka tak ada satu agama apa pun yang bisa mengungkapkan keseluruhan misteri ketuhanan. Tak ada kebenaran obyektif tentang Tuhan yang mesti dianut oleh semua orang karena Tuhan ini transenden terhadap semua kategori pribadi, segala prediksi tentang prilaku dan kecendrungannya adalah mustahil. Karena itu setiap chauvinisme tentang agama sendiri dengan mengorbangkan agama orang lain jelas tidak bisa diterima, sebab tak satu agama pun memiliki seluruh kebenaran tentang Tuhan.

Arabi juga mengembangkan sikap yang positif terhadap agama-agama lain, seperti yang ditemukan di dalam Al-Qur'an, dan membawanya ke arah toleransi baru yang ekstrem. Katanya:

Hatiku mampu menerima berbagai bentuk,
Biara bagi sang rahib, kuil bagi arca-arca,
Padang rumput bagi rusa-rusa, peziarah bagi Ka'bah,
Lembaran Taurat, Al-Qur'an.
Cinta adalah Iman yang kujungjung: kemana pun menuju
Unta-untanya, Iman yang benar adalah Imanku.

Semuanya merasakan ketenteraman, karena semuanya menyediakan pemahaman yang sah tentang Tuhan.

Arabi kemudian mengemukakan sarannya:

Jangan ikat dirimu pada sebuah keyakinan secara eksklusif sehingga engkau mungkin mengingkari yang lain; karena dengan demikian engkau akan kehilangan banyak kebaikan, tidak, engkau akan gagal mengenali kebenaran yang sejati. Tuhan, yang Mahaberada dan Maha Berkuasa, tidak bisa dibatasi oleh keyakinan apa pun. Sebab dia berfirman, "Ke mana pun engkau memalingkan pandanganmu, maka di sanalah ada wajah Allah" (QS-Al-Baqarah [2]:109).

Semua orang akan mengagungkan apa yang dipercayainya. Tuhannya adalah apa yang diciptakannya sendiri, dan memujanya berarti memuja dirinya sendiri. Akibatnya, dia akan menyalahkan keyakinan orang lain, yang tak akan dilakukannya jika seandainya dia adil, tetapi kebenciannya didasarkan pada kebodohan.

@AOS

No comments:

Post a Comment