Pernah di kehampaan cahaya aku mengembara;
Dalam gelap aku terjerembap,
Dan ketakutan menuntun tanganku;
Kakiku tertancap ke bumi,
Cemas akan sejuta lubang.
Oleh berbagai teror malam yang menakutkan.
Kepada hari yang baru terbangun,
Kuulurkan tanganku memohon.
Tak
ada realitas selain realitas di dalam dirimu sendiri. Kemanapun kamu
memandang keluar dirimu, kamu hanya akan kembali melihat dirimu sendiri.
Keadaan ini tidak akan terjadi selama kita masih hidup dalam penjara
yang kita buat sendiri. Penjara itu bernama pikiran. Pikiran adalah
ilusi terbesar dalam diri manusia. Jika pikiran seorang manusia telah
jernih, ia pun akan dapat melihat wajah-Nya dimana-mana.
“When you see a flower, let your whole being become the eye. When you look at a flower, do not think. Let the total consciousness either see or hear or smell or taste or touch. Then invisible becomes visible’’. ~ Osho
"Ketika anda melihat sebuah bunga, biarkan seluruh keberadaan anda menjadi mata. Ketika anda melihat sebuah bunga, tidak berpikir. Biarkan kesadaran total baik melihat atau mendengar atau bau atau rasa atau sentuhan. Kemudian takterlihat menjadi terlihat".
Bahaya terbesar dan dalam arti tertentu juga
dosa terbesar bagi manusia terletak di dalam kecenderungan untuk
meninggalkan bagian ruhaniahnya, melupakan bahwa ia “dihormati oleh
Tuhan.”
Mereka begitu sibuk dengan urusan-urusan duniawinya sehingga
lupa untuk mengembangkan dirinya yang sejati, bagian yang diberikan
sebagai hadiah istimewa dari Tuhan, yang “ditiupkan kepadanya dari
nafas-Nya sendiri (Q.S. 15: 29), seperti dinyatakan Alquran beberapa
kali. Amanah Ilahi, “kebaikan yang dipercayakan” itulah unsur yang
paling penting dan pada saat yang sama paling membahayakan di dalam
manusia, seperti dikatakan Q.S. 33: 72 “Sesungguhnya Kami menawarkan
amanah kepada gunung-gunung dan langit dan tanah dan mereka tidak
menerimanya, tetapi manusia menerimanya, dan sesungguhnya ia bebal,
kejam.”
“Ragukan semuanya. Temukan Cahaya anda sendiri.
Jalan bukanlah dilangit bukan pula ditempat lainnya.
Jalan adalah di hati.
Rahasia spiritualitas sebenarnya
adalah untuk menghapus semua ide, semua konsep,agar Kebenaran memiliki kesempatan untuk menembus, untuk mengungkapkan Dirinya
sendiri.
Semuanya adalah referensi belaka.
Pengalaman sejati adalah hidup anda sendiri.
Kata-kata suci yang paling suci pun hanyalah kata-kata.
Pengalaman langsung adalah apa yang diinginkan oleh jiwamu”. ____Unknown
Kelenjar Pineal merupakan sebuah kelenjar kecil berbentuk kerucut
(juga disebut Conarium atau epiphysis Cerebri), seukuran kacang polong,
yang terletak di bagian belakang otak depan. Ia mengeluarkan hormon
melatonin, yang membantu mengatur jam biologis tubuh atau ritme
sirkadian. Sekresi melatonin dipengaruhi oleh persepsi cahaya oleh
retina, dan akan mencapai puncaknya di malam hari dan berkurang pada
siang hari.
Tradisi esoteris menghubungkan kelenjar pineal kepada “mata ketiga” yang
misterius, baik dalam arti fisik dan makna ekstrasensor. Helena P.
Blavatsky menegaskan bahwa kelenjar pineal pernah digunakan sebagai mata
fisik, sebagaimana dibuktikan oleh kadal Selandia Baru yang disebut
Hatteria punctata yang masih memiliki mata ini dalam keadaan berhenti
berkembang.
Menurut Annie Besant, kelenjar pineal terhubung dengan salah satu cakra
yang ada di dalam tubuh astral melalui tubuh mental, dan berfungsi
sebagai organ fisik untuk transmisi pemikiran dari satu otak ke yang
lain, dalam telepati (A Study in di Consciousness , p. 259).
Menurut Vedanta, hanya ada dua tanda-tanda pencerahan, dua indikasi
bahwa transformasi telah mengambil tempat pada dirimu kearah kesadaran
yang lebih tinggi. Tanda pertama adalah engkau berhenti merasa khawatir.
Kini semua hal itu tidak mengganggumu lagi. Engkau memiliki hati yang
ringan dan penuh dengan suka cita. Tanda yang kedua adalah engkau
semakin sering menemui kebetulan-kebetulan yang bermakna di dalam
hidupmu dan semakin sering pula sinkronisasi terjadi. Dan ini adalah
akselerasi pada titik dimana engkau akan benar-benar mengalami
keajaiban-keajaiban…
Sinkronisasi
Keseluruhan alam semesta terkandung dalam setiap titik sama seperti
halnya keseluruhan samudera itu tercermin dalam setiap tetes di dalam
kedalamannya. Dalam vedanta wawasan ini diekpresikan sebagai ”Apa yang
ada di sini ada di mana mana, dan apa yang tidak ada disini tidak ada
dimana mana”.
Dulu saya tidak mengerti…sekarang saya
Mengerti… Cinta akan berakhir Bahagia…Cinta akan Selalu berakhir
Bahagia…dulu saya pikir, Cinta adalah kondisi-kondisi yang
menyertainya…Pasang surutnya…Kegembiraan Kesedihannya…Suka
Dukanya…ternyata bukan…bahkan juga bukan bersatu ataupun Berpisah…Cinta
bukan itu semua….Cinta sesungguhnya akan Berakhir Bahagia…apapun
kondisinya…apapun situasinya… Cinta akan Selalu Berakhir Bahagia…
-Master Ivan Prapanza-
Jika kita tidak bersabar ketika berada dalam musim dingin, maka kita
akan kehilangan keindahan musim semi yang cantik, kehangatan musim panas
yang menjanjikan harapan. Dan kita tidak akan memanen hasil pada musim
gugur. Kegelapan malam tidak selamanya bertahan, esok akan ada fajar
yang mengusir kegelapan. Ada harapan ada kegembiraan, dan tersenyumlah.
