Beberapa pembaca menyarankan mengenai artikel tentang hantu, mayat hidup, hidup sesudah mati dan keabadian.
Artikel
ini adalah rangkuman dari keempat tema tersebut. Memilih hantu sebagai
judul mungkin tidak terlalu sesuai, tapi kata hantu adalah kata yang
paling banyak ditemukan dibandingkan kelima frase lainnya. Kami juga
telah membahas mengenai mati suri untuk anda pelajari.
Kelangsungan Hidup
Manusia
adalah mahluk hidup. Tidak diragukan lagi. Sebagai layaknya mahluk
hidup, ada sebuah naluri mahluk hidup yang juga dimiliki manusia. Darwin
menyebutnya : Survival. Naluri untuk tetap hidup. Keinginan untuk
bertahan hidup. Naluri demikian dimiliki segala jenis hewan, dan
karenanya kapanpun alam memberi kesempatan untuk hidup, mereka akan
memilihnya ketimbang mati.
Hantu,
mayat hidup, hidup sesudah mati dan keabadian memiliki satu hal yang
sama ini. Ia mencerminkan naluri kita untuk bertahan hidup. Hantu
dibayangkan sebagai mahluk yang berupa sisa dari orang yang telah mati
hanya saja ia tetap ingin hidup sehingga ia hidup tanpa jasad. Mayat
hidup juga demikian, hanya saja jasadnya dipaksakan tetap ikut hidup.
Hidup sesudah mati merupakan keinginan untuk tetap hidup dengan jasad
yang baru atau yang lama di dunia baru. Keabadian adalah menolak
kematian sepenuhnya. Tapi alam semesta bukanlah berjalan sesuai dengan
keinginan kita, tapi kita lah yang harus menerima hukum alam semesta.
Karena itu mari kita gunakan sains, atau setidaknya akal sehat, untuk
menilai tiap point tersebut.
Saat
mati, tubuh kita kehilangan kekebalannya. Sistem kekebalan tubuh
mencegah kita dari berbagai investasi serangga. Tanpanya, serangga
seperti lalat akan dapat bertelur di kulit kita dan menembus ke jaringan
lembut. Tubuh mayat hidup akan segera dimangsa oleh ulat-ulat kecil
sehingga yang tersisa hanyalah tulang belulang.
Bahkan
seandainya kita mampu berlindung dari serangga, mahluk dari dalam yang
memakan kita. Tubuh kita saat hidup juga bersimbiosis dengan bakteri. Di
usus besar terdapat bakteri yang mencerna sisa makanan menjadi kotoran.
Mayat hidup tidak makan, akibatnya sang bakteri kelaparan. Mereka akan
memakan kita dari dalam. Dalam tiga hari tubuh menggelembung, empat hari
nadi berubah warna, enam hari tubuh semakin membengkak karena gas dari
bakteri dan kulit melepuh. Dua minggu setelah mati, jaringan menjadi
lebih lembut. Organ dan rongga tubuh meledak dan kuku terlepas pada
minggu ketiga. Dan dalam empat minggu, jaringan lembut mencair dan wajah
tak terkenali lagi. Bayangkan itu semua terjadi sementara sang mayat
masih hidup.
Hal
diatas terjadi di ruang tertutup. Udara terbuka akan lebih mempercepat
prosesnya, terutama bila kondisinya lembab. Bila udaranya kering, mayat
hidup akan mengalami mumifikasi. Ia menjadi mummi. Sel tubuhnya yang
mati akan menguapkan seluruh cairannya. Ia tidak akan mampu bergerak
sama sekali karena kaku.
Bila kondisi
ekstrim yang dialami, fenomena lebih mengesankan terjadi. Bayangkan di
siang hari suhu sangat panas, dan di malam hari suhu sangat dingin. Hal
ini sering kita rasakan di khatulistiwa. Penguapan sel pada akhirnya
menyebabkan tubuh kita terbakar dingin. Mau tahu seperti apa terbakar
dingin? Ambil daging tanpa ditutup lalu letakkan di kulkas . Buka
kembali kulkas setelah 5 bulan.
