"Hasil
positif dari tes ini membuat kita lebih percaya diri pada hasilnya,
meskipun kata akhirnya hanya bisa dikatakan oleh pengukuran analog yang
dilakukan di tempat lain di dunia."
Sebuah percobaan
terbaru hadir untuk menyediakan bukti lebih lanjut bahwa Einstein
mungkin telah salah ketika menetapkan bahwa tidak ada yang bisa lebih
cepat dari cahaya, teori yang mendasari pemikiran modern tentang
bagaimana alam semesta bekerja.
Bukti baru ini, yang menantang
dogma fisika yang telah berdiri sejak Albert Einstein mempublikasikan
teori relativitas-nya pada tahun 1905, hadir untuk mengkonfirmasi bahwa
partikel sub-atom yang disebut neutrino bisa melesat sepersekian detik
lebih cepat dari cahaya.
Percobaan baru di laboratorium Gran Sasso
ini menggunakan sinar neutrino dari CERN di Swiss yang berjarak 720 km
(450 mil) jauhnya, diselenggarakan untuk memeriksa temuan serupa yang
pernah dilakukan oleh tim ilmuwan OPERA sebelumnya.
Pada tanggal
23 September, tim OPERA mengeluarkan sebuah tantangan besar untuk fisika
dasar dengan mengatakan bahwa partikel yang disebut neutrino melesat
sekitar enam kilometer (3,75 mil) per detik lebih cepat dari kecepatan
cahaya. (Artikel terkait: Lebih Cepat dari Cahaya? Neutrino Menjadi Teka-teki Baru bagi Para Ilmuwan)
Para
fisikawan dalam percobaan tersebut mengatakan bahwa mereka sudah
memeriksa dan memeriksa ulang hasil mengejutkan itu selama
berbulan-bulan sebelum mengumumkan apa yang telah mereka temukan.
Klaim
tersebut begitu bertentangan dengan fisika seabad, di mana sebagian
besar pengamat tidak akan puas sebelum temuan dari percobaan OPERA
tersebut diulang di bawah berbagai kondisi, oleh tim peneliti yang
berbeda. Jika hasil ini bertahan, maka akan dibutuhkan interpretasi
ulang terhadap teori relativitas khusus Albert Einstein, yang secara
efektif menetapkan kecepatan cahaya dalam vakum sebagai batas kecepatan
kosmik.
Pada bulan Oktober, dalam rangka menanggapi kritik yang
mengatakan bahwa mereka telah tertipu oleh kekhasan statistik, maka tim
riset memutuskan akan melakukan serangkaian percobaan kedua.
Jika
terkonfirmasi, maka temuan ini menunjukkan bahwa Einstein – bapak fisika
modern – telah salah ketika dia meletakkannya ke dalam teorinya tentang
relativitas khusus bahwa kecepatan cahaya adalah sebuah “konstanta
kosmik”, dan tidak ada yang bisa melebihi kecepatannya.
Kali ini,
para ilmuwan mengubah struktur sinar proton, suatu faktor yang
disinggung oleh para kritikus dapat mempengaruhi hasilnya. Modifikasi
baru ini membantu tim mengidentifikasi partikel individu ketika
ditembakkan dan ketika tiba di tempat tujuan.
Tes baru “sejauh ini mengkonfirmasi hasil sebelumnya,” kata pihak Institut Italia untuk Fisika Nuklir (INFN) dalam siaran pers.
“Pengukuran
yang begitu halus dan membawa sebuah implikasi yang mendalam [untuk]
fisika memerlukan tingkat pengawasan yang luar biasa,” kata Fernando
Ferroni, presiden INFN. “Percobaan OPERA ini, berkat sinar CERN yang
secara khusus disesuaikan, telah membuat tes penting terhadap
konsistensi hasilnya. Hasil positif dari tes ini membuat kita lebih
percaya diri pada hasilnya, meskipun kata akhirnya hanya bisa dikatakan
oleh pengukuran analog yang dilakukan di tempat lain di dunia.”
Para ilmuwan Italia, yang melakukan percobaan kedua dan hasilnya dipublikasikan secara online dalam jurnal ilmiah arXiv,
mengatakan bahwa salah satu sumber potensial kesalahan dalam hasil
pertama adalah karena pulsa neutrino yang dikirim dari CERN relatif
panjang pada sekitar 10 mikrodetik, sehingga mengukur waktu
kedatangannya di Gran Sasso bisa menghasilkan kesalahan yang relatif
besar.
Untuk mengatasi hal ini, sinar yang dikirim oleh CERN dalam
percobaan terbaru adalah sekitar tiga nanodetik lebih pendek, dengan
kesenjangan besar pada 524 nanodetik, artinya para ilmuwan di Gran Sasso
akan memperoleh waktu kedatangannya dengan lebih akurat.
