Tuesday, October 23, 2012

Cahaya Muhammad: Sinkronisasi Akal dan Wahyu (Qlb)

Abstract

Simbologika sistem bilangan yang mendeskripsikan kecepatan cahaya.

Siapapun yang pernah belajar fisika, pastilah pernah tahu kalau kecepatan cahaya menurut standar ISO itu 299 792 458  m/s. Nilai kecepatan cahaya ini merupakan nilai yang akurat yang dihitung melalui fisika di akhir abad 19 dan abad ke-20. Dalam praktek, seringkali kita membulatkannya jadi 300.000 km per detik. Selain itu, nilai yang dijadikan standar tersebut merupakan hasil yang sudah dicocokkan dengan percobaan empiris.


Saya melakukan sintesis intuitif dengan bilangan kecepatan cahaya tersebut dengan mengkomposisikan ulang susunannya jadi susunan kelompok 3 dijit bilangan. Jadi, saya kelompokkan jadi 299, 792, dan 458. Lantas saya jejerkan ke-3 kelompok bilangan itu menjadi suatu matriks 3×3 sehingga didapat susunan berikut:

              2 9 9

              7 9 2

              4 5 8

Kemudian saya melakukan jumlahan dalam arah trilateral, yaitu vertikal, horisontal, dan diagonal. Susunan bilangan yang didapat adalah:

Horisontal :

           2+9+9=20

           7+9+2=18

           4+5+8=17

Jumlah total : 20+18+17=55

Vertikal :

          2+7+4=13

          9+9+5=23

          9+2+8=19

Jumlah total : 13+23+19=55

Kemudian saya melakukan manuver lateral. Kali ini saya jumlahkan bilangan di setiap pojok bujur sangkar matriks 3×3 = 9 yang tidak lain merefleksikan matriks At-Taubah. Didapat jumlahan arah Berlawanan dengan jarum jam :

9+2+4+8=11+12=23

Kali ini, di setiap pojok matriks 3×3=9 yang saya sebut saja Matriks Maghfirah Allah saya tidak berhenti pada jumlahan saja. Tapi, saya UNIFIKASIKAN 9 dan 2 menjadi 92 lantas saya terjemahkan ke dalam nilai lafaz huruf Arab dengan susunan 4 Huruf :

92=Mim(40)+Ha(8)+Mim(40)+Dal(4)

Dibaca “MUHAMMAD”.

Lantas, saya kalikan 9×2=18, dan saya kuadratkan 9×9=81. 18+81=99, Bilangan ini didalam al-Qur’an disebut Asma Ul Husna yang nilai sejatinya merupakan tanda di telapak tangan kita dalam numerik Arab: telapak kiri 81, telapak kanan 18.

Kemudian bilangan 4 dan 8 saya satukan menjadi 48 alias 24×2, saya kalikan 4×8=32 dan saya kuadratkan 4^8 atau 4x4x4x4, hasilnya 65536.

Saya semula tidak sadar arti 65536 ini sampai akhirnya saya melakukan scroll down worksheet MS Excell yang suka saya gunakan sebagai sarana jumblah jambleh, didapat 65536 baris sebagai batas maksimum jumlah baris spreadsheet excell yang merefleksikan kapasitas dari hitungan dengan microsoft Excell.

Arti sesungguhnya kalau saja Anda tertarik menguraikan bilangan 65536 tersebut akan sama nilainya dengan 198 yang berhubungan dengan QS 2:198 di Al Qur’an yaitu Cahaya Pengetahuan Allah Di Padang Arafah. (Bagaimana nilai ini muncul? Nah, ini pr buat akal dan hatimu hehehehe…)

Bilangan 48 sendiri kalau dibaca sebagai huruf Arab tidak lain adalah suatu firman yang disebut HA(8) MIM (40), sedangkan 32 tidak lain adalah BaLa yang merupakan ikrar pengesakan dari Ruh Yang  menyaksikan Ke-Esakan Allah pertama kali (simak Qs 7:172) yaitu RUH MUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD SEBAGAI CAHAYA PENGETAHUAN atau dalam lafaz lain khususnya di Cirebon disebut sebagai nama yaitu NURZATHI SOMADULLAH, yaitu no 92 tadi yang juga nomor unsur Uranium namun dengan penguraian sbb:

9+2=11

4+8=12

11×12=132

Bilangan 132 tidak lain adalah lafaz Qaaf Laam Ba atau QALB (hati) dan juga berarti  1+60+30+1+40=132 yang merupakan susunan nilai huruf Alif, Sin, Laam, Alif, Mim alias ISLAM.