Kematian
seluruh sel, juga berarti kematian otak dan sel syaraf. Otak
mengendalikan pergerakan tubuh, akibatnya ia tidak bergerak. Andai saja
otak masih bisa bertahan, bagaimana dengan syaraf indera khususnya
perasa sakit? Tanpa syaraf sentuhan, mayat hidup akibatnya tidak dapat
merasakan sakit. Sakit itu perlu bagi kita sebagai tanda bahaya
kerusakan tubuh. Ada bayi yang terlahir dengan gangguan syaraf sakit
sehingga tidak mampu merasakan sakit. Akibatnya ia harus dikurung dari
infeksi, sedikit sakit perut, well, dia tidak merasakannya. Akibatnya
tidak ada warning dari awal. Lebih parah lagi, ia bisa menggigit
lidahnya sendiri!
Tapi bagaimana
dengan orang di kubur hidup kembali? Itu trik sulap. Anda sudah nonton
di televisi. Tapi yang lebih mengesankan lagi adalah trik seperti yang
ditunjukkan di film Romeo dan Julietnya Leonardo di Caprio. Di situ ia
meminum racun yang bisa membuat tubuhnya terlihat mati dan seolah
bangkit dari kematian. Dan percaya atau tidak, zat demikian memang ada.
Namanya tetradoksin, sebuah zat yang dihasilkan ikan buntal dari
perairan Haiti. Kontak dengan zat ini menyebabkan kematian seketika,
tapi dalam beberapa kasus, dosis yang rendah dapat menyebabkan kondisi
mirip mati tapi masih hidup. Artinya, tanda-tanda vital kehidupan
menjadi begitu rendah sehingga ia terlihat mati, bahkan oleh dokter.
So, bila mayat tidak mungkin hidup, bagaimana dengan hantu?
Hantu
Waktu
kecil saya pernah disuruh nenek saya untuk menyelipkan daun rumput di
atas telinga kiri saya agar saat bermain di waktu hujan rintik-rintik,
saya tidak diculik hantu. Sejak itu saya cukup terobsesi dengan hantu
karena belum pernah bertemu satupun. Kapanpun ada kesempatan untuk tidur
sendirian di rumah kosong, saya akan menawarkan diri. Saya mencat
dinding kamar saya dengan gambar-gambar setan yang katanya dapat
mengundang hantu. Tapi tetap hingga kini saya tidak bertemu hantu.
Mungkin
orang lain pernah. Ada yang bercerita tentang dikejar hantu, melihat
bayangan, dsb. Bahkan sejarah kota Pontianak diwarnai hantu. Katanya
kota ini dulunya adalah kota hantu yang dibasmi kemudian dijadikan
koloni oleh kapal-kapal dagang Arab, India dan Malaysia. Saya melihat
satu kelemahan dalam semua cerita ini, mereka semua dapat ditafsirkan
secara rasional. Orang dikejar hantu mungkin sebenarnya binatang yang
berwarna hitam, begitu juga bayangan, dan kota Pontianak sebenarnya
bekas lokasi tempat tinggal sekawanan orang utan (Pongo pygmaeus).
Saya
seorang kutu buku dan kamar saya penuh buku sains. Saya mencari
penjelasan IPA untuk hantu. Ternyata tidak ada. Yang saya temukan dalam
sejarah sains justru sebaliknya, kebodohan orang yang percaya hantu itu
sendiri. Dahulu penduduk Bengkulu takut masuk ke hutan karena mengira
disana ada hantu, orang yang rasional masuk dan menemukan Refflesia
arnoldi. Ia menorehkan namanya di bunga yang ditemukan tersebut. Dan
hingga sekarang saya merasa malu ketika melihat nama ilmiah tersebut.
Bunga dikira hantu. Di Jawa Barat juga demikian. Penduduk kaki gunung
Patuha ketakutan memasuki hutan karena adanya hantu atau sejenisnya.
Ilmuan berani masuk dan menemukan danau kawah putih Ciwidey.
Ia menorehkan namanya di beberapa tempat di sana. Sebuah simbol yang
juga membuat saya malu, terutama karena sekarang kita berdiri di sana
dan berfoto.
Foto bisa direkayasa
begitu juga video singkat. Bagaimana dengan tayangan reality show?
Beberapa waktu lalu pernah ada serial tentang pemburu hantu di beberapa
televisi. Ada ciri-ciri khas dari serial seperti ini. Pertama ia
melibatkan satu atau sekelompok profesional yang tidak ditunjukkan
profesionalismenya sebelumnya. Kedua, film sering direkam dengan kamera
tangan yang bergoyang dan gambarnya tidak jelas. Ketiga, mereka tidak
menemukan hantu sama sekali, hanya beberapa hal yang bisa diterjemahkan
secara rasional sebagai hal yang biasa.