Hakim Sanai: Bagiku nama ini semanis madu, semanis nektar. Hakim
Sanai sangat unik, Unik di dalam dunia Sufi. Tidak ada sufi lain yang
mampu mencapai ketinggian ekspresi dan kedalaman pemahaman seperti yang
telah ia capai. Hakim Sanai telah mampu melakukan hal-hal yang hampir
tidak mungkin.
Jika saya harus menyelamatkan dua buku dari dunia para mistikus, maka
buku itu adalah yang berikut ini. Yang satu adalah buku dari dunia Zen,
jalan kesadaran: HSIN HSIN MING karya SOSAN. Yang mana saya telah
berbicara mengenai ini (Baca : HSIN HSIN MING) yang isinya adalah
intisari dari Zen, jalan kesadaran dan meditasi. Buku yang lainnya atau
yang kedua adalah buku dari HAKIM SANAI yang berjudul HADIQATU’L
HAQIQAT: Taman kebenaran yang terpagari (The Walled Garden of Truth)
atau dalam singkatnya, HADIQA; sang Taman. Kita akan membahas buku ini
pada hari ini.
Ibnu Arabi dikenal sebagai penulis paling produktif pada zamannya.
Karyanya mencapai 200 buah. Sebagian menyebut jumlah lebih dari itu.
Muhammad Qajjah, direktur kebudayaan Suriah mengatakan : “Huwa Aghzar
Muallif fi Tarikh al Fikr al Islami bal la nubaaligh idza Qulna fi al al
Tarikh al Basyari” (dialah penulis paling subur dalam sejarah pemikiran
Islam bahkan tidak berlebihan jika saya katakan dalam sejarah pemikiran
manusia).
Karya-karya Ibnu Arabi baik dalam bentuk prosa, puisi maupun
“tausyihat”, kebanyakan ditulis dalam bahasa Persia. Sebagian lain dalam
bahasa Arab.
Sedemikian rumitnya memahami karya-karya Ibnu Arabi, sebagian orang
meragukan bahwa karya-karyanya tidak dihasilkan dari kesungguhan mental
dan intelektual, melainkan dari ilham dan pengalaman mistiknya.
Buku Tarjuman al Asywaq (Tafsir Kerinduan) berisi kumpulan
(kompilasi) puisi dengan komposisi notasi yang beragam. Para santri
dapat menyanyikannya dengan langgam lagu (bahar) yang berbeda-beda:
Thawil, Kamil, Wafir dan lain-lain. Tidak diketahui secara pasti apakah
buku ini ditulis mendahului dua buku besar di atas atau sesudahnya.
Meski penting untuk ditelusuri, namun yang paling penting dari itu
adalah bahwa dalam buku ini Ibnu Arabi memperlihatkan konsistensi atas
gagasan-gagasan besarnya, sebagaimana akan diketahui kemudian.
Tarjuman al Asywaq ditulis ketika dia bermukim di Makkah, tahun 597
H/1214 M. Di kota suci kaum muslimin ini dia bertemu dengan sejumlah
ulama besar, para sufi dan sastrawan terkemuka, laki-laki dan perempuan.
Mereka adalah orang-orang yang menjalani hidupnya dengan serius. Ibnu
Arabi banyak menimba ilmu dari mereka. Tetapi perhatiannya tertumbuk
pada beberapa orang perempuan “suci”. Dalam pendahuluan buku ini dia
menyebut tiga orang perempuan. Pertama, Fakhr al Nisa, saudara perempuan
Syeikh Abu Syuja’ bin Rustam bin Abi Raja al Ishbihani. Perempuan ini
adalah sufi terkemuka dan idola para ulama laki-laki dan perempuan.
Kepadanya dia mengaji kitab hadits; “Sunan Tirmizi”. Kedua, Qurrah al
‘Ain. Pertemuannya dengan perempuan ini terjadi ketika Ibnu Arabi tengah
asyik Tawaf, memutari Ka’bah.
Ibn el Arabi memberitahu para pengikutnya bahwa ada tiga bentuk
pengetahuan: pengetahuan intelektual, atau kumpulan fakta; pengetahuan
tentang keadaan, atau memiliki “perasaan spritual”; dan pengetahuan
tentang realitas sejati yang mendasari segala sesuatu. Tentang bentuk
pengetahuan yang ketiga ia menulis:
“Untuk pengetahuan jenis ini tidak ada bukti akademisnya di dunia
ini; Karena pengetahuan ini tersembunyi, tersembunyi dan tersembunyi”.
Sekarang ini ada banyak organisasi sufi yang berada dibawah naungan
islam, tetapi ajaran sufi selalu tidak menitikberatkan pentingnya
struktur formal, termasuk agama yang terorganisasi, mereka justru
menempatkan perkembangan individual di atas segalanya. Penekanan
inilah - kebenaran diatas bentuk, personal di atas institusional - yang
memungkinkan pemikiran sufi muncul berulang-ulang sepanjang sejarah.
Seorang Sufi mistik begitu penuh cinta, dan begitu penuh sukacita - Seluruh hidupnya adalah tawa, musik, tarian. Dan diceritakan bahwa Tuhan menjadi sangat tertarik kepadanya karena ia tidak pernah meminta apa-apa, ia tidak pernah berdoa. Seluruh hidupnya adalah doa, tidak ada kebutuhan lagi untuk berdoa.
One Sufi mystic was so full of love, and so full of joy — his whole life was laughter, music, dancing. And the story says God became very interested in him because he never asked anything, he never prayed. His whole life was a prayer, there was no need to pray.