Dalam arah kanan ke kiri, QALB yang merupakan manifestasi Ahadiyyah Allah adalah 231 yang dinyatakan sebagai ALIF-LAAM-RAA sebagai artikulator mulai hadirnya Cahaya Akal sebagai Shamadiyyah Dzat Allah  dalam diri Cermin DiriNya yaitu al-Insaan.

Dengan cahaya hati dan akal yang teraktivasikan maka manusia mempunyai amanat untuk menyingkapkan hubungan dirinya dengan PenciptaNya sendiri melalui SUATU PROSES BUKAN SERBA INSTAN yaitu proses yang menyatakan Allah sebagai Rabbul ‘Aalamin, Pencipta, Pemelihara dan Pendidik semua makhlukNya (kalau tidak demikian, maka celakalah manusia karena sudah melalaikan anugerah dariNya, ibarat pepatah Jawa “sudah dikasih hati mau ngrogo ampela”).

Maka, siapa pun manusia yang melalaikan anugerah hati dan akal akan mempunyai potensi untuk tersesat di dunia dan menanggung akibatnya sendiri di dunia maupun akhirat sesuai dengan tanda keesaan yang dinyatakan ada pada diri masing-masing yaitu SIDIK JARI YANG UNIK, DNA no 8 yang dijadikan modal para penyidik kriminal, maupun tanda-tanda lainnya yang sekarang dipakai dan diterapkan untuk masalah keamanan dan pengidentifikasian jati diri.

Ketika Allah bertanya di alam alastu “Bukankah Aku Tuhanmu?”, lantas dijawab “Bala” (see QS 7:172), maka saat itu pula modal dasar semua jiwa manusia Esensinya sama (yaitu Ruh Muhammad) dan identik yaitu Penyaksi Ke-Esa-an. Maka, semua manusia harus bisa mengembalikan modal dasar itu kekeadaan awal mulanya atau keadaan fitrinya supaya bisa selamat baik di dunia maupun di akhirat.

Semua manusia harus mengembalikan modal awalnya setelah modal tersebut dikembangkan sebagai akhlak dan perilakunya di dunia. Dan semua perhitungan itu akan ditimbang di al-Mizan Allah, Aziizul Hakim. (simak QS 91:7-10 tentang Wa Nafsi).

Kemudian, saya jumlahkan bilangan-bilangan tengah di bagian tepi matriks 3×3 diatas dalam arah Searah Jarum Jam yaitu :

9+2+5+7=11+12=23

Jadi artikulasi dalam arah Clock Wise (CW) maupun Counter Clock Wise (CCW) adalah 23 + 23 =46 yang tidak lain adalah KROMOSOM MANUSIA YANG BERPASANGAN.

Artinya, Hakikat Muhammad sebagai Ruh Penyaksi ada dalam setiap manusia, baik yang beriman maupun yang tidak, dan semua itu dalam keadaan yang murni disebut JIWA UNIVERSAL MUHAMMAD sebagai Jiwa Kehidupan Yang Nyata. Akan tetapi jiwa universal Muhammad yang seringkali juga disebut sebagai ATMJ, LOGOS, Primal Monad, ADHI BUDHA dan istilah-istilah lainnya yang menunjukkan keawalan dan keakhirannya, tersembunyi didalam selubung materialistik kemakhlukan.

Dalam selubung materialistik jasad sebagai bungkus jiwa yang murni, pengaruh interaktif terjadi dengan munculnya efek gesekan panas materialistik dengan elektromagnetisme sinar mentari dan semua unsur kehidupan yang ada di Bumi yang membangun ATMJSFIR kehidupan.

Hasilnya adalah dzat-dzat sisa metabolisme yang bersifat Iblis. Kentut, bau badan, keringat, bau mulut, bau kelek, dan bebauan manusia umumnya, bau sampah, bau got, bau WC, dan bebauan lainnya merupakan dzat sisa metabolisme yang bisa menimbulkan efek sampingan neurotik yang mempengaruhi jiwa, akal pikiran dan hati. Ampas dari sisa-sisa metabolisme jasad organik menjadi cikal bakal makhluk-makhluk satanik yang mempengaruhi jaringan syaraf manusia, khususnya di wilayah yang berhubungan dengan Kromosom Ke-8 yang dikenal sebagai Gen Egois dan Kromosom ke-11 yang terdiri dari 12 satuan segmen dimana setiap segmen mempunyai 48 dijit. Segmen optimum adalah segmen MUHAMMAD yaitu diantara 4 dan 7 (simak QS 47, surat Muhammad).

