Oleh: @tmonadi
Belakangan ini, tepatnya sekitar lima tahunan yang lalu, tak lama setelah tsunami membelalakkan mata semua orang di Planet Bumi ini, isu 2012 mencuat ke permukaan. Khususnya di Internet, media distribusi informasi yang saat ini sudah merambah kemana-mana. Disebut kemana-mana karena sekarang ini mobile device sudah lebih mampu beradaptasi dengan internet dan lebih murah dan terjangkau harganya. Akibatnya akses informasi di masyarakat semakin mudah dan cepat meluas. Belum lagi pemberitaan yang gencar atas suatu peristiwa menyebabkan percepatan sebaran informasi. Baik informasi itu gosip atau suatu informasi yang bernilai.
2012 merupakan isu yang paling hangat diomongkan orang saat ini. Maklum saja, film berhudul “2012” mulai diputar pekan ini di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia, khususnya di Jakarta dimana gosip berkembang biak bagai virus. Karena itu jangan heran kalau segala macam orang mulai ngomong soal 2012, baik orang awam, dukun, ustad, ilmuwan, dan tentu saja saya yang beberapa bulan yang lalu sudah membaca bukunya dan resensinya sudah saya terbitkan pula di blog saya.
Mungkin, disamping isu-isu yang sekarang ramai dibincangkan orang di masyarakat, mulai isu Cicak vs Buaya, Bank Century, People Power, dll, 2012 justru paling menghibur sekaligus membuat penasaran tanpa perlu harus turun ke jalan. Meskipun lembaga ilmiah seperti LAPAN dan NASA menyebutkan kalau tahun 2012 tak bakal kiamat, tapi orang tak peduli karena yang penting rasa penasaran seperti apa kiamat itu akan bisa dilihat dengan membayar 25 ribu sampai mungkin paling banter 50 ribu perak.
Kalau mau usaha sedikit, malah sudah beberapa bulan yang lalu film bajakannya sudah beredar, atau versi 2012 yang lain banyak ditemukan di situs video Youtube dot Com. Tapi ini gebyar acara ala Hollywood bung, makanya meskipun sudah banyak informasi yang lebih bermutu terbit, tetap saja orang ingin melihat yang sedikit “ajaib” dan “menakutkan”, meskipun cuma di film doang. Padahal kalau dalam kenyataannya, boro-boro menghadapi kiamat, lindu beberapa skala richer saja membuat orang terkencing-kencing menyelamatkan diri. Tapi, apa sebenarnya arti dan maksud 2012 , baik secara numerik, maupun secara ilmiah yang berhubungan dengan kondisi kehidupan di Planet Bumi yang sebiji mata wayang ini?
Uraian singkat ini merupakan penelusuran dengan teknik simbologika sehubungan dengan bilangan 2012 baik sebagai skalar maupun sebagai vektor. Kalau mau jelas tentang skalar dan vektor, silahkan buka buku fisika sekolah menengah. Ringkasnya, skalar adalah besaran tanpa arah, sedangkan vektor mempunyai besar dan arah. Jadi, kalau kita bilang 2012 tanpa embel-embel apapun, maka tentunya itu hanya sekedar bilangan semata. Punya besar doang. Tapi kalau kita sebutkan 2012 sebagai tahun, maka yang dimaksud adalah ukuran waktu yang mempunyai arah selalu ke depan. Karena yang diomongkan soal 2012 sebagai tahun maka kita sebenarnya ngomong soal angka tahun dimana suatu peristiwa, sebut saja peristiwa X, akan terjadi. Tahun adalah siklus.
Umumnya, siklus tahun sekarang ini dihitung berdasarkan perputaran Bumi terhadap Matahari. Jadi, 2012 sebenarnya bilangan tahun yang menyatakan suatu ukuran siklus dimana, ia menjadi ujung dari suatu pangkal. Pangkalnya adalah siklus sebelumnya dimana X pernah terjadi juga. Peristiwa atau Event X inilah yang diributkan sebagai kiamat pada tahun 2012 nanti. Tepatnya suatu Peristiwa Besar yang mungkin akan terjadi seperti dulu terjadi juga ketika moyang kita menghitung ukuran siklus yaitu kalender. Suku Maya yang sekarang banyak disebut orang itu punya memori masa lalu yang kuat sehingga peristiwa X diabadikan dalam sistem kalendernya yang canggih sebagai penghujung siklus dengan tanda-tanda yang menakutkan. Kalender Suku Maya punya 20 bulan dan setahun cuma 260 hari. Jenis kelendernya pun macam-macam, malah ada sekitar 20 kalender untuk berbagai keperluan, mulai dari urusan wanita, pertanian, upacara dll. Jadi, beda benar dengan ukuran tahun kita hari ini yang lebih umum dihitung 365 hari atau 354 hari tergantung mau megang yang mana, siklus Matahari atau Bulan.