“Dengan cara ini, dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya, tandan neutrino menjadi lebih sempit dan lebih beruang
dari satu sama lain,” kata para ilmuwan. “Hal ini memungkinkan untuk
membuat pengukuran yang lebih akurat terhadap kecepatannya pada harga
intensitas sinar yang jauh lebih rendah.”
Jacques Martino
mengatakan bahwa, sementara tes ini bukan konfirmasi penuh,
setidaknya ini menghapus beberapa kesalahan sistematis potensial yang
mungkin terjadi dalam percobaan pertama.
“Pencarian belum
berakhir,” katanya dalam sebuah sebuah pernyataan. “Ada lagi pemeriksaan
sistematika saat ini yang sedang dibahas.”
Jurnal:
T. Adam, N. Agafonova, A. Aleksandrov, O. Altinok, P. Alvarez Sanchez, A. Anokhina, S. Aoki, A. Ariga, T. Ariga, D. Autiero, A. Badertscher, A. Ben Dhahbi, A. Bertolin, C. Bozza, T. Brugière, R. Brugnera, F. Brunet, G. Brunetti, S. Buontempo, B. Carlus, F. Cavanna, A. Cazes, L. Chaussard, M. Chernyavsky, V. Chiarella, A. Chukanov, G. Colosimo, M. Crespi, N. D’Ambrosio, G. De Lellis, M. De Serio, Y. Déclais, P. del Amo Sanchez, F. Di Capua, A. Di Crescenzo, D. Di Ferdinando, N. Di Marco, S. Dmitrievsky, M. Dracos, D. Duchesneau, S. Dusini, J. Ebert, I. Efthymiopoulos, O. Egorov, A. Ereditato, L. S. Esposito, J. Favier, T. Ferber, R. A. Fini, T. Fukuda, A. Garfagnini, G. Giacomelli, M. Giorgini, M. Giovannozzi, C. Girerd, J. Goldberg, C. Göllnitz, D. Golubkov, L. Goncharov, Y. Gornushkin, G. Grella, F. Grianti, E. Gschwendtner, C. Guerin, A. M. Guler, C. Gustavino, C. Hagner, K. Hamada, T. Hara, M. Hierholzer, A. Hollnagel, M. Ieva, H. Ishida, K. Ishiguro, K. Jakovcic, C. Jollet, M. Jones, F. Juget, M. Kamiscioglu, J. Kawada, S. H. Kim, M. Kimura, E. Kiritsis, N. Kitagawa, B. Klicek, J. Knuesel, K. Kodama, M. Komatsu, U. Kose, I. Kreslo, C. Lazzaro, J. Lenkeit, A. Ljubicic, A. Longhin, A. Malgin, G. Mandrioli, J. Marteau, T. Matsuo, N. Mauri, A. Mazzoni, E. Medinaceli, F. Meisel, A. Meregaglia, P. Migliozzi, S. Mikado, D. Missiaen, K. Morishima, U. Moser, M. T. Muciaccia, N. Naganawa, T. Naka, M. Nakamura, T. Nakano, Y. Nakatsuka, V. Nikitina, F. Nitti, S. Ogawa, N. Okateva, A. Olchevsky, O. Palamara, A. Paoloni, B. D. Park, I. G. Park, A. Pastore, L. Patrizii, E. Pennacchio, H. Pessard, C. Pistillo, N. Polukhina, M. Pozzato, K. Pretzl, F. Pupilli, R. Rescigno, F. Riguzzi, T. Roganova, H. Rokujo, G. Rosa, I. Rostovtseva, A. Rubbia, A. Russo, O. Sato, Y. Sato, J. Schuler, L. Scotto Lavina, J. Serrano, A. Sheshukov, H. Shibuya, G. Shoziyoev, S. Simone, M. Sioli, C. Sirignano, G. Sirri, J. S. Song, M. Spinetti, L. Stanco, N. Starkov, S. Stellacci, M. Stipcevic, T. Strauss, S. Takahashi, M. Tenti, F. Terranova, I. Tezuka, V. Tioukov, P. Tolun, N. T. Tran, S. Tufanli, P. Vilain, M. Vladimirov, L. Votano, J.-L. Vuilleumier, G. Wilquet, B. Wonsak, J. Wurtz, C. S. Yoon, J. Yoshida, Y. Zaitsev, S. Zemskova, A. Zghiche. et al. Measurement of the neutrino velocity with the OPERA detector in the CNGS beam. arXiv: 1109.4897v2 [hep-ex]
Sumber: FaktaIlmiah.com
No comments:
Post a Comment