Kalau manusia berada dibawah segmen 4, yaitu diantara 1 sampai 3, akan muncul manusia  yang mempunyai kecondongan pasif, kalau lebih dari 7 maka akan muncul manusia yang aktif-materialistik, emosional, hyperaktif sampai akhirnya Sczisophrenia (alias miring beneran dengan halusinasi yang sangat kuat).

Manusia yang mempunyai susunan kromosom 11 berada di atas 7 maupun di bawah 4 sebenarnya mempunyai cacat yang bisa diobati dengan dzikir dan shalat yang istiqomah, konsisten dengan metodologi yang benar yang implementasinya diterapkan didalam halaqah-halaqah thariqat yang masih berpegang pada al-Shirathaal al-Mustaqiim (jalan yang luas yaitu Pengetahuan Tauhid sebagai Ruh Makrifat). Kalau hal ini tidak diobati maka yang muncul adalah penyakit akal dan hati yang bisa menyesatkan manusia kepada wilayah gelap jiwa manusia sebagai kaum yang disebutkan di Al Qur’an sebagai Asfalaa Safiliin dan menjadi kaum Ghairullah (penyembah selain Allah).

Segmen optimum di Kromosom K-11 yang erat kaitannya dengan kepribadian manusia dan diturunkan melalui jalur kaum wanita yang mendapat amanat al-Rahiim Allah adalah segmen antara 4 sampai 7 atau 3×48=144 alias 12×12, dengan artikulasi nyata yang lahir sebagai manusia dengan akhlak Muhammad yang menyadari realitas kehidupan yang fana sebagai ukuran untuk mencerap Adanya Realitas Absolut (Allah, AL-Haq) antara lain prinsip dasarnya adalah :

Sehari semalam sebagai kehidupan adalah suatu siklus dengan ukuran  12+12=24 jam

Realitas kehidupan dapat diibaratkan sebagai Realitas Didalam Mobil Kehidupan dengan pelat nomor :

12^3+1^3=9^3+10^3=1729

Dan yang batin sebagai penggerak Roda Kehidupan adalah susunan 12 huruf dan 12 huruf dengan nilai total 24 huruf adalah 619 yaitu :

Laa ilahaa illaa Allah, Muhammadurrasulullah

Kalimat pertama dalam syahadat Umat Islam sebagai Umat manusia yang berserah diri dan tertunduk di hadapan Kemahabesaran Kemahakuasaan Allah adalah kalimat yang meniadakan semua bentuk maujud kemakhlukan menjadi Wujud Mutlak yaitu Yang Maha Esa, sehingga dengan penauhidan realitas semua kenyataan sandarannya cuma La hawla Walla Quwwata illaa Billah.

Lafaz Allah, adalah lafaz yang dinyatakan dengan segenap panca indera manusia dan konstruksi anatomis manusia yang menyatakan suatu Taksiran Optimum tentang Pencipta makhluk yang menciptakan makhluk yang hidup , berakal, berpikir, dan mampu memaknai, dalam ketentuan keseimbangan dan berpasangan, yang dimulai dari sistem denyut 2 ketukan di jantung (12 ketukan), pernafasan di paru-paru, tenggorokan, hidung, mata, telinga, tangan dan kaki bahwa semua realitas tentang kedirian manusia sebagai Cermin Allah yang menanggung beban Pengetahuan Allah ditiadakan.

Nafas pertama yang berhembus adalah Ahadiyyah Allah yang menyatakan ke-Esa-an DiriNya oleh DiriNya sendiri, setelah itu Nafas Al-Rahmaan dihembuskan sebagai Shamadiyyah yang menyaksikan. Rahmat yang aktual adalah rahmat dengan Pengetahuan Allah yang dinyatakan di surat ke-55 ayat 1 sampai 4 melalui medium penyingkapan Cinta DiriNya yaitu Manusia Universal Dengan Ruh Muhammad.