Yang menggayut di kepala saya sebenarnya adalah, ukuran tahun 2012 itu nampaknya berhubungan dengan suatu bugs atau cacat dalam tatacara kita menghitung tahun. Dan hal ini erat kaitannya dengan putaran atau periode Bumi mengelilingi Matahari, aktifitas dinamis matahari sebagai suatu siklus, dan dinamika bumi dan bulan sebagai satu kesatuan benda langit yang saling berinteraksi. Artinya, eksistensi keseimbangan Bumi sangat dipengaruhi oleh adanya bulan. Dan demikian juga sebaliknya. Sedangkan keseimbangan bumi-bulan dipengaruhi oleh posisinya terhadap matahari. Jadi, semua itu bergantung pada kemampuan tarik menarik dan tolak menolak alias gravitasi. Anomali atau kesalahan ketika kita memperhitungkan ukuran jarak antara Bumi –Bulan-Matahari akan memberikan dampak nyata dalam sistem pengetahuan kita yaitu kesalahan dimensional. Kesalahan ini menyebabkan tatacara kita menaksir suatu siklus juga mempunyai cacat bagaikan apel yang mempunyai cekungan di bagian putiknya. Atau bagaikan balon yang akan gembos setelah beberapa waktu didiamkan. Kesalahan pengukuran inilah yang kemudian menjadi sebab kenapa muncul ukutan bilangan atau nilai suatu tahun yang dianggap sebagai tahun Bahaya atau Tahun Bencana yaitu 2012. Lantas, bagaimana menguraikannya? Kenapa hanya suku Indian Maya saja yang tahu hal ini? Tentunya akan sulit kalau kita menelusuri sejarah dengan tuntutan seabrek bukti artifaknya atau kitab-kitabnya. Jalan paling mudah adalah merekonstruksi ulang bagaimana moyang kita berpikir secara simbologika yaitu dalam menetapkan ukuran dan menafsirkannya sebagai suatu nilai yang mempunyai arah yaitu waktu atau nilai suatu siklus.
Referensi moyang kita dalam menghitung tidak lain adalah jumlah jari tangan dan kaki kita yaitu 20 atau kalau kita mulai dari NOL, maka ukurannya 0 sampai 19, terus kembali lagi. Cara menghitung ini justru dikenal oleh Phytagoras, Aristoteles, dan Plato yang ada di belahan dunia yang berbeda dengan suku Maya. Mereka di Yunani, sedangkan Indian Maya di Amerika Selatan. Tahunnya pun beda jauh. Sampai hari ini, informasi yang agak akurat sehubungan dengan “adanya” lalu lintas manusia di zaman lampau (sekitar 2500 tahun yang lalu) dari Asia atau Eropa ke Wilayah Amerika Selatan justru datang dari China. Di buku Kevin Menzi berjudul 1434, ada bukti yang kuat kalau suku-suku Indian di Amerika Selatan sudah berdagang dengan China. Tapi itu di abad 14 bukan 2500 tahun yang lalu atau 500 tahun SM, zaman dimana filsuf Yunani konon dikabarkan pernah hidup (note: sejauh ini, filsuf-filsuf itu buat saya mirip Superman, Batman, Gundala, Godam, dan berbagai jenis tokoh dufan lainnya. Mungkin 500 tahun lagi anak cucu kita akan mengira Superman dan kawan-kawannya itu benar-benar ada, seperti kita dipaksa harus percaya kalau Phytagotas, Plato, atau Aristoteles itu ada). Kita lupakan dulu keanehan ini, mari kembali bicara tentang ukuran tahun. Ukuran satu tahun di zaman dulu tidak mempunyai standar. Namun yang paling berpengaruh dan kita kenal adalah ukuran setahun 360 hari dan jumlah bulannya 10. Ukuran ini merupakan ukuran tahun Rumawi.
Ukuran tahun orang Maya setahun ada 260 hari dan mempunyai 20 bulan. Sedangkan ukuran tahun yang kita kenal hari ini adalah 365 hari dengan jumlah bulan 12. Ukuran-ukuran itu sebenarnya pembulatan. Hitungan teoritisnya, seperti yang dilakukan oleh Arya Batha dari India atau Ghou You Ji , astronom dari China semasa Kubilai Khan adalah 365,2425. Jadi, masih ada selisih 0,2425. Kalau ukuran kalender bulan, maka setahun 12 bulan adalah 354 hari. 354 ini pun pembulatan, jadi masih ada sisa. Selisih ini sebenarnya erat kaitannya dengan kesalahan inderawi dan alat ukur. Jadi, sejauh ini tak ada nilai yang benar-benar bulat. Kita gunakan pembulatan disini semata-mata untuk memperoleh besaran yang bulat saja sebagai suatu konsep KUANTA atau ukuran yang tetap seperti kita gunakan dalam satuan matahari sebagai paket kuanta yang diskrit. Mari kita susun nilai paket skalar ini dengan cara simbolik sbb:
1, 1, 2, 3, 5 jumlah 5 dijit, 1+1+2+3+5=12
Kalau kita teruskan deret bilangan diatas, maka yang kita temukan adalah deret bilangan Fibonacci.
