Friday, September 6, 2019

Tuhan dan Einstein

Apa yang baru saja Tuhan lakukan untuk Anda?

Dalam memenuhi kebutuhan Anda dan keluarga, manakah yang lebih efektif, memiliki keimanan ataukah bekerja keras?

Pernakah Anda benar-benar membiarkan Tuhan menyelesaikan sebuah masalah yang sangat berat untuk Anda?

Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan terjadi di dunia? Apakah ini semua hanyalah sebuah permainan ataukah sebuah janji kosong bahwa ada Tuhan yang maha Pengasih?

Bagi jutaan orang di Barat, pertanyaan-pertanyaan seperti itu bahkan tidak lagi dianggap penting.

Teknologi berikutnya yang akan meningkatkan kehidupan kita selalu muncul. Tuhan yang dianggap penting pada abad ke-21 sudah musnah?

Dalam usianya yang paruh baya, Einstein pernah menggaungkan kesadaran mati rasa yang dimiliki oleh jutaan orang setelah Perang Dunia I dan Depresi Besar, bahwa Tuhan yang Maha Penyayang tidak akan turut campur dalam bencana-bencana terbesar. Tuhan impersonal bersembunyi di balik tabir setiap materi.

Einstein mengatakan bahwa, "saya tidak percaya soal keabadian dan juga tidak percaya soal kehendak bebas - hukum-hukum yang mengatur nasib manusia sudah tetap sama seperti hukum-hukum fisika".

Einstein juga menulis, "Yang membedakan saya dari mereka yang paling sering disebut ateis adalah perasaan rendah hati terhadap rahasia-rahasia yang tak terjangkau tentang harmoni kosmos". Dalam kredonya tahun 1930, "What I Believe - Apa yang Kuyakini," ada kalimat berbunyi: "untuk merasa bahwa di balik segala sesuatu yang bisa dialami terdapat sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh pikiran kita, yang keindahan dan sublimitasnya mencapai kita hanya secara tak langsung, itulah yang disebut kereligiusan.

Pada suatu waktu seorang Rabi terkemuka bertanya kepada Einstein melalui telegram, "Apakah Anda percaya pada Tuhan"? Einstein menjawab, " Saya percaya pada Tuhan ala Spinoza (filsuf asal Belanda) yang menyingkap diri-Nya dalam harmoni sesuai hukum dari semua yang ada, tetapi saya tidak percaya pada Tuhan yang melekati diri-Nya dengan penguasaan nasib dan perbuatan umat manusia".

@AOS

No comments:

Post a Comment