Hal
yang sama terjadi di negara maju. Orang di negara maju lebih akan
menerima penjelasan rasional dan ilmiah. Jadi para pemburu hantu harus
menjelaskan kemungkinan keberadaan hantu yang terdengar rasional dan
ilmiah. Apa penjelasannya?
1. Gangguan
Medan Elektromagnetik. Hal ini berangkat dari penelitian profesor
psikologi di Universitas Laurentian, Michael Persinger. Persinger
menemukan kalau saat subjek di ekspos dengan pulsa magnetik, mereka
sering merasakan keberadaan seseorang di dekatnya. Kita tau ini ilusi
karena pengaruh pulsa magnet pada otak dan persepsi, tapi para pemburu
hantu tidak demikian. Mereka mengatakan bahwa salah satu ciri kehadiran
hantu adalah adanya medan magnet. Ini penalaran yang sepenuhnya terbalik
dan tidak logis. Jika A menyebabkan B, belum tentu B menyebabkan A.
Anda bisa menemukan ini dalam pelajaran Logika mengenai tabel kebenaran
implikasi. Yang ditemukan Persinger adalah jika A maka B, yang
disimpulkan para pemburu hantu adalah Jika B maka A. Status kebenarannya
False.
2. Menurunnya suhu. Hal ini
berangkat dari sebuah gejala fisiologis dimana manusia dapat merinding.
Bulu kuduk berdiri saat kita ketakutan. Yang jarang diketahui orang
adalah, bulu kuduk juga berdiri saat suhu dingin, terangsang secara
seksual atau saat kita terpana atas sesuatu seperti musik yang sangat
menyentuh atau film yang sangat mengharukan. Bulu kuduk sebenarnya salah
satu bukti evolusi
yang ada di tubuh kita. Pernah melihat bulu di punggung hewan yang
ketakutan atau marah mendadak berdiri? Itu dia. Merinding disebabkan
oleh otot-otot kecil di bagian bawah kulit tepat di bawah akar rambut
yang berkontraksi sehingga rambut (bulu) tersebut terangkat. Ia adalah
organ vestigial. Tidak ada fungsi bagi manusia sama sekali. Bagi hewan,
bulu berdiri bisa menunjukkan pada lawannya kalau ia marah atau menakuti
lawannya karena tubuhnya terlihat bertambah besar. Bagi hewan, bulu
berdiri juga sebagai penghangat. Dengan berdirinya rambut, maka lapisan
udara yang berada di dekat kulit terjebak sehingga ia dapat menjadi
isolator kita terhadap dingin. Kita tidak memerlukannya. Kita punya
senjata dan pakaian. Tapi bagi leluhur kita, manusia purba, bulu kuduk
cukup bermanfaat.
3.
Perubahan tingkat radiasi. Ini jelas alasan yang di buat-buat. Radiasi
terlalu sering berubah di sekitar kita. Kita hidup di lautan radiasi
yang bergejolak. Gelombang radio, ponsel, televisi, cahaya matahari,
lampu, nyala kompor gas, semua merupakan sumber radiasi. Dan untuk
setiap potong spektrum radiasi kita dapat manfaatkan untuk hidup
sehari-hari. Mungkinkah hantu suatu saat dapat dijadikan media
komunikasi?
Apa lagi ciri hantu yang
umumnya kita dengarkan? Well, mereka tidak terlihat. Masalahnya bila
hantu tidak terlihat, begitu juga kita bagi sang hantu. Bagi hantu, kita
tak terlihat. Hal ini karena proses melihat terjadi dengan adanya
gelombang cahaya tampak yang terpantulkan dari benda ke retina mata
kita, dimana ia membentuk citra terbalik dan dikirimkan ke otak yang
mengubahnya menjadi citra sesungguhnya
.
Tak
terlihat, artinya semua gelombang cahaya yang ada menembus tubuh hantu.
Tentu saja, itu artinya cahaya tidak terpantul ke mata orang namun ini
juga berarti ia tidak menabrak retina mata hantu. Jadi bila hantu tak
terlihat, maka hantu tersebut buta.
Masih
ada banyak hukum fisika yang dilanggar oleh hantu. Agar dapat berjalan
seperti manusia, hantu harus memberikan gaya ke lantai, yang akan
bereaksi dengan arah berlawanan (ingat hukum Newton III). Namun hantu
juga bisa menembus dinding dan manusia, yang berarti menunjukkan mereka
tidak dapat menghasilkan gaya aksi.
