Sunday, October 28, 2012

Rahasia Papan Catur

Catur merupakan permainan asah otak yang paling digemari di dunia. Konon permainan pikiran ini telah dikembangkan ribuan tahun yang lalu oleh para Brahmana dari India, meskipun ada pendapat bahwa sebenarnya orang Cinalah yang pertama kali menemukan prinsip dasarnya sebagai suatu permainan dengan matriks bilangan. Tidak kurang kaisar Parsi zaman dahulu pun menjadikan permainan catur diatas papan dengan kotak 8x8=64 tersebut menjadi permainan yang penuh keagungan karena secara tidak sadar manusia diajak untuk mengatur cara menyusun kaidah-kaidah logis, strategi dan juga taktik.

Ketika permainan catu rmemasuki wilayah Arabia Badui, biji catur berbentuk Gajah kemudian diperkenalkan sebagai symbol Dewa Pengetahuan yaitu Ganesha.

Suatu hari seorang Yatim Piatu membuktikan rahasia ketidak sahihan aritmatika-geometri papan catur 8x8=64 karena berhasil membuktikan bahwa 8x8 tidak sama dengan 64.

Dengan cara yang elegan, ia kemudian memotong papan catur dengan membuat garis potong di kotak catur yang dinomori dari titik nol sampai delapan. Kemudian dibuatnya suatu garis potong pada tiga pasang bilangan (0,5)-(5,3), (5,0)-(5,8), dan (5,0)-(8,8). Melalui tiga garis potong tersebut papan catur dibelah menjadi empat  bagian.

Empat bagian papan catur itu kemudian disusun ulang sedemikian rupa terbentuk suatu kotak memanjang dengan susunan 13x5 kotak dengan hasil jumlah kotak menjadi 65. Aritmatika geometri papan catur ternyata mengalami keruntuhan atau anomali pada hitungan ke delapan dari titik nol karena 8x8=64 sama dengan 13x5=65.

Apa yang terjadi? Rahasia papan catur ini menyimpan perubahan konsep besar dengan digunakannya suatu aksioma mutlak benar yang berlaku sampai hari ini menjadi dasar-dasar sistem ilmu pengetahuan, tatanan alam semesta, dan sistem kalender kita dengan batasan bilangan 7.

Maka, dari papan catur inilah si Yatim Piatu memahami rahasia penciptaan alam yang tersembunyi sebagai 7 langit bumi dimana yang ghaib mutlak menopang yang nyata, yang hanya dapat dipahami dengan dasar perhitungan tiga bilangan dasar dengan hasil sempurna ketika realitas absolut tampil di pelupuk mata melalui retina mata manusia.

Si Yatim Piatu itu adalah Ahmad yang kemudian menjadi Muhammad Utusan Allah, atau umat Budha mengenalnya sebagai Adi Budha.

Penulis: @tmonadi

No comments:

Post a Comment