Dari situs World Science Festival
yang didirikan oleh ilmuwan ternama Brian Greene, dilansir sebuah
berita penemuan yang mengejutkan dunia fisika yang dapat menjelaskan
kelahiran liar alam semesta kita. Dengan menggunakan teleskop BICEP2 di
Kutub Selatan, para ilmuwan telah menemukan apa yang mereka yakini
sebagai tanda dari gelombang gravitasi yang menyebarkan ekspansi alam
semesta dengan cepat, dalam pecahan-pecahan terkecil, tepat di detik
pertama setelah Big Bang. Jika hasil dari Harvard-Smithsonian Center for
Astrophysics dapat dibuktikan, implikasinya sangat mendalam.
“Sebagai salah satu yang telah memikirkan
kemungkinan ini selama lebih dari 30 tahun, masih sulit untuk percaya
bahwa kita benar-benar akan melihat sinyal dari waktu awal mula yang
begitu dekat!” kata fisikawan teoritis dari Arizona State University,
Lawrence Krauss kepada kita. “Jika hasilnya dapat dibuktikan, itu akan
menjadi salah satu perkembangan yang paling penting dalam pemahaman
empiris kita tentang alam semesta sepanjang masa.”
Fisikawan Stanford University, Andrei Linde, yang telah membantu membentuk teori inflasi sedari awal penelitian, terpukau oleh penemuan tersebut. Jika dapat dikonfirmasi, katanya, “maka hasilnya memiliki kekuatan untuk menyingkirkan semua alternatif yang ada atas teori inflasi, serta 90% teori inflasi yang telah eksis, sekaligus meletakkan versi utuh terbaik dari inflationary cosmology.”
Fisikawan Arizona State University, Paul
Davies menyambut hasil baru sebagai bukti lebih lanjut untuk teori
inflasi, tapi mengatakan bahwa penemuan tersebut tidak benar-benar
menjadi bukti pertama dari gelombang gravitasi di ruang angkasa, ilmuwan
lain telah mendeteksi yang dikatakan sebagai tanda-tanda dari emisi
gelombang gravitasi secara tidak langsung dengan mengamati orbit yang
membusuk dari suatu sistem yang mengandung dua bintang neutron (Russell
Hulse dan Joseph Taylor memenangkan Penghargaan Nobel di tahun 1993
untuk Fisika dalam hal ini).
Namun, “itu cocok dengan dua teori umum
mengenai relativitas dan inflasi. Ini benar-benar luar biasa bahwa
fisika dasar dapat mengatakan sesuatu mengenai epos sederhana dari
waktu, hanya sepersekian detik setelah Big Bang,” kata Davies.
Riak yang terdeteksi oleh BICEP2 juga
bisa menjelaskan teori-teori selain inflasi dari awal mula alam semesta,
menurut astronom Harvard University Dimitar Sasselov. “Sesuatu yang
penting tampaknya telah luput dari perhatian kebanyakan komentator,”
katanya, “Ini adalah percobaan besar untuk menetapkan kuantisasi
gravitasi.” (Fisikawan teoritis telah berjuang untuk menggambarkan
betapa gravitasi bekerja pada tingkat kuantum. Sejak teori inflasi
dimulai dengan gagasan bahwa fluktuasi kuantum diamplifikasi oleh alam
semesta yang berkembang pesat, pengungkapan rahasia inflasi bisa menjadi
petunjuk untuk gravitasi kuantum juga). “Tetapi dalam segala hal,
inflasi kosmik adalah pemenang besar,” kata Sasselov.
Teori inflasi kosmologi adalah teori
tentang alam semesta abadi kita dan bagaimana dia terbentuk, menjelaskan
bahwa setelah Big Bang, alam semesta mengalami periode ekspansi yang
cepat. Teori ini begitu penting untuk memahami apa yang terjadi di dalam
kosmos hari ini. Gagasan lama yang masih dipegang ini–yang tampaknya
belum menunjukkan bukti, dan juga berguna sebagai fitur lain untuk
membuktikan adanya semesta jamak–mendapat serangan yang kian meningkat.