Bila
ia tidak terlihat ia akan tampak seperti uap. Seorang teman menyebutnya
penguapan energi, sesuatu yang sangat tidak sesuai secara definisi.
Tapi hey, ini adalah naluri. Di zaman kuno, para manusia purba di udara
dingin belum tahu karbon dioksida ada. Saat seseorang menghembuskan
napas di waktu malam, udara keluar dari mulut atau hidung. Itu seperti
sebuah energi hidup. Sesuatu yang berbentuk uap berada di dalam tubuh
kita. Dan saat orang itu mati, udara itu tidak keluar lagi. Rohnya
pergi!
Dan ada setumpuk pertanyaan
lainnya yang harus dijelaskan oleh mereka yang percaya hantu ada.
Bagaimana hantu makan, bernapas, berkembang biak, dan semua ciri mahluk
hidup yang kita ketahui dari biologi.
Jelas
bagi saya kalau hantu hanyalah khayalan dan cerminan dari diri kita
sendiri sebagai mahluk hidup. Ia cermin dari betapa otak mampu menipu
kita sendiri. Ya. Semua bukti tentang keberadaan hantu ternyata bersifat
kesaksian.
Dari cerita hingga potret atau video. Cerita bisa saja jujur tapi belum
tentu benar, karena orang tersebut tertipu. Baik ia ditipu temannya
yang menyamar jadi pocong atau ia tertipu pikirannya saat ia ketakutan
dan bisa juga karena ia melihat hantu dalam mimpi. Dalam mimpi apa saja
bisa. Dan belum lagi pengaruh gangguan syaraf seperti epilepsi. Para
ilmuan bahkan bisa membuat seseorang merasa ada di luar tubuhnya sendiri
sejauh 3 meter (Brugger et al, 1994).
Tidak
ada alasan rasional untuk percaya hantu ada, dan tidak ada penelitian
ilmiah yang menunjukkan hantu ada. Ia hanya cerminan sifat mahluk hidup
di diri kita, keinginan untuk bertahan hidup.
Di
sisi lain, anak-anak sering ditakuti dengan hantu. Usia dibawah 4 tahun
masih sulit membedakan yang nyata dengan khayalan. Mereka percaya dan
ketakutan dengan gambaran hantu yang jahat. Ahli psikologi menyarankan
agar anak di masa ini diberi penekanan positif, jika memang kita harus
bicara hal-hal yang imajiner. Bayangkan hantu itu baik, setan yang lemah
lembut, naga yang pengasih atau monster yang penyayang. Teknik yang
aneh tapi efektif dibanding menekankan sifat negatif mahluk imajiner.
Tentu yang lebih baik adalah bicara hal yang nyata.
Keabadian
Dengan
menginovasi Hantu, manusia merasa sedikit aman. Hei, paling tidak kalau
saya mati saya tidak akan lenyap begitu saja. Saya bisa jadi hantu.
Tapi hidup selamanya bukanlah hal yang menyenangkan sama sekali.
1.
Pada suatu saat, dalam waktu yang abadi, anda akan terjebak dan tidak
dapat keluar selamanya. Saat gempa terjebak di bawah tanah dan tidak ada
satu orang pun sampai kapanpun membebaskanmu, karena manusia pada
akhirnya akan punah juga. Lihat bagaimana nasib fosil. Bayangkan fosil
itu anda yang masih hidup. Jika manusia lain juga abadi seperti anda,
maka anda harus berhadapan dengan habisnya sumber daya dan populasi yang
terus bertambah. Melahirkan anak dilarang dan semua orang menjadi
impoten/mandul.
2. Waktu akan terasa
berlalu begitu cepat. Saat kamu kecil bagimu waktu satu jam sangat lama,
saat remaja ia terasa sedikit lebih cepat, saat kamu dewasa satu jam
terasa lebih cepat lagi. Bayangkan jika umurmu 1000 tahun. T.L. Freeman
(1983) bahkan sudah membuat rumusnya. Satu menit bagi orang berusia 100
tahun terasa hanya enam detik baginya. Bila usiamu 1000 tahun, maka 50
tahun hanya terasa beberapa tahun saja bagi anda. Bila usiamu 100 ribu
tahun, 50 tahun hanya terasa sehari saja. Bila usiamu 1 juta tahun,
hidup seseorang hanyalah seperti kelipan bintang di langit atau lampu di
kapal di tengah badai. Tidak ada apapun yang bisa dinikmati, segalanya
berlalu begitu cepatnya.
