Presentation Contributor: Kevin Wagoner & Matthew Miller
Course: Introduction to Astronomy (AST1002)
Instructor: Profesor Mullikin
Abstrak
Big Bang adalah teori tentang sebuah peristiwa yang meluncurkan alam semesta menuju eksistensi. Pada abad terakhir, data dan riset astronomi, termasuk dari Hubble dan Einstein, telah membingungkan ilmuwan naturalis dan juga orang awam, karena data dan riset itu mengarah kepada sebuah masa (tidak secara harfiah) ketika alam semesta belum ada.
Secara logika, karena alam semesta pra-Big Bang (Singularitas) dan alam semesta pasca-Big Bang merupakan dua eksistensi yang sama sekali berbeda, maka pasti ada kausa untuk menyebabkan perubahan demikian. Dan karena kausa dalam jumlah tak terhingga adalah tidak logis dan mustahil, maka pasti ada kausa tanpa kausa, mengimplikasikan bahwa being (sebagai verbal/kata kerja) (menjadi/mewujud-penj) dan realitas adalah transenden dan bukan atribut alam semesta.
Dengan demikian, Big Bang mendemonstrasikan, baik secara konsep maupun aktual, bahwa alam semesta tidaklah kekal, seragam, statis, melainkan terbatas, khas, dan terus berubah. (Diadaptasi dari CARM.org, “The Cosmological Argument”)
Di sini kita sekarang
• Alam semesta eksis.
—> Layar dan perkataan yang ditampilkan ini eksis.
—> Mata yang Anda gunakan untuk membaca perkataan ini eksis.
—> Otak yang Anda gunakan untuk menganalisis perkataan ini eksis.
• Alam semesta adalah mungkin untuk tidak eksis.
—> Absolut mengimplikasikan kebalikan (antitesis); eksistensi dan non-eksistensi.
Alam semesta yang mereplikasi diri?
• Karena alam semesta mungkin untuk tidak eksis, tapi ternyata sekarang eksis, ia harus disebabkan untuk eksis.
—> Tidak semuanya yang tidak eksis bisa eksis.
• Alam semesta tidak bisa membawa dirinya menuju eksistensi karena ia harus eksis untuk membawa dirinya menuju eksistensi. Ini tidak logis dan mustahil.
—> Menurut hukum identitas logis, sesuatu adalah sesuatu dan bukan yang lain. A adalah A; A bukan B.
—> Eksistensi pra-Big Bang adalah Singularitas (A); eksistensi pasca-Big Bang adalah alam semesta (B).
—> “Ruang dan waktu…tidak eksis sebelum momen tersebut [Big Bang].” (Comins 500).
Singularitas menuju Alam Semesta
• Seandainya alam semesta adalah kekal, maka ia akan membutuhkan kausa dalam jumlah tak terhingga.
—> Jumlah kausa tak terhingga berarti bahwa tidak ada kausa inisial, yang, pada gilirannya, berarti bahwa tidak ada kausa eksistensi. (A=B; false)
—> Seandainya alam semesta tidak eksis dalam Singularitas (pra-Big Bang), ia harus disebabkan untuk eksis.
—> “Ruang dan waktu…tidak eksis sebelum momen tersebut [Big Bang].” (Comins 500).
• Implikasi filosofis: Alam semesta tidak kekal dan pasti dibawa menuju eksistensi oleh kausa tanpa kausa.
Bukti Big Bang: Ketika Singularitas menjadi Alam Semesta
• Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR)
—> Alam semesta awal memiliki energi (photon) dengan level sangat tinggi. Photon-photon ini meregang begitu alam semesta mengembang, dan begitu meregang mereka mendingin dan berubah bentuk, dari photon menjadi gelombang radio. (Comins 501).
—> Stephen Hawking menyebut CMBR sebagai “penemuan terpenting abad ini, bila tidak disebut sepanjang masa”. (Heeren 165).
—> CMBR “diperlukan oleh teori Big Bang namun tidak diperlukan dan tidak diprediksikan oleh teori kosmologi lain”. (Comins 501).
• Teori Relativitas Umum Einstein
—> “Memprediksikan alam semesta yang mengembang.” (Comins 498).
Persamaan Einstein memprediksikan bahwa alam semesta mengembang atau menyusut, tapi tidak statis. (498).
—> Menambahkan “konstanta kosmologis” pada persamaannya untuk menjadikan alam semesta tetap statis; menyebutnya sebagai “blunder terbesar dalam hidupnya”. (Heeren 135).
• Penemuan Galaksi-galaksi Jauh oleh Edwin Hubble
—> Menggunakan redshift dan paralaks trigonometris untuk menemukan lebih dari 24 nebula pada jarak 6 juta tahun cahaya. (146).
—> Hukum Hubble: “Semakin jauh galaksi, semakin cepat ia mundur dari kita.” (143).
Kutipan Buku
• Comins, Neil F., dan William J. Kaufmann. Discovering the Universe. New York: W. H. Freeman, 2008.
• Fred Heeren. Show Me God: What the Message from Space is Telling Us About God. 2nd Reviseded. Olathe: Day Star, 2004.