Nafas dengan RahmatNya adalah Ruh Muhammad sebagai Rahmat bagi semua alam yang diciptakan Allah. Dan karena itu, Ruh Muhammad adalah Jiwa Universal yang menyaksikan ke-Esa-an Allah dalam keadaan yang fitri, yang menjadi fondasi semua kehidupan yang dicerap maujud kemakhlukan yang disebut al-Insaan dalam keadaan berpasangan yaitu Adam Awlia dan Hawa dengan Wa Nafsi sebagai komponen yang muncul dari interaksi Ruh dan jasad materialistik dengan efek sampingan kalor panas Ablasa yang bergelora sebagai samudera Wa Nafsi. Wa Nafsi bisa menjadi jahat dan taqwa tergantung bagaimana mendidiknya.

Sebagai fondasi kehidupan maka Ruh Muhammad adalah Washilah, perantara, tabir pelindung, pemberi syafaat antara makhluk dan PenciptaNya. Tanpa Ruh Muhammad maka semua makhluk akan binasa didalam Rahmat maupun Murka Allah. Dan semua itu dinyatakan sebagai suatu ungkapan “Muhammadurrasulullah” yang sebenarnya secara esensial tak pernah mati selama manusia masih bisa merasakan realitas kehidupan dibawah naungan Cahaya Matahari dan bernafas dengan nafas kehidupan.

Maka, dia yang menjadi Muhammadurasullah akan ada di setiap zaman sebagai Syams Ad- Diin yang mestinya diterjemahkan sebagai Matahari Pengetahuan Ilahi alias Khalifah Allah. Tidak ada reinkarnasi dalam hal ini karena yang aktual disetiap zaman adalah esensi murni sebagai penyaksi Ke-Esa-an Allah, dia adalah Jiwa Universal Muhammad sebagai Jiwa Yang Satu (simak Qs 6:98). Juga, tidak ada penitisan atau penetesan yang ada hanyalah Pewarisan Spiritual dengan bimbingan Mursyid yang menyempurnakan melalui suatu proses pembimbingan yang benar yang disebut Transmisi Cahaya Ahlul Bait yaitu PENYUCIAN JIWA DENGAN IQRA, dengan panduan al-Qur’an, As-Sunnah, dan sunatullarasul sesuai dengan ruang waktunya yang sudah ditetapkan oleh Al-Haqq (Maksudnya : nggak perlu mesti berbaju ala zaman dulu untuk menjadi pewaris, ia bisa lahir dari baju apa saja , di zaman apa saja, dimana saja, kapan saja, tergantung Kehendak Allah karena prosesi pewarisan Ahlul Bait dengan Bimbingan yang benar adalah anugerah Allah yang memberikan rahmat kepada siapapun yang dikehendakiNya.

Jadi, jangan iri dan dengki kalau yang mewarisi misalnya kulitnya item, merah, kuning, putih, coklat, maupun warna warni lainnya, semua kriteria syarat pewarisan Ahlul Bait dari penilaian hawa nafsu manusia dalam hal ini Tidak Berlaku, yang berlaku adalah wewenang dan perintah al-Haqq khususnya yang berhubungan dengan creation dan re-creation).

Dzat-dzat Iblis yang dikeluarkan oleh semua bentuk makhluk yang hidup adalah sisa metabolisme organik. Karena itu, kalau manusia tidak menjaga makanan dan minumannya, serta bagaimana ia memperolehnya, seluruh zat-zat sisa metabolisme itu akan muncul menjadi bagian dari hawa nafsunya, bahkan bisa menjadi sumber penyakit utamanya yang bermuara di perut sebagai muara pertemuan semua zat yang dimakan, diminum maupun yang akan dikeluarkan tubuh. Karena itu, dalam berbagai segi pengolahan ruhani dan jasad manusia selalu akan melibatkan proses Penyucian Jiwa sebagai proses detoksinifikasi supaya terjadi Grastulasi atau pembalikkan fase dari yang kasar menjadi yang lembut untuk kemudian RE-BORN atau dilahirkan kembali dalam maujud Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Lahir dan Yang Batin, dan yang mencakup segala sesuatu sebagai suatu musyahadah akal dan hati yang telah dimurnikan kembali dan melihat realitas dari titik awal dan akhir Pengetahuan Tauhid. Pada posisi demikian, manusia yang kembali dilahirkan akan memahami makna “Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu” dan akan memahami kenapa dalam setiap akhir shalat 2 rakaat Ibu jari dan telunjuk dalam posisi menunjuk ke depan.