Dia tidak pernah pergi ke masjid, ia bahkan tidak pernah menyebut nama Tuhan; Seluruh keberadaannya adalah argumen keberadaan Tuhan. Jika ada yang menanyakan Tuhan itu ada atau tidak, ia hanya tertawa - tapi tawanya bukanlah berarti ya atau tidak.
He never went to the mosque, he never even uttered the name of God; his whole existence was the argument for the presence of God. If anybody asked him whether God exists or not he simply laughed — but his laughter was neither yes nor no.
Seorang sufi besar – engkau pasti telah mendengar namanya, Al Hilaj Mansur – Ia di bunuh karena ia mengatakan ANA L’HAQ, 'Aku adalah Tuhan'. Jika engkau memasuki misteri terdalam dari kehidupan, engkau bukanlah hanya seorang penyaksi (sesuatu yang melihat), karena si penyaksi selalu ada di luar – engkau menjadi satu dengan kehidupan ini. Engkau tidaklah berenang di sungai kehidupan ini, bukan engkau yang mengapung di sungai kehidupan ini, bukanlah engkau yang berjuang di sungai kehidupan ini. Tidak, tapi engkaulah sungai itu. Seketika engkau menyadari bahwa riak-riak itu adalah bagian dari sungai. Berlaku juga kebalikannya, Sungai itu adalah bagian dari riak-riak itu. Bukan saja kita adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan juga adalah bagian dari kita.
A great Sufi – you must have heard his name, Al Hillaj Mansoor – was kill because he said, ‘ANA L’HAQ, I am the God.’ When you penetrate into the mystery of life, it is not that you are an observer, because an observer is always an outsider – you become one with it. It is not that you swim in the river, it is not that you float in the river, it is not that you struggle into the river. No – you become the river. Suddenly you realize the wave is part of the river. And the contrary is also true: that the river is part of the wave. It is not only that we are parts of God – God is also part of us.
Kerinduan manusia terbesar adalah kerinduan pada kebebasan. Setiap
manusia rindu pada kebebasan. Kebebasan adalah inti penting dari
kesadaran manusia: Cinta adalah lingkarannya dan kebebasan adalah
pusatnya. Jika keduanya terpenuhi, hidup tidak akan pernah disesali.
Dan mereka berdua saling melengkapi bersama, tidak pernah terpisah.
Banyak orang yang telah mencoba untuk mengisi cinta tanpa kebebasan.
Lalu cinta itu ternyata membawa lebih banyak kesengsaraan, lebih
banyak belenggu. Kemudian cinta menjadi bukanlah apa yang telah
diharapkan terjadi, tetapi sebaliknya. Ini menghancurkan semua harapan,
dan kehidupan menjadi suatu yang sangat berat dan merusak, seperti
meraba-raba dalam kegelapan dan tidak pernah menemukan pintu.
Cinta tanpa kebebasan secara alami cenderung posesif. Dan saat
memasuki diri posesif ini, Anda mulai menciptakan belenggu bagi orang
lain dan belenggu bagi diri Anda sendiri, karena Anda tidak bisa
memiliki seseorang tanpa Anda dikuasai olehnya. Anda tidak dapat
membuat seseorang menjadi budak tanpa menjadikan diri Anda budak. Apapun
yang Anda lakukan pada orang lain hal sama dilakukan pada diri Anda.
Apapun pengalaman yang terjadi pada kita, kitalah penabur benihnya,
tapi kebanyakan kita menabur benih ini secara tidak sadar, itu sebabnya
kita sering berpikir bahwa kita telah mengalami beberapa pengalaman yang
tidak seharusnya terjadi. Peristiwa kebetulan tidak pernah terjadi,
tidak ada yang kebetulan. Ini adalah keadilan kosmos, bukan sebuah
kekacauan.
Semuanya sesungguhnya didasarkan pada hukum alam yang mendasar: tak
ada pengalaman yang terjadi secara kebetulan. Ya, kadang-kadang tampak
seolah-olah itu sebuah kebetulan, karena kita mengharapkan pengalaman
yang lain. Ini adalah salah satu masalah dalam pikiran manusia yang
harus dipecahkan: kita melakukan satu hal, kita menabur
sebuah benih tapi kita mengharapkan sesuatu yang lain.
Kita menabur benih satu jenis bunga dan kita mengharapkan mendapatkan
beberapa jenis bunga lain, jadi ketika bunga-bunga itu datang, kita
menjadi frustrasi. Tapi bunga itu datang karena benih kita, bukan
karena keinginan kita.
Dalam dunia modern, suatu pencarian besar telah dimulai untuk mencari
inti terdalam dari manusia. Ada baiknya bagi kita untuk memahami
seberapa jauh upaya modern saat ini telah membawa kita.
Pavlov, BF Skinner dan para pemikir behavioris lain, terus berputar
hanya di sekitar tubuh fisik. Mereka berpikir manusia hanyalah tubuh
fisik. Mereka terlalu banyak terlibat dalam rumah pertama, mereka
terlalu banyak terlibat dengan alam materi, sehingga mereka melupakan
segala sesuatu yang lain.
Mereka ini mencoba untuk menjelaskan manusia hanya melalui fenomena
fisik, materi. Sikap ini menjadi hambatan karena mereka kemudian menjadi
tidak terbuka.
Cinta bukanlah sebuah hubungan. Cinta adalah tentang berhubungan,
tetapi bukan sebuah hubungan. Sebuah hubungan adalah sesuatu yang sudah
selesai. Sebuah hubungan adalah kata benda; sudah sampai pada tempat
pemberhentian, bulan madu telah berakhir. Sekarang tidak ada lagi
sukacita, tidak ada lagi antusiasme, sekarang semua sudah selesai. Anda
dapat menjaganya, hanya untuk sekedar menepati janji Anda. Anda dapat
mempertahankannya karena nyaman, menyenangkan, merasa aman. Anda dapat
menjaganya karena tidak ada lagi yang harus dilakukan. Anda bisa
mempertahankannya karena jika Anda mengganggunya, itu akan menciptakan
banyak masalah bagi Anda … Suatu hubungan berarti sesuatu yang lengkap
dan telah selesai.