• Matthew Slick. ”The Cosmological Argument“. CARM.org. 8 June 2009. (www.carm.org/apologetics/apologetics/cosmological-argument)
Sumber: Sainstory -Sains Social History
Course: Introduction to Astronomy (AST1002)
Instructor: Profesor Mullikin
Abstrak
Big Bang adalah teori tentang sebuah peristiwa yang meluncurkan alam semesta menuju eksistensi. Pada abad terakhir, data dan riset astronomi, termasuk dari Hubble dan Einstein, telah membingungkan ilmuwan naturalis dan juga orang awam, karena data dan riset itu mengarah kepada sebuah masa (tidak secara harfiah) ketika alam semesta belum ada.
Secara logika, karena alam semesta pra-Big Bang (Singularitas) dan alam semesta pasca-Big Bang merupakan dua eksistensi yang sama sekali berbeda, maka pasti ada kausa untuk menyebabkan perubahan demikian. Dan karena kausa dalam jumlah tak terhingga adalah tidak logis dan mustahil, maka pasti ada kausa tanpa kausa, mengimplikasikan bahwa being (sebagai verbal/kata kerja) (menjadi/mewujud-penj) dan realitas adalah transenden dan bukan atribut alam semesta.
Dengan demikian, Big Bang mendemonstrasikan, baik secara konsep maupun aktual, bahwa alam semesta tidaklah kekal, seragam, statis, melainkan terbatas, khas, dan terus berubah. (Diadaptasi dari CARM.org, “The Cosmological Argument”)
Di sini kita sekarang
• Alam semesta eksis.
—> Layar dan perkataan yang ditampilkan ini eksis.
—> Mata yang Anda gunakan untuk membaca perkataan ini eksis.
—> Otak yang Anda gunakan untuk menganalisis perkataan ini eksis.
• Alam semesta adalah mungkin untuk tidak eksis.
—> Absolut mengimplikasikan kebalikan (antitesis); eksistensi dan non-eksistensi.
Alam semesta yang mereplikasi diri?
• Karena alam semesta mungkin untuk tidak eksis, tapi ternyata sekarang eksis, ia harus disebabkan untuk eksis.
—> Tidak semuanya yang tidak eksis bisa eksis.
• Alam semesta tidak bisa membawa dirinya menuju eksistensi karena ia harus eksis untuk membawa dirinya menuju eksistensi. Ini tidak logis dan mustahil.
—> Menurut hukum identitas logis, sesuatu adalah sesuatu dan bukan yang lain. A adalah A; A bukan B.
—> Eksistensi pra-Big Bang adalah Singularitas (A); eksistensi pasca-Big Bang adalah alam semesta (B).
—> “Ruang dan waktu…tidak eksis sebelum momen tersebut [Big Bang].” (Comins 500).
Singularitas menuju Alam Semesta
• Seandainya alam semesta adalah kekal, maka ia akan membutuhkan kausa dalam jumlah tak terhingga.
—> Jumlah kausa tak terhingga berarti bahwa tidak ada kausa inisial, yang, pada gilirannya, berarti bahwa tidak ada kausa eksistensi. (A=B; false)
—> Seandainya alam semesta tidak eksis dalam Singularitas (pra-Big Bang), ia harus disebabkan untuk eksis.
—> “Ruang dan waktu…tidak eksis sebelum momen tersebut [Big Bang].” (Comins 500).
• Implikasi filosofis: Alam semesta tidak kekal dan pasti dibawa menuju eksistensi oleh kausa tanpa kausa.
Bukti Big Bang: Ketika Singularitas menjadi Alam Semesta
• Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR)
—> Alam semesta awal memiliki energi (photon) dengan level sangat tinggi. Photon-photon ini meregang begitu alam semesta mengembang, dan begitu meregang mereka mendingin dan berubah bentuk, dari photon menjadi gelombang radio. (Comins 501).
—> Stephen Hawking menyebut CMBR sebagai “penemuan terpenting abad ini, bila tidak disebut sepanjang masa”. (Heeren 165).
—> CMBR “diperlukan oleh teori Big Bang namun tidak diperlukan dan tidak diprediksikan oleh teori kosmologi lain”. (Comins 501).
• Teori Relativitas Umum Einstein
—> “Memprediksikan alam semesta yang mengembang.” (Comins 498).
Persamaan Einstein memprediksikan bahwa alam semesta mengembang atau menyusut, tapi tidak statis. (498).
—> Menambahkan “konstanta kosmologis” pada persamaannya untuk menjadikan alam semesta tetap statis; menyebutnya sebagai “blunder terbesar dalam hidupnya”. (Heeren 135).
• Penemuan Galaksi-galaksi Jauh oleh Edwin Hubble
—> Menggunakan redshift dan paralaks trigonometris untuk menemukan lebih dari 24 nebula pada jarak 6 juta tahun cahaya. (146).
—> Hukum Hubble: “Semakin jauh galaksi, semakin cepat ia mundur dari kita.” (143).
Kutipan Buku
• Comins, Neil F., dan William J. Kaufmann. Discovering the Universe. New York: W. H. Freeman, 2008.
• Fred Heeren. Show Me God: What the Message from Space is Telling Us About God. 2nd Reviseded. Olathe: Day Star, 2004.
• Matthew Slick. ”The Cosmological Argument“. CARM.org. 8 June 2009. (www.carm.org/apologetics/apologetics/cosmological-argument)
Sumber: Sainstory -Sains Social History
No comments:
Post a Comment