Jiwa manusia ketika ditiupkan ke dalam jasad akan diselubungi hawa nafsu, tertabiri, dan jiwa murni yang fitri terpenjara oleh hawa nafsu materialistik. Kalau jiwa manusia dengan hawa nafsunya menjadi materialistik, maka muncullah generasi makhluk yang disebut BANI ISRAEL dengan alias Bani 360+12 (ini nilai huruf Arab ISRAEL, 360 derajat lingkaran dengan 12 satuan yang disebut JAM.

Silahkan simak nilai al-Jumal susunan huruf penulisan ISRAEL di Al Qur’an) sebagai umat manusia yang terpenjara didalam penjara ruang waktu materialistik, kosong dari pemaknaan, takabur, sombong, dengki, dan karakter jahiliyah lainya.

Kita semua sebenarnya telah melalui suatu proses evolutif sebagai generasi makhluk yang berhalusinasi bersama dengan Simbol, Geometri, Bilangan dan Huruf, dari Bani Adam dan Hawa, Bani Israel, menjadi dua kemungkinan yang tidak bisa ditolak yaitu Cermin Allah atau Al-Insaan sebagai Insaana Fii Ahsaani Taqwiim dengan Jiwa Yang tenang dalam genggaman Rahmat dan Ridha Allah atau menjadi Asfalaa Safiliin (simak QS 95, surat At-Tiin) yang memutuskan diri dari Rahmat Tuhannya alias Bani Ablasa.

Namun, semua proses yang terjadi dalam sistem kehidupan ciptaan Alah, Rabbul “Aalamin maka Fondasi Arasy maujud semua makhluk Ciptaan Allah adalah CAHAYA MUHAMMADIYYAH dimana semua Hukum Tentang Kehidupan (The Law Of Life) kelak akan diuraikan dan dirumuskan menjadi Kitab Wahyu yang menjelaskan Prinsip-prinsip dasar Kehidupan, Wacana Fundamental Umat manusia sepaya selaras dengan Kehendak Allah yaitu AL QUR’AN, Dzikrul Lil ‘Aalamin.

Bilangan 12 yang mengiringi 92 sebenarnya mempunyai makna yang erat kaitannya dengan PENAUHIDAN DENGAN 12 HURUF  YANG NILAI TOTALNYA 165 yaitu :

LAA ILLAAHA ILLA ALLAAH.

Sedangkan bilangan 11 yang merupakan jumlah 9+2=11 merupakan PENAUHIDAN DENGAN MUSYAHADAH KEDIAAN ALLAH, YAITU

LAA ILAHAA ILLA HUWA

Dengan nilai huruf 110 yang merupakan tauhid yang dinyatakan dalam musyahadah Aku dan Dia  dalam Isra Mi’raj Manusia Universal alias Muhammad SAW.

Lantas saya jumlahkan hasil jumlahan CCW dan CW dengan titik tengah yaitu bilangan 9 sebagai bilangan at-taubah, Kunci Maghfirah Allah:

23+23+9=55

Nah, dengan demikian, saya lalu saya jumlahkan seluruhnya diperoleh:

55+55+55=110+55=165

Yaitu nilai lafaz Tauhid  “Laa ilaaha illaa Allah “ yang tersusun dari 12 huruf dengan nilai al-Jumal atau Gematria 165.

Sampai disini saya jadi teringat surat ke 110 an-Nashr yang menjanjikan Pertolongan Allah dan dan surat No 55 al-Rahman, yang sebenarnya menjelaskan pentingnya Ilmu Pengetahuan sebagai dasar-dasar  Membaca Pesan-pesan Allah yang benar, khususnya ayat-ayat yang menjelaskan ilmu pengetahuan sebagai Rahmat Allah, batasan yang tak boleh dilanggar dari tatanan keseimbangan dan keadilan berupa hukum-hukum alam, dan ancaman bagi yang mendustakan rahmat-Nya yang ditegaskan di ayat ke 13 surat 55 dengan penyebutan 31 kali.

