Sunday, September 1, 2019

Mengapa "ADA"?

Kosmolog Paul Davies pernah mengungkapkan betapa dalamnya rasa kagum dan sukacita yang muncul ketika ia merenungkan pertanyaan paling fundamental tentang keberadaan. Mengapa kita “ada” di alam semesta ini, yang dimulai sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu melalui peristiwa Dentuman Besar? Pertanyaan ini bukan hanya soal waktu dan ruang, tetapi juga mengenai alasan mengapa sesuatu, bukan ketiadaan, yang menjadi kenyataan. Mengapa hukum-hukum alam, seperti elektromagnetisme dan gravitasi, muncul dan berlaku dengan cara tertentu? Apa yang membuat hukum-hukum ini ada dan tetap konsisten? Apa tujuan sebenarnya dari keberadaan kita di tengah jagat raya yang begitu luas ini? Semua pertanyaan tersebut sejauh ini belum memiliki jawaban definitif, namun justru dari ketidakpastian itulah muncul keindahan dan kekaguman yang mendalam.

Filsuf Karl Popper, dengan pendekatannya yang terkenal dalam ilmu pengetahuan, menegaskan bahwa pengakuan akan ketidaktahuan kita adalah kunci utama dalam pemahaman filosofis. “Kita tidak tahu apa-apa,” katanya, bukan sebagai bentuk putus asa, melainkan sebagai panggilan untuk terus berusaha memahami lebih jauh dan tidak mudah merasa puas dengan jawaban sementara. Kesadaran bahwa pengetahuan manusia terbatas membuka ruang untuk eksplorasi tanpa henti, mendorong para ilmuwan dan filsuf untuk terus menggali dan mempertanyakan realitas.

Dalam perjalanan mencari jawaban itu, kebahagiaan intelektual dan spiritual sering kali muncul dari secercah cahaya — pemahaman baru yang memberi makna pada dunia yang penuh misteri. Ketika kita mampu melihat sekilas keindahan dan keteraturan alam semesta, kita juga merasakan adanya sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri. Pengalaman seperti ini menjadi sumber kebahagiaan sekaligus kerendahan hati, mengingatkan kita bahwa keberadaan kita di dunia ini bukanlah kebetulan semata.

Albert Einstein adalah salah satu tokoh yang mengalami pengalaman ketakjuban ini dengan sangat mendalam. Ia pernah menyatakan bahwa menyadari ada sesuatu yang melampaui kemampuan pemahaman kita—sesuatu yang “tak dapat kita ketahui”—adalah bentuk tertinggi dari kebijaksanaan dan keindahan. Menurutnya, perasaan ini adalah inti dari semua religiusitas sejati, yakni rasa hormat dan kekaguman terhadap alam semesta yang agung dan misterius. Einstein percaya bahwa orang yang tidak pernah merasakan keajaiban dan kekaguman seperti ini, secara batiniah sudah kehilangan sebagian esensi kehidupannya.

Refleksi serupa juga dapat ditemukan dalam pemikiran Albert Schweitzer, yang dalam meninjau kembali hidupnya menyadari bahwa dunia ini tetaplah penuh misteri dan tidak pernah sepenuhnya dapat dijelaskan. Kesadaran akan hal ini tidak membuatnya putus asa, melainkan justru memperdalam rasa hormat dan penghargaan terhadap kehidupan. Misteri itulah yang memberi warna dan arti bagi eksistensi manusia, mendorong kita untuk terus mencari dan belajar dengan penuh rasa ingin tahu dan keikhlasan.

Di era ilmu pengetahuan modern, pertanyaan “mengapa ada sesuatu daripada tidak ada?” tetap menjadi teka-teki yang paling sulit dipecahkan. Berbagai teori kosmologi, termasuk hipotesis multiverse, mencoba menawarkan jawaban dengan menyatakan bahwa alam semesta kita mungkin hanya salah satu dari banyak alam semesta yang berbeda, masing-masing dengan hukum fisika sendiri. Meskipun demikian, teori-teori ini tidak menghilangkan rasa heran kita, melainkan menambah kedalaman dan kompleksitas misteri eksistensi.

Di sisi lain, pendekatan kontemporer dalam psikologi dan neuroscience menunjukkan bahwa pengalaman ketakjuban dan kekaguman yang sama seperti yang dirasakan oleh tokoh-tokoh besar itu memiliki manfaat nyata bagi kesejahteraan mental manusia. Perasaan ini memperkuat koneksi sosial, membuka pikiran terhadap kemungkinan baru, dan memberikan rasa makna dalam hidup yang sering kali terasa membingungkan dan penuh tantangan.

Melalui semua ini, kita diingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak hanya mencari jawaban secara rasional, tetapi juga mengalami perasaan dan intuisi yang membawa kita ke ranah spiritual dan filosofis. Eksistensi kita yang singkat di tengah jagat raya yang luas ini menjadi sangat berarti ketika kita mampu merasakan keajaiban dan bertanya tentang arti serta tujuan hidup.

Pertanyaan tentang mengapa ada sesuatu daripada tidak ada bukan hanya tantangan intelektual, melainkan juga panggilan untuk membuka hati dan pikiran. Ia mengajak kita untuk terus mencari, merasakan, dan menghargai keindahan dunia yang penuh misteri ini. Meskipun jawaban pasti mungkin tak pernah kita capai, perjalanan untuk memahami dan menghayati keberadaan itulah yang menjadikan hidup kita penuh makna dan keajaiban.

AOS

No comments:

Post a Comment