Melalui perdebatan informasi di kalangan arsitek dari teori inflasi dan
pesaing utamanya, program ini mengeksplorasi upaya terbaik kita untuk
memahami dari mana kita berasal. Teori inflasi bukanlah topik yang
asing.
Demikianlah ungkap para ilmuwan sejati
yang melakukan riset dengan penelitian yang dapat diuji, diverifikasi,
dan difalsifikasi. Berbeda dengan ilmuwan agama yang sering disebut
kreasionis, atau sederhananya adalah para agamawan yang bertindak seolah
saintifik, dan hobi mencocok-cocokkan fenomena alam dengan kitab suci.
Bahkan hasil temuan sains pun kerap dicocok-cocokkan sehingga terkenal
istilah yang belakangan populer, yaitu cocoklogi.
Untuk kasus alam semesta jamak, para
kreasionis muslim berpendapat bahwa Alquran telah mengatakan soal alam
semesta yang jamak. Mereka mengutip surat al-Fatihah ayat ke-2 (yang
berbunyi al-Hamdulillahi Rabbi al-‘Alamiin) disebutkan kata
“al-‘Alamiin” yang merupakan bentuk jamak dari kata bahasa Arab
“al-‘Alam”. Dalam bahasa Arab, ada beberapa kata yang bentuk katanya
“tunggal”, tapi juga bermakna jamak. Contohnya “Bahrun” atau laut.
Bentuk katanya “tunggal”, tapi maknanya jamak karena lautan hakikatnya
memang terdiri dari jutaan atau milyaran liter air. Pertanyaannya adalah
mengapa Alquran menyebut kata ‘Alam dengan menggunakan bentuk jamak
dari kata ‘Alam. Sederhananya, sudah jamak dibuat jamak lagi.
‘Alam = Alam atau Alam semesta (bahasa
Indonesia) adalah sesuatu yang jamak maknanya karena demikian luas.
Namun kemudian Alquran menggunakan kata ‘Alamiin sehinga artinya ada
begitu banyak alam semesta, atau; ‘Alamiin = Alam semesta-Alam
semesta-Alam semesta, dst.
Apakah ini berarti Tuhan sudah mengatakan sejak dulu kala bahwa ada alam semesta jamak?
Ada lagi yang berpendapat bahwa kata
‘Alam yang dimaksud dalam Alquran bukan alam fisik, melainkan alam
non-fisik. Sains modern, dalam melakukan pengkajian alam semesta lebih
cenderung menggunakannya dalam pengertian fisik atau di dalam kontinuum
ruang-waktu. Jadi pengertian alam semesta secara sains adalah alam yang
dapat menjadi sarana bagi makhluk berakal dengan melalui tanda-tanda
atau fenomenanya yang tertangkap semua jenis indera-indera alamiahnya
maupun perangkat buatan. Sedangkan kata “al-‘Alam” dalam kitab suci
dimaknai pada tataran psikologis dan metafisis karena peran manusia
dalam memahami alam semesta sebenarnya cenderung psikologis bukan
mekanis. Apalagi bagi kreasionis muslim, sudah jelas bahwa semua alam
semesta diciptakan oleh Tuhan. Di sinilah letak perbedaannya antara
saintis yang murni sains dengan kreasionis yang menggunakan cocoklogi.
Ada banyak kreasionis muslim terkenal, salah satunya seperti di awal
tahun 2000-an, yaitu seorang bernama Harun Yahya dan Zakir Naik.
Sekarang ini video dan buku-buku mereka banyak disebarkan dan ditonton
ke seluruh negara-negara mayoritas muslim. Perdebatan pun berlanjut.
Namun bagi masyarakat awam, ketika hendak melangkah untuk menghilangkan
ke-awam-an mereka terhadap sains maka dengan mengkaji pengetahuan yang
menggunakan akal sehat dan rasionalitas yang dapat memberikan
pencerahan.
–Seemoreat:http://siperubahan.com/read/1529/Ilmuwan-Sains-dan-Ilmuwan Cocoklogi#sthash.84SRuRT1.dpuf
Sumber: https://tolakbigot.wordpress.com
No comments:
Post a Comment