Cinta tidak pernah merupakan satu hubungan tetap; cinta adalah
tentang berhubungan. Ia selalu seperti sungai, yang terus mengalir, tak
berujung. Cinta tidak pernah mengenal pemberhentian tetap; bulan madu
dimulai tetapi tidak pernah berakhir. Ia tidak seperti membaca sebuah
novel yang dimulai pada titik tertentu dan berakhir pada titik tertentu.
Ini adalah fenomena yang terus berlangsung. Sebuah hubungan bisa
berakhir, cinta tetap berlanjut- ia adalah sebuah kontinum. Ia adalah
kata kerja, bukan kata benda.
Apa pun yang telihat sebagai eksistensi hanyalah fenomena dari
kesadaran, hanya gelombang, hanya kristalisasi dari kesadaran ini – dan
tidak ada yang lain. Tapi ini harus dirasakan. Analisis dapat membantu,
pemahaman intelektual dapat membantu, tapi itu harus dirasakan bahwa
tidak ada yang lain, kecuali kesadaran itu sendiri. Kemudian berperilaku
seolah-olah hanya kesadaran yang eksis.
Saya pernah mendengar kisah tentang Lin Chi, seorang guru Zen. Saat
ia sedang duduk satu hari di gubuk seseorang datang menemuinya. Orang
yang datang itu sedang marah. Dia mungkin baru bertengkar dengan istri
atau dengan bosnya atau sesuatu – tapi dia sangat marah. Dia membuka
pintu dalam kemarahan, ia melemparkan sepatunya dalam kemarahan dan
kemudian ia datang, dengan sangat hormat, dan membungkuk ke Lin Chi. Lin
Chi mengatakan, “Pertama pergi dan mintalah pengampunan dari pintu dan
sepatu itu.” Orang orang menganggap Lin Chi sangat aneh. Ada orang lain
juga duduk di sana dan mereka mulai tertawa. Lin Chi mengatakan,
“Berhenti!” Dan kemudian berkata kepada orang itu, “Jika Anda tidak
melakukannya pergi dari sini. Saya tidak ada urusan dengan Anda. “Orang
itu berkata,” Saya akan terlihat gila meminta pengampunan dari sepatu
dan pintu. “Lin Chi mengatakan,” apakah tidak terlihat gila ketika Anda
mengekspresikan kemarahan. Jadi sekarang saja Anda merasa gila? Segala
sesuatu memiliki kesadaran. Jadi pergilah, dan kecuali jika pintu itu
mengampuni Anda, saya tidak akan membiarkan Anda masuk ke dalam.”
Kekaisaran Islam yang didirikan di Persia, Timur Tengah, Asia Tengah,
Afrika Utara, Iberia, dan wilayah-wilayah India sejak abad 8 telah
memberi sumbangsih signifikan bagi ilmu matematika. Mereka mampu
menyerap dan memadukan perkembangan matematika Yunani dan India.
Konsekuensi dari larangan Islam terhadap pelukisan wujud manusia
adalah meluasnya penggunaan pola-pola geometris rumit untuk mendekorasi
bangunan mereka, mengangkat matematika sebagai bentuk seni. Bahkan,
seiring waktu, para seniman Muslim menemukan beraneka bentuk simetri
yang dapat dilukiskan pada permukaan 2-dimensi.
Beberapa contoh simetri rumit yang dipakai dalam dekorasi masjid.
Dalam buku terbarunya, peraih Hadiah Nobel Steven Weinberg
menggali bagaimana sains menciptakan dunia modern, dan ke mana ia akan
membawa kita.
Steven
Weinberg, fisikawan di Universitas Texas, Austin, memenangkan Hadiah
Nobel pada 1979 atas penelitian yang menjadi batu pijakan fisika
partikel.
Kita boleh anggap sejarah fisika sebagai upaya menyatukan dunia di
sekeliling kita: secara berangsur-angsur, setelah berabad-abad, kita
sampai pada pemahaman bahwa fenomena-fenomena yang kelihatannya tidak
berkaitan ternyata berhubungan erat. Fisikawan Steven Weinberg dari Universitas Texas, Austin, menerima Hadiah Nobel
pada 1979 atas terobosan besar dalam upaya tersebut—menunjukkan
bagaimana elektromagnetisme dan gaya nuklir lemah adalah manifestasi
teori pokok yang sama (dia berbagi Hadiah Nobel dengan Abdus Salam dan
Sheldon Glashow).
Penelitian itu menjadi batu pijakan Standard Model
fisika partikel, [standar] yang menguraikan bagaimana blok-blok
fundamental penyusun alam semesta bersatu membentuk dunia yang kita
lihat.
Oleh: Nirwan Ahmad Arsuka
Sawerigading dalam epik
Bugis ‘karya’ I La Galigo dan Odiseus dalam epik Yunani ‘karya’
Homerus — kedua tokoh ini tidak sekedar meniti ombak menyusur dunia.
Mereka berdua membangun semesta, yang ditata pada skala pemahaman
manusia.
Tersusun dari sekitar 300.000 larik sajak dalam bahasa tinggi arkaik dengan berbagai cerita berangkai, Sureq (serat) Galigo adalah salah satu karya sastra terbesar dunia. Dan yang pasti, bersama epik besar Kyrgizstan yang berusia seribu tahun, Manas; dan novel terbesar Cina berjumlah 120 jilid, Impian Kamar Merah (Hung
Lou Meng) ‘karya’ Cao Xueqin dan Gao E yang ditulis di Era Dinasti
Manchu di pertengahan abad 18, Sureq Galigo termasuk naskah klasik
terpanjang yang dihasilkan manusia.
Dari segi jumlah larik
sajak saja, Sureq Galigo sudah melampaui epos terbesar Anak Benua India
yang kerap dianggap terpanjang di dunia: Mahabharata. Tapi
panjang larik sajak, kecuali mungkin memamerkan stamina penyusunnya, tak
dengan sendirinya mencerminkan kekuatan sebuah karya.