Delapan ayat pertama dalam Qs 55 menjelaskan hubungan sistemik antara Pengetahuan Allah yang dinyatakan dari KekuasaanNya sebagai al-Rahmaan, manusia, sistem kehidupannya dan batasan yang tidak boleh dilanggarnya didalam sistem ciptaan tersebut :

55-1, Al-Rahmaan,

55-2, Yang Mengajarkan al-Qur’an

55-3, Dia Menciptakan Manusia

55-4, dan Mengajarnya pandai bicara

55-5, Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan

55-6, Dan tumbuhan serta pepohonan keduanya tertunduk kepadaNya

55-7, Dan Allah telah meninggikan langit dan meletakkan al-Mizan

55-8, Supaya kamu jangan melampaui batas al-Mizan

Cahaya, dengan kecepatannya yang sampai hari ini tak ada yang mampu melampauinya sebenarnya adalah salah satu saja dari al-Mizan Allah. Siapa pun yang berupaya melampaui kecepatan cahaya, konsekuensinya akan mengerikan karena darinya dapat terjadi ledakan nuklir yang rumusannya dijelaskan dari hukum keseimbangan energi materi yaitu E=mC^2 (Catatan: Saya pernah juga menjahili rumus Einstein yang membuat heboh ini. Ternyata kalau kita tuliskan E sebagai Energi dan m sebagai 40 (nilai huruf Mim) dan C sebagai 300 yaitu nilai huruf Syin maka didapat 40x(300)^2=40×90000=3600000. 3600000 kalau kita katakan dengan cara berbeda akan berbunyi 36 dengan NOL 5 biji yang diringkas 365 alias periode putaran Bumi mengelilingi matahari selama setahun yaitu 365 hari. Maknanya, Rumus yang menyatakan kesetaraan energi dan materi dengan penyetara kuadrat kecepatan cahaya adalah Realitas yang DIPAKSAKAN untuk dinyatakan yang berakibat PENGHANCURAN alias BOM ATOM. Nah, sampai disini saya baru ngeh tentang dampak negatif dari kekuasaan yang dipaksakan untuk hadir dalam ruang waktu yang tidak tepat yang tidak lain adalah terjadinya Pelanggaran al-Mizan Allah dengan sebutan RahmatNya maupun MurkaNya yang sebenarnya kehadiran Rahmat maupun Murka itu tergantung pada kondisi kejiwaan atau akhlak dari The Man Behind The Gun, manusia adalah variabel dominan untuk menyatakan Kekuasaan Allah, baik yang disebut rahmat maupun murka. Karena itu, apa yang dicapai para Nabi dan Rasul sejak dulu sebenarnya sudah menyentuh pokok permasalahan dari masalah kehidupan yaitu keharmonisan manusia dengan fakta-fakta dan bukti dari Kehendak dan Kekuasaan Allah yang tampil Nyata dengan PengetahuanNya, yaitu Dia yang Ghaib namun Ghai-biin bagi yang memahami PengetahuanNya , simak QS 7:7).

Kalau kita tambahkan dengan bilangan jumlahan dalam arah diagonal dalam dekonstruksi bilangan yang menyusun kecepatan cahaya, diperoleh :

2+9+8=19

4+9+9=22

Jumlah totalnya :

19+22=41

19 sendiri tidak lain adalah jumlah huruf kalimat Basmalah, sedangkan 22 adalah kaidah dasar ketukan 22 yang tidak lain merupakan ketukan shalat atau nama lain dari surat al-Fatihah sebagai suart Dua Dua yang dibaca setiap 2 rakaat.

Kalau kita jumlahkan,

165+41=206

165-41=124

Jumlah keduanya adalah :

206+124=330

Bagi 330 dengan 10 jaritanganmu didapat 33 sebagai ketukan Dzikir yang harus sebisa mungkin dilafazkan Umat Islam setelah shalat 5 waktu sebagai Warisan Rasulullah dengan tahlil, tasbih, tahmid, dan takbir (Rumus Dzikir 4×33). Nah, sudahkan kita menerapkan Warisan Suci itu setiap kita usai shalat 5 waktu Dzikir dengan Rumusan 4×33 yang menyiratkan nilai dari 9 huruf Rabbul ‘Aalamin, Allah, Pencipta, Pemelihara dan Pendidik semua makhlukNya?

atmnd, 114912, 16-3-2007, 1428 H, tahun imlek 2550, tahun sinkronisasi Yin-Yang, tahun Thaasin, tahun peralihan siklus kehidupan, tahun dimana 619 sebagai Laa ilaaha illaa Allah, Muhammadurrasulullah tampil apa adanya. Naskah asli tertulis  dengan 17 halaman A4, 92 paragraf, 419 baris. 2738 kata, 16829 karakter tanpa spasi.

Bekas-I sampai Kawasan Blok-M, Kota 623


No comments:

Post a Comment