3. Evolusi
akan membuat kamu ketinggalan jaman. Manusia akan berevolusi terus
seiring waktu sementara anda tetap dalam kondisi asli anda. Bayangkan
manusia purba sekarang hidup di sekitar anda. Tidak ada yang mengerti
ucapannya, dan tidak ada yang mau melakukan hubungan seks dengannya,
derajatnya dipandang rendah dan terbelakang.
4.
Memori anda akan kepenuhan. Data terus masuk ke dalam database, tapi
pengalaman dibentuk oleh proses mengingat data tersebut. Otak tidak
seperti komputer yang bisa mendelete berkas kapanpun kita tidak
membutuhkannya lagi. Berkas tersebut akan terus menumpuk di otak hingga
pada gilirannya anda tidak mampu mengingat apapun. Lihat bagaimana
pengaruh memory yang kepenuhan di komputer anda, terutama pada RAM yang
kecil.
Kesimpulan
Demikianlah,
hantu dan mayat hidup hanya mitos baik dari sisi fisika, kimia dan
biologi serta logika. Keabadian bukanlah sebuah hal yang menyenangkan.
Mungkin masih ada pertanyaan tersisa seperti : Lalu kemana manusia pergi
setelah jasadnya mati? Hal ini berangkat dari satu anggapan purba bahwa
manusia memiliki komponen jasad dan jiwa yang terpisah. Istilahnya
Dualisme. Ilmuan sebagian besar, jika tidak semuanya, menganggap
sebaliknya. Istilahnya Monisme. Kami percaya kalau jasad dan jiwa adalah
satu kesatuan. Saat jasad mati maka jiwa juga mati. Kondisinya seperti
sebelum anda lahir. Apa yang anda rasakan sebelum anda lahir? Nothing.
Karenanya hidup ini begitu berharga, sangat berharga, sehingga setiap
terbit mentari adalah sebuah anugerah terindah dalam langkah-langkah
kita menuju disintegrasi jasad. Orang-orang yang kamu kenal dan cintai
adalah satu-satunya di dunia dan saat terlepas, ia tidak akan pernah
kembali lagi pada anda. Maka cintailah mereka, sayangi mereka, begitu
juga sesama manusia lainnya. Ini pesan moral monisme. Hidup hanya
sekali.
Referensi;
1. Wikipedia. 2010.Interference Theory
2. CiarĂ¡n O’Keeffe. 2007 Ghost Hunting Equipment: EMF Meter, How to Use an Electromagnetic Field Meter in a Haunted House
3. GhostHunting.com. 2009.Ghost Hunting Equipment > Geiger Counters
4. Michael Bloom, 2009 Reanimating the Living Dead ~ Uncovering the Zombie Archetype in the Works of George A. Romero ~ Off Screen, Volume 13, Issue 4
5. Sayfan et al. Scaring the Monster Away: What Children Know About Managing Fears of Real and Imaginary Creatures. Child Development, 2009; 80 (6): 1756
6. Wikipedia. 2010. Reproductive Isolation
7. Wikipedia. 2010. Goose bumps
8. Smithsonian Institution. 2010. Why do we get goose bumps?
9. The University of Western Australia. 2005. Forensic Entomology: Use of insects to help solve crime
10. Harrel, E. 2009.Darwin Lives! Modern Humans Are Still Evolving Time Health and Science
11. T. L. Freeman, Why time appears to speed up with age (idea), J. Irr. Res., 1983.
12. Wikipedia. 2010 Putrefaction
13. Wikipedia. 2010. Gut Flora
14. Australian Museum. 2010. Stages of Decomposition
15. Wikipedia. 2010. Mummification
16. Wikipedia. 2010. Desiccation
17. Library of Congress. 2010. What is “freezer burn?”
18. Wikipedia. 2010. Ghosts
19. Wikipedia. 2010. Congenital Insensitivity to Pain
20. Dawkins, R. 1986. The Blind Watchmaker
21. Encyclopaedia Britannica. 2010. Ancient belief in ghosts
22. Brugger et al.1994. Heautoscopy, epilepsy and Suicide. Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry, 57(7), p. 838
23. Paul Barber. 1990. Vampires, burial, and death: folklore and reality. Yale University Press
24. Costas J. Efthimiou and Sohang Gandhi. 2007. Cinema Fiction vs Physics Reality: Ghosts, Vampires and Zombies Skeptical Inquirer v. 31, issue 4 (2007), p. 27
Sumber: FaktaIlmiah.com
No comments:
Post a Comment