Sebuah
puisi epik, merujuk Ian Johnston, berbeda dari sajak naratif panjang
lainnya karena cakrawalanya yang istimewa. Epik merujuk pada kualitas
yang diciptakan oleh puisi berupa penjelajahan dan perayaan atas sesuatu
yang jauh lebih besar ketimbang karakter-karakter atau tempat-tempat
istimewa yang diuraikannya. Kepada pembaca yang menghidupi dan
dihidupinya, epik mempersembahkan sebuah pandangan dunia, sebentuk rasa
keparipurnaan budaya, a sense of cultural completeness.
Spiritualitas sebagai Dialektika Transrasionalitas Zen Buddhisme dari Sudut Pandang Tiga Master Zen: Ma-Tsu, Lin-Chi dan Ikkyu Oleh Reza A.A Wattimena Dosen di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala, Surabaya
Kita hidup di era krisis spiritualitas. Teknologi dan ekonomi
berkembang maju, tetapi jiwa dan pikiran manusia justru semakin
menderita. Mereka hidup terpisah dengan alam, dan akhirnya terasing dari
alam itu sendiri, dan bahkan menghancurkan alam. Orang hidup dalam
kelimpahan harta dan uang, namun hatinya penuh penderitaan, rasa takut
dan rasa benci.1
Tak heran, tingkat bunuh diri, stress, depresi dan beragam penderitaan
batin lainnya semakin meningkat. Banyak keluarga hancur di tengah jalan,
karena rasa benci dan rasa takut yang menutupi pikiran. Pengguna
narkoba pun semakin meningkat dan usianya semakin muda, persis untuk
mengalihkan manusia dari penderitaan batin yang dirasakannya. Agama,
yang dilihat sebagai dasar dari spiritualitas menuju hidup yang
bermakna, pun kini terjebak pada fundamentalisme. Mereka mendewakan
tradisi, ritual dan aturan, serta bersedia mengorbankan manusia. Bahkan,
agama sering digunakan untuk pembenaran bagi tindakan-tindakan bejat
dan kepentingan politik yang menutupi sejuta kemunafikan. Yang
dibutuhkan oleh banyak orang sekarang ini adalah jenis spiritualitas
yang baru, yang bisa memberikan makna bagi hidupnya, dan mengurangi
penderitaan batinnya, guna menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
0:13
Tidak ada yang lebih besar atau lebih tua dari alam semesta.Pertanyaan yang ingin saya bicarakan adalah:Satu, dari mana kita berasal?Bagaimana alam semesta terbentuk?Apakah kita sendirian di alam semesta?Apakah ada kehidupan asing di luar sana?Bagaimana masa depan umat manusia?
0:42
Hingga tahun 1920-ansemua orang berpikir bahwa alam semesta pada dasarnya statisdan tidak berubah dari waktu ke waktu.Lalu ditemukan bahwa alam semesta bertambah besar.Galaksi-galaksi yang jauh bergerak menjauhi kita.Hal ini berarti galaksi itu pasti lebih dekat pada masa lalu.Jika kita menghitung mundur,kita akan menemukan bahwa kita semua saling bertindihansekitar 15 miliar tahun yang lalu.Ini adalah Big Bang, permulaan alam semesta.
“Kesengsaraan umat manusia lebih sering disebabkan oleh
ketidaktahuan daripada kebodohan, terutama ketidaktahuan kita tentang
diri kita sendiri.” –Carl Sagan
Apa artinya menemukan sebuah bahasa kuno-pesan harfiah-yang
tersembunyi dalam DNA kehidupan itu sendiri? Apa yang kita percaya dari
masa lalu kita akan berubah …
The God Code : Rahasia masa lalu kita, Janji untuk Masa Depan Kita,
adalah buku yang berisi sebuah penemuan yang luar biasa yang
menghubungkan abjad Alkitab Ibrani dan Arab dengan kimia modern yang
menyatakan bahwa ada sebuah kode yang hilang dan petunjuk untuk misteri
asal usul kita yang telah berada di dalam diri kita semua
secara bersama.
Menerapkan penemuan bahasa kehidupan ini –
unsur-unsur yang akrab seperti hidrogen, oksigen nitrogen dan karbon
yang membentuk DNA kita-sekarang mungkin akan digantikan dengan huruf
kunci dari bahasa kuno. Dengan demikian, kode semua kehidupan berubah
menjadi kata-kata yang berasal dari pesan abadi. Diterjemahkan, pesan
tersebut mengungkapkan bahwa kalimat yang tepat dari nama kuno Tuhan
telah dikodekan sebagai informasi genetik dalam setiap sel, setiap
kehidupan.
Kita hidup dalam jaman dimana 95% dari penduduk dunia percaya pada
kekuatan yang lebih tinggi atau Agung. Lebih dari setengah dari 95% ini
mengacu pada kekuatan tersebut sebagai “Tuhan”.
Kisah in disadur dari karya seorang pujangga sekaligus guru spiritual, Fariduddin Attar.
Sekelompok
burung berkumpul dalam sebuah konferensi untuk membicarakan kehidupan
mereka yang dirasa tidak memuaskan. Walaupun hidup ini juga menawarkan
kebahagiaan, namun jauh di dalam hati, mereka merasakan sakit yang aneh
dan ketidakpuasan. Dari itu semua, kemudian mengerucut kepada hasrat
bersama akan kebutuhan adanya tokoh raja di antara mereka. Yaitu seekor burung yang lebih baik dalam segala hal, dari yang lainnya.
Seekor burung Hoopoe (burung Hud-hud), yang telah berkelana jauh ke seluruh dunia berkata bahwa mereka sudah memiliki raja, yaitu burung Simorgh (Phoenix, burung api), yang hidup di sebuah tempat yang sangat jauh (negerti Cina).
Burung hoopoe menawarkan diri untuk menunjukkan jalan menuju lokasi burung Simorgh. Namun sebelumnya ia memberi peringatan, "Perjalanan ini tidak akan mudah. Sangat jauh melewati daratan luas dan lautan dalam."
