Tuesday, October 23, 2012

Pemberontakan pada Tuhan Pencipta Alam Semesta

Sains modern telah bergerak menuju deisme yaitu suatu faham yang beranggapan Tuhan berada jauh dari luar alam. Tuhan menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan, Tuhan tidak memperhatikan dan memelihara alam lagi. Alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaannya. Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangat sempurna. Tuhan diibaratkan dengan tukang yang mahir membuat jam, setelah jam itu selesai dibuat ia tidak membutuhkan si pembuatnya lagi. Jam itu berjalan sesuai dengan mekanisme yang telah tersusun dengan rapi.

Faham deisme sepakat bahwa Tuhan Esa dan jauh dari alam, serta maha sempurna, sepakat bahwa Tuhan tidak melakukan interfensi pada alam lewat kekuatan supernatural. Tuhan tidak terlibat dengan pengaturan alam. Dia menciptakan alam dan memprogramkan perjalanannya, tetapi Dia tidak menghiraukan apa yang telah terjadi atau apa yang akan terjadi pada alam. Alam dibiarkan berjalan sendiri dan Tuhan hanya melihatnya dari kejauhan sampai alam ini rusak dengan sendirinya. Tuhan pensiun dari pekerjaannya dan tidak punya pekerjaan lagi.

Sejak awal kelahirannya sains modern telah terang-terangan memploklamirkan perlawanannya terhadap doktrin religius gereja dan wahyu tidak mendapat tempat dalam kontruksi sains. Sains modern hanya berurusan dengan aspek-aspek realitas alam semesta yang dapat dipelajari dengan metode ilmiah. Konsep fisika Newtonian telah diperluas hingga menjadi metafisika materialisme yang mencakup segala sesuatu, mekanika klasik dan termodinamika dipandang mampu menggambarkan semua fenomena fisis yang terjadi di alam semesta.

Fisika Newtonian menegaskan determinismenya yang mengklaim bahwa jika kita mengetahui posisi dan kecepatan suatu partikel di alam kita akan mampu memprediksi kejadian masa depan. Pandangan yang didukung Pierre Laplace ini semakin meneguhkan deisme, ini ditunjukkan saat Laplace menjawab pertanyaan Napoleon. Suatu ketika Napoleon menemui Laplace dan berkata “Tuan Laplace, orang-orang mengatakan kepada saya bahwa Anda telah menulis buku besar mengenai system alam semesta dan Anda tidak pernah menyebut Sang Pencipta. Laplace memberi jawaban yang terkenal “Saya tidak membutuhkan hipotesis itu”. Jika sekedar hipotesis peran saja tidak diperlukan, maka jelas bahwa sains modern mengesampingkan Tuhan dalam penciptaan alam semesta.

Ada pula Stephen Hawking, fisikawan asal Inggris yang berusaha memadukan berbagai teori, seperti teori relativitas yang dikembangkan Einstein, teori evolusi, mekanika kuantum, dan lubang hitam, dalam upayanya tersebut, ia mengemukakan pandangan baru tentang proses pembentukan alam semesta, yang dituliskan dalam buku terbarunya yang berjudul The Grand Design itu, Hawking benar-benar melepaskan proses pembentukan alam semesta dari konsep ajaran agama. Proses pembentukan Bumi, disebut dia, dikarenakan adanya hukum gravitasi. “Karena adanya hukum gravitasi, alam semesta bisa dan akan tercipta dengan sendirinya. Penciptaan yang spontan itu merupakan alasan mengapa sesuatu itu ada, mengapa alam semesta itu ada, dan mengapa kita ada. Jadi, “Tidak perlu meminta Tuhan untuk merancang dan mengatur terjadinya alam semesta,” kata Hawking sebagaimana dikutip The Guardian.

Dalam pandangan Hawking, proses pembentukan alam semesta pada awalnya merupakan sebuah black hole (lubang hitam) yang membentuk singularitas dengan kepadatan yang sangat besar, yang mencapai jutaan, bahkan miliaran, ton per cm kubik. Titik singularitas dijelaskan sebagai suatu titik dengan fungsi matematika yang tidak bisa didefinisikan. Fungsi itu menjadi divergen menuju nilai tak terhingga. Titik singularitas tersebut memiliki kekuatan gravitasi yang sangat besar sehingga cahaya pun tidak mampu keluar darinya dan kembali lagi ke pusaran singularitas. Pada saat kepadatan atau kemampatan itu tidak dapat ditoleransi lagi, meledaklah titik singularitas itu menjadi berbagai unsur yang pada akhirnya membentuk unsur-unsur alam semesta, seperti bintang dan planet.

Pendapat terbaru Hawking ini menunjukkan bahwa ia telah keluar dari pandangan sebelumnya pada agama. Sebelumnya, dalam A Brief History of Time, Hawking berpendapat kontroversial lain. “Jika kita menemukan suatu teori yang lengkap, itu akan menjadi puncak kemenangan nalar manusia, untuk itu kita perlu tahu pikiran Tuhan,” tulisnya. Namun, dalam buku terakhirnya itu. Hawking justru mendekonstruksi teori lssac Newton tentang campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam Semesta. Adapun pendapat Hawking yang menafikan peran Tuhan dalam pembentukan alam semesta, Thomas Djamaluddin, ilmuwan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menganggap hal itu merupakan pendapat pribadi dan belum menjadi pendapat bersama kalangan ilmuwan kosmologi. Menurut Thomas, dalam konteks keilmuan, teori yang dikemukakan Hawking tidak menjadi masalah. “Saya bisa katakan bahwa cara bekerja Tuhan berbeda dengan cara bekerja manusia,” tandasnya.

Sains sebagai produk manusia telah membawa pandangan dunia tertentu para kreatornya, klaim tentang kepensiunan Tuhan, dan ketiadaan Tuhan oleh para ilmuwan atheis yang menyandarkan argumennya pada eksperimen dan teori-teorinya telah membawa pada rasionalisme sekuler yang memberontak kepada Tuhan. Sungguh Tuhan tidak pensiun ataupun mati, melainkan Tuhan sibuk. Mestinya tugas sainslah menyingkap kesibukan Tuhan.

3 comments:

  1. Tuhan kok sibuk terus ?? kapan boboknya he..he,,,

    ReplyDelete
  2. Orang Bilang Jodoh di tangan Tuhan.

    Kalau Punya Anak di Luar Pernikahan itu Kehendak Tuhan apa Bukan Mas...??

    Khan Tuhan ikut campur dalam Penciptaan.

    Gimana pandangan sains dan agama ??

    “............ Dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al-Furqan [25]:2)

    ReplyDelete
  3. segala kebaikan datang dari Tuhan dan segala keburukan datang dari kita sendiri...
    karena segala sesuatu ada makna dan pembelajaran-Nya yang akan akan dipetik oleh setiap manusia yang mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa yang di Almainya..dan sesungguhnya DIa Maha Pengasih dengan segala apa yang ditentukan-Nya
    Segala kebaikan datang dari-Nya namun segala keburukan datang dari kebodohan kita dan penentangan kita terhadapa aturan dan perintah-Nya

    ReplyDelete