Sains memiliki arsitektur bernama arsitektur intelektual yang merupakan struktur hubungan antar teori. Ini adalah apa yang dibutuhkan bukan semata untuk mengetahui tentang alam, namun juga untuk memahaminya.
Pemahaman ilmiah dapat dipandang lewat karikatur Pierre Duhem terhadap dua jenis ilmuan. Duhem adalah fisikawan sekaligus filsuf yang terlibat dalam masa-masa besar fisika di awal abad ke-20. Beberapa ilmuan memiliki apa yang ia sebut pikiran kuat dan dalam, berfokus pada satu isu dan mengejarnya hingga ke yang paling dasar. Sebagian lagi mendekati sains dengan pikiran lembut dan dangkal, dikendalikan oleh empirisme dan rasa lapar atas keanekaragaman fakta.
Steven Weinberg, fisikawan pemenang nobel, menawarkan karakterisasi keindahan dalam fisika yang sama hubungannya dengan pemahaman kita. Ia menawarkan nilai epistemik dari “kekakuan teori-teori fisika.” Teori adalah kaku dalam artian ia menyatukan potongan-potongan sedemikian hingga tidak ada detail kecil dapat diubah tanpa merusak secara keseluruhan jaringan yang koheren. Ada jenis kebutuhan dan ketidakterelakkan dalam deskripsi kaku teori pada alam, dalam artian nilai-nilai parameter dan struktur interaksi harus seperti yang dijelaskan teori, untuk mempertahankan konsistensi dan keterkaitan dengan alam. Sama halnya dengan satu not tidak dapat diubah tanpa merusak keindahan musik, tidak ada klaim teoritis dapat dilepaskan tanpa konsekuensi.
Sebagai contoh kekakuan teori, Weinberg mengutip fakta kalau gaya gravitasi menurun sebagai kebalikan kuadrat jarak antara dua benda. Dalam konteks teori Newton, hubungan kuadrat terbalik ini dimotivasi empiris. Ia diletakkan dalam persamaan medan untuk mengakomodasi pengamatan orbit planet. Ia dapat berupa kubik terbalik, bila itu yang dibutuhkan untuk menyelamatkan fenomena. Namun dalam teori relativitas umum, kuadrat terbalik adalah satu-satunya hubungan yang mungkin. “Relativitas umum mensyaratkan gaya harus turun sesuai hukum kuadrat terbalik.” Ada kekakuan teori, ada kesesuaian yang aman antara ide-ide dalam teori relativitas umum. Kita tahu kalau gaya menurun menurun kuadrat terbalik, dan kita tahu ini baik dalam konteks Newton maupun relativitas. Namun hanya dalam teori relativitas umum kita menemukan kalau fakta ini bersarang dalam jaringan teori, dan hanya dengan teori relativitas umum kita dapat mengklaim memahami hubungan ini.
Mengartikulasi struktur pemahaman membantu menjernihkan perbandingan antara ilmu alam dan sosial. Perbandingan ini biasanya dibuat dengan penekanan pada perbedaan domain kedua ilmu, perbedaan seperti ketelitian pengujian atau kesemestaan hukum. Isu ini umumnya lebih diperdebatkan pada sisi sosial ketimbang alam. Khususnya dalam sejarah dan arkeologi, ada pertanyaan metodologis tentang seberapa mirip ilmu ini dengan ilmu-ilmu alam. Perbedaan ini kurang lebih diasumsikan oleh ilmuan alam, namun ini adalah hasil dari berlebihan melihat peran pemahaman ilmiah. Struktur pemahaman kenyataannya adalah point penting dari perpotongan dalam metode ilmu sosial dan ilmu alam.
Referensi
P. Kosso, A Summary of Scientific Method, SpringerBriefs in Philosophy, 1, 2011.
FaktaIlmiah
P. Kosso, A Summary of Scientific Method, SpringerBriefs in Philosophy, 1, 2011.
FaktaIlmiah
Referensi Lanjut
Duhem, P., 1914. The Aim and Structure of Physical Theory, Atheneum.
Toulmin, S., 1961. Foresight and Understanding, Harper & Row
Weinberg, S., 1992. Dreams of a Final Theory, Vintage Books.
Sumber: FaktaIlmiah.com
Sumber: FaktaIlmiah.com
No comments:
Post a Comment