Oleh: Natalie Wolchover
16 Desember 2015
(Sumber: www.quantamagazine.com) Teori string, multiverse, dan gagasan fisika modern lainnya
berpotensi tak dapat diuji. Dalam sebuah pertemuan bersejarah di Munich,
para ilmuwan dan filsuf bertanya: haruskah kita tetap mempercayainya?
Fisikawan George Ellis (tengah) dan Joe Silk (kanan) di Ludwig Maximilian University, Munich, 7 Desember 2015. (Laetitia Vancon untuk Quanta Magazine)
Umumnya fisikawan merasa “membutuhkan filsuf dan sejarawan sains
layaknya burung membutuhkan ahli perburungan,” ujar peraih Nobel David Gross pekan lalu kepada para filsuf, sejarawan, dan fisikawan di sebuah ruangan di Munich, Jerman, mengutip Richard Feynman.
Pernahkah
anda membayangkan satu kota memiliki dua aturan yang sama sekali
berbeda? Tentu akan terjadi kekacauan dan kerancuan. Tapi percayakah
anda, itulah yang terjadi pada alam semesta kita, bahwa ada dua aturan
sangat berbeda untuk menjelaskan fenomena dalam alam semesta kita?
Aturan itu adalah Teori Relativitas Umum Einstein dan Mekanika Kuantum.
Teori Relativitas Umum menggambarkan alam semesta sebagai hubungan
antara materi dan geometri ruang-waktu (spacetime). John Wheler
menyederhanakan Teori Relativitas Umum Einstein ini dalam satu kalimat:
"Materi membuat ruang-waktu melengkung (curved), dan ruang-waktu membuat
materi bergerak (motion)". Kombinasi geometri-materi inilah yang kita
rasakan sebagai gravitasi. Teori Relativitas Umum menjelaskan interaksi
pada skala makro atau tingkat kasat mata, misalnya peredaran planet,
bintang, dan galaksi.
Komentar: Bukankah menakjubkan bahwa para ilmuwan akhirnya harus
mengakui rancangan alam semesta begitu sempurna hingga mengisyaratkan
adanya perancangan cerdas, tapi mereka tetap berusaha menghindari
penjelasan yang mencakup istilah Tuhan.
Teori multiverse telah menelurkan teori lain—bahwa alam semesta kita adalah simulasi, tulis Paul Davies.
Jika Anda pernah berpikir hidup adalah mimpi, tenang saja. Beberapa
ilmuwan tersohor mungkin sependapat. Para filsuf sudah lama bertanya
apakah memang ada dunia nyata di luar sana, ataukah “realitas” hanyalah
kilasan imajinasi kita.
Nima Arkani-Hamed tengah memperjuangkan kampanye pembangunan
pembentur partikel (particle collider) terbesar di dunia seraya mengejar
visi hukum alam yang baru.
Nima Arkani-Hamed. (Béatrice de Géa untuk Quanta Magazine)
Ajaklah Nima Arkani-Hamed berbincang tentang alam semesta—tidak
sulit—maka dia akan bicara bermenit-menit atau berjam-jam dan membawa
Anda ke batas pemahaman manusia, kemudian dia akan lewati batas
tersebut, melampaui Einstein, melampaui ruang-waktu
dan mekanika quantum dan semua tropus penat fisika abad 20, menuju visi
baru nan spektakuler tentang bagaimana segala sesuatu bekerja. Rasanya
begitu sederhana, begitu jelas. Dia akan mengingatkan Anda bahwa, di
tahun 2015, ini masih spekulatif. Tapi dia yakin, suatu hari kelak visi
ini akan jadi kenyataan.
Dalam esai naratif ini, kita mengikuti perjalanan para fisikawan abad
ke-20 ke luar dari batas pandangan dunia yang lama untuk menjelajahi
dunia menarik dari mekanika kuantum dan implikasi filosofis yang
mendalam dari penemuan itu.
Dunia yang dijelaskan oleh mekanika kuantum
adalah aneh dan kontra-intuitif, yang meruntuhkan gagasan materialisme, determinisme, dan pemisahan. Kita juga menjelajahi masalah pengukuran
dalam mekanika kuantum dan memeriksa argumen mengapa kesadaran
diperlukan untuk menyelesaikan masalah kuantum. Resolusi tersebut,
memaksa kita untuk melakukan perubahan radikal dalam pemahaman kita
tentang dunia dan kesadaran.
Dari buku : The Silent Whisperings of the Heart
oleh : Swami Dhyan Giten
Cinta bukanlah suatu hubungan eksklusif antara kita dengan orang
lain; cinta adalah kualitas yang muncul ketika kita berada dalam kontak
dengan batin kita, dengan diri-sejati, dengan kualitas meditasi
yang dalam, dengan keheningan batin dan kekosongan. Diri sejati ini
dialami oleh kita dan dinyatakan ke luar dalam wujud cinta. Cinta ini
tidak ditujukan kepada orang tertentu, melainkan sebuah kehadiran dan
kualitas yang mengelilingi orang seperti aroma.
Hati manusia adalah penyembuh, yang menyembuhkan baik orang
lain maupun diri kita sendiri. Hati yang terbuka adalah seperti air
mancur, yang tidak lagi membuat perbedaan antara: “Aku suka kamu – aku
tidak suka kamu”. Hati yang terbuka adalah tidak membuat perbedaan
apapun antara teman dan musuh. Hati yang terbuka terbuka baik bagi diri
kita sendiri dan untuk orang lain. Hati yang terbuka adalah cinta tanpa
syarat.
David Wolpert
biasa menyindir saat berkata bahwa teorinya menempatkan batas pada
agama-agama. “Tak boleh ada dua tuhan/dewa, yang dua-duanya mampu
mengamati segala sesuatu secara sempurna, atau yang dua-duanya mampu
mewujudkan apapun yang mereka mau,” tuturnya. Bahkan, tak boleh ada dua
tuhan yang dua-duanya memiliki ingatan sempurna. Ringkasnya, secara
matematis mustahil terdapat alam semesta politeistik beserta tuhan-tuhan
maha tahu.
Pernyataan demikian (dilontarkan sambil membuat “isyarat kutipan
serius di udara”) adalah konsekuensi dari batas-batas yang Wolpert
peroleh berdasarkan kemampuan “perangkat inferensi” (mesin yang mampu
mengamati dan/atau mengendalikan dunia di sekelilingnya). Alih-alih
menganalisa beragam kumpulan dewa, Wolpert tertarik dengan pembatasan
matematis informasi yang dapat dimiliki sebuah perangkat mengenai suatu
sistem dan implikasi pembatasan ini terhadap hukum fisika. Dia menemukan
batasan yang mirip sekali dengan batasan-batasan yang sudah lama
dikenal oleh fisikawan dari teori quantum, contohnya Prinsip
Ketidakpastian Heisenberg. Temuan Wolpert bisa membantu fisikawan
memahami pangkal kekaburan masyhur di alam quantum tersebut. Ini boleh
jadi timbul akibat pembatasan formal pada apa-apa yang dapat diketahui.
Dari buku : Ngobrol dengan Tuhan oleh Neale Donald Walsh
Kenapa begitu banyak konflik gara-gara meributkan agama mana yang paling benar?
Kebanyakan agama-agama di dunia mu meyakini bahwa hanya ada satu
jalan menuju Tuhan, yakni jalan mereka. Mereka begitu yakin akan hal
ini, dan mengajarkannya — sampai sampai mereka menganggap diri mereka
superior di mata-Ku. Dan ilusi tentang superioritas ini mereka anggap
nyata.
Banyak di antara mereka juga percaya bahwa mereka harus membuat
orang-orang lain meyakini jalan mereka juga, sebab dengan berbuat
begini, seolah mereka telah memenuhi kewajiban mereka terhadap-Ku.
Oleh: George F.R. Ellis
(Sumber: Scientific American, Agustus 2011, hal 38-43)
Bukti eksistensi alam-alam semesta paralel yang sangat berbeda dari alam semesta kita mungkin masih di luar domain sains.
Selama dekade terakhir, sebuah klaim luar biasa telah memikat para
kosmolog: alam semesta mengembang yang kita saksikan di sekeliling kita
bukanlah satu-satunya; miliaran alam semesta lain ada di luar sana.
Bukan satu universe—yang ada multiverse. Dalam artikel-artikel Scientific American dan buku-buku seperti karangan terakhir Brian Green, The Hidden Reality,
para ilmuwan terkemuka sudah membahas revolusi super-Copernican. Dalam
pandangan ini, bukan hanya bahwa planet kita adalah salah satu dari
sekian banyak planet, tapi juga bahkan keseluruhan alam semesta kita
tidak signifikan pada skala kosmik segala sesuatu. Ia cuma satu dari
banyak alam semesta tak terhitung, masing-masing mengerjakan urusannya
sendiri.
Kata “multiverse” memiliki makna-makna berlainan. Astronom mampu
melihat ke jarak sekitar 42 miliar tahun-cahaya, horizon visual kosmik
kita. Kita tak punya alasan untuk menyangka alam semesta berhenti sampai
di situ. Di baliknya boleh jadi banyak—bahkan tak terhingga—domain yang
sangat mirip dengan yang kita saksikan. Masing-masing memiliki
distribusi materi awal berlainan, tapi hukum fisika yang sama beroperasi
di semuanya. Hampir semua kosmolog hari ini (termasuk saya) menerima
tipe multiverse ini, yang Max Tegmark sebut “level 1”. Tapi sebagian
beranjak lebih jauh. Mereka mengemukakan jenis-jenis alam semesta amat
berbeda, dengan fisika berbeda, sejarah berbeda, barangkali jumlah
dimensi ruang berbeda. Sebagian besar hampa, walaupun sebagian lain
disesaki kehidupan. Pendukung utama multiverse “level 2” ini adalah
Alexander Vilenkin, yang melukis sebuah gambar dramatis berupa set alam
semesta tak terhingga dengan jumlah galaksi tak terhingga, jumlah planet
tak terhingga, dan jumlah orang tak terhingga dengan nama Anda dan
sedang membaca artikel ini.
Ceramah Pembubaran Tarekat Bintang di Ommen (Belanda), 3 Agustus 1929 Oleh : J. Krishnamurti
Isi ceramah ini sangat menggugah pemikiran saya bahwa sebenarnya
tidak mungkin mengorganisasi sebuah keyakinan dan tidak ada suatu
organisasi apa pun dapat membawa manusia kepada spiritualitas.
Kepercayaan adalah masalah pribadi sepenuhnya. Kita terbiasa dengan
otoritas, atau dengan suasana otoritas yang kita pikir akan membawa
kita kepada spiritualitas. Padahal kebenaran yang tak terbatas, tanpa
syarat, tak mungkin didekati melalui jalan apa pun, tak dapat
diorganisir; tidak seharusnya dibentuk suatu organisasi untuk membimbing
atau memaksa orang berjalan menurut suatu jalan tertentu. Dengan
membebaskan manusia, mendorongnya menuju kebebasan; membantunya
melepaskan diri dari semua keterbatasan, oleh karena hanya itulah yang
akan memberinya kebahagiaan abadi, memberinya realisasi diri tanpa
syarat.
Mungkin sangat sulit untuk menjadi diri sendiri. Apa artinya ini?
Hal ini dapat berarti banyak hal untuk masing-masing orang yang
berbeda. Kita kadang-kadang berpikir bahwa kita perlu ‘menemukan’ diri
kita sendiri, untuk ‘menjadi’ diri kita sendiri. Tapi perjalanan
menemukan diri sendiri kerap menimbulkan tekanan bagi banyak orang,
karena kita seolah harus menempuh perjalanan panjang dan menantang,
dengan rintangan di sepanjang jalan untuk menguji keberanian dan
komitmen kita untuk perjalanan tersebut.
Salah satu hal yang saya temukan adalah bahwa bagian penting dari
menjadi diri kita sendiri sebenarnya adalah menghapus topeng-topeng dari
siapa yang bukan diri kita; seperti berhenti berpura-pura bahwa Anda
selalu positif atau bahagia, atau bahwa Anda selalu memiliki jawaban,
bahwa Anda telah mengetahui semuanya, atau melepaskan kepura-puraan
bahwa Anda tidak takut, atau berkata bahwa komentar orang-orang tidak
menyakiti Anda … dll … dan masih banyak lagi.
Niels Bohr, seorang fisikawan asal Denmark yang menciptakan
kontribusi signifikan untuk memahami struktur atom dan teori kuantum
pernah berkata:
“jika mekanika kuantum belum membuat Anda terkejut, Anda belum benar-benar memahami hal itu.”
Quantum fisika telah membuat para ilmuwan di seluruh dunia
terheran-heran, terutama dengan penemuan bahwa realitas material fisik
kita, sesungguhnya bukan fisik sama sekali. “segala sesuatu yang kita sebut nyata ternyata tecipta dari hal-hal yang tidak bisa dianggap sebagai nyata.”Tampaknya filsuf kuno masa lalu kita benar, indera kita benar-benar telah menipu kita.
Sekali lagi, realitas material fisik kita sesungguhnya bukan materi
sama sekali. Makna, hubungan dan implikasi dari temuan ini dalam dunia
kuantum telah menyebabkan sejumlah besar ide dan teori, beberapa di
antaranya diberi label “pseudo-science.” Artikel ini akan menyajikan
bukti ilmiah yang jelas menunjukkan hubungan antara kesadaran dan apa
yang kita sebut sebagai realitas dan bagaimana hal ini tidak lagi dapat
ditolak. Kita juga akan merenungkan implikasi dari ini mengetahui, dan
bagaimana realitas ini memainkan peran penting dalam transformasi
potensi planet kita, pada saat kita membutuhkannya.
Saya ingin memberikan sekilas singkat pemahaman ke dalam kuantum
mekanika tubuh-pikiran, untuk setidaknya mencoba untuk memahami sifat
tubuh manusia sesungguhnya dan juga apa yang dikatakan sebagai Tubuh
Cosmic sebenarnya.
Kita menggunakan istilah seperti pikiran dan tubuh dan alam semesta,
tapi apa sesungguhnya sifat dari hal-hal ini? Apakah itu
pikiran, apakah itu tubuh, apa sifat yang tepat dari realitas fisik ini?
Ketika masih anak-anak, kita selalu punya pertanyaan seperti ini, “Di
mana saya sebelum saya lahir? Apa yang saya harus lakukan di sini? Apa
yang terjadi setelah kematian? Apakah saya terbatas pada tubuh fisik
saya? Apakah saya hanyalah ego yang dilapisi kulit dan berisi daging dan
tulang? Apa yang sebenarnya terjadi pada diri saya? Apakah saya
memiliki rumah tetap? di mana saya tinggal di alam semesta ini? “
Juliet
Nightingale adalah seorang mistikus dan seorang peramal yang mengalami
sejumlah pengalaman mendekati kematian akibat penyakit yang diderita
yang mengancam jiwanya sejak kecil. Salah satunya terjadi di pertengahan
tahun 70-an ketika ia berjuang melawan kanker usus yang menyebabkan dia
mengalami koma. Pengalaman ini memiliki efek mendalam pada hidupnya –
bersamaan dengan banyaknya pengalaman transformatif dan pengalaman
keluar tubuhnya. Awalnya, dia jarang bercerita tentang pengalaman
tersebut karena kerap dihakimi dan disalahpahami ketika dia
melakukannya. Dia kemudian bergabung dengan Asosiasi Internasional untuk
Studi Near-Death (IANDS) – organisasi utama untuk penelitian dan
dukungan terhadap NDE – dimana dia bisa berbagi pengalaman, dan telah
membangkitkan minat yang besar dan kesadaran untuk mendalami pengalaman
dekat kematian dan orang-orang yang mengalami hal yang sama dalam
beberapa tahun terakhir. Juliet adalah ketua komite keanggotaan di
IANDS. Dia sangat mendorong sesama experiencers untuk bergabung dalam
IANDS karena organisasi ini menawarkan sumber daya, dukungan dan
persahabatan yang luar biasa. Berikut ini adalah pengalaman NDEnya :
Ketika kita melihat dunia yang membingungkan dan aneh dari fisika
kuantum, akan sulit bagi kita untuk memahami beberapa hal yang para
ilmuwan telah amati selama bertahun-tahun.
Kita memilih untuk memeriksa sebuah fenomena yang kita benar-benar
tidak mungkin untuk menjelaskan dengan cara klasik, yang memiliki inti
mekanika kuantum di dalamnya. Pada kenyataannya, ini penuh misteri kata
Richard Feynman, seorang pemenang Nobel dari abad kedua puluh.
Satu hal yang pasti yaitu "kesadaran", atau, faktor yang berhubungan
dengan kesadaran (pengamatan, pengukuran, pemikiran, niat) ini memiliki
korelasi langsung dengan apa yang kita anggap sebagai realitas dunia
materi fisik kita.
Oleh: Lawrence M. Krauss dan Richard Dawkins
(Sumber: Scientific American, Juli 2007, hal. 88-91)
Dua pembela sains kenamaan saling bertukar pandangan perihal bagaimana ilmuwan sebaiknya mendekati agama dan para pemeluknya.
Pendahuluan Editor
Walaupun kedua penulis berada di pihak sains, mereka tidak selalu
sependapat tentang cara terbaik dalam menentang ancaman bermotif agama
terhadap praktek atau pelajaran ilmiah. Kraus, fisikawan terkemuka,
sering masuk sorotan publik untuk mempertahankan teori evolusi dalam
kurikulum sains sekolah dan menjauhkan varian-varian kreasionisme ilmiah
semu darinya. Sebuah surat terbuka dikirimnya kepada Paus Benediktus
XVI di tahun 2005, mendesak Paus agar tidak membangun tembok baru antara
sains dan agama, agar memimpin Vatikan dalam menegaskan kembali
pengakuan Gereja Katolik terhadap seleksi alam sebagai teori ilmiah yang
sah.