Kalau kita sisipkan di posisi dijit ke-1 simbol 0 yang kita sebut NOL atau UNKNOWN, maka nilai simbol O yang kita sebut NOL sebenarnya ada nilainya tapi UNKNOWN alias tidak tahu berapa?
Pengertian dasar NOL atau KOSONG sebagai UNKNOWN sebenarnya saat ini diterapkan dalam sistem database. Field data yang kosong atau NULL bukan berarti NOL tapi ada isinya cuma tidak tahu berapa. Untuk menentukan nilai SATU atau NOL maka yang kita gunakan saat ini pendekatan-pendekatan yang bersifat STATISTIK atau dengan pendekatan PEMBOBOTAN YANG DIKENAL sebagai FUZZY LOGIC. Dalam Fuzzy Logic, maka nilai absolut untuk UNKOWN adalah 1 atau SATU. Hanya saja, dalam menentukan suatu titik dalam bentangan 1 ini ada titik-titik dengan bobot tertentu misalnya 0.2, 0.6, 0.7 dst sampai 1.0.
Semua parameter didalam bilangan 1 yang juga sebenarnya TIDAK TAHU berapa besarnya ini sejatinya selalu akan dikali dengan koefisien bobot Fuzzy Logic tersebut. Sehingga nilainya secara keseluruhan akan mendekati SATU namun tidak benar-benar SATU secara utuh. Karena itu akan selalu ada cacat yang sifatnya inheren karena erat kaitannya dengan distorsi inderawi atas benda-benda geometrik. Contoh nyatanya adalah Papan Catur 8×8=65 yang dapat diubah menjadi papan 13×5=65 dengan menghasilkan 1 satuan celah bolong bernilai 1. 1 karena itu disebut Asumsi Mutlak Benar, simbol yang kelak menjadi simbol Kemahaesaan Tuhan yang tak sama dengan bentuk makhluk ciptaan-Nya. (silahkan baca tulisan lama saya di Multiply mengenai runtuhnya papan catur : http://atmoon.multiply.com/journal/item/18 ).
Karena itu susunan bilangan hukum pemantulan cahaya dengan penempatan O sebagai 0 diposisi dijit ke-1 mewakili pengertian yang berhubungan dengan cacat tersebut. Nilai deret bilangan hukum pemantulan cahaya menjadi simbol 6 dijit dengan jumlah 12 juga:
0,1,1,2,3,5 à 6 dijit jumlah 12.
Kalau kita sandingkan hasil akhir keduanya, diperoleh susunan :
5 (dijit) jumlahnya 12 = 17
6 (dijit) jumlahnya 12 = 18
17-18=-1
17+18=35
-1+35=34
18-17=1
18+17=35
1+35=36
Dari kedua hasil tersebut, kemudian digunakan hukum penyisipan bilangan 5 di posisi dijit ke-2 untuk bilangan 34 dan dijit ke-3 untuk bilangan 35. Teknik ini disebut kaidah :
2 3 5
2+3+5=10 + 3 = 13
Hasilnya adalah bilangan 13 kalau kita sebutkan cek dijit sebagai balance bilangan 10 yaitu jumlahan 2,3,5 adalah 10, dan jumlah dijitnya adalah 3, 10+3=13.
Bilangan 13 adalah bilangan Black Hole dimana semua bilangan dengan rumusan tertentu hasilnya konstan selalu 13 atau tenggelam menjadi 13. Secara fisik 13 tidak lain adalah 987 bar, tekanan atmosfir syarat kita hidup di Bumi ini namun dalam satuan Newton per meter persegi (lihat lagi buku fisikanya kalau lupa).
Bilangan 13 ini merupakan konstanta awal sebagai bilangan skalar yang secara simbolik mewakili TELUNJUK KITA sebagai bagian yang DIPUTAR sedangkan 23 adalah IBU JARI sebagai penumpu.
Kalau Anda jongkok dengan telunjuk menyentuh tanah, maka Anda dapat membuat lingkaran dengan memutar tubuh Anda. Konsep lingkaran awal inilah yang nilainya sebanding dengan Putaran Bumi terhadap Matahari dan Bulan terhadap Bumi. Dimana penulisan simboliknya menjadi :
5 2
5 3
5+5=10,2+3=5, 10+5=15
5+2=7 , 5+3=8, 7+8 =15
2+5=7, 3+5=8, 7+8 =15
15 adalah nilai bilangan sebagai simbol keseimbangan yang tidak lain adalah nilai dari jumlahan Matriks Magic Square Lo-Shu.
Jumlahannya adalah :
15+15+15=45=1+2+3+4+5+6+7+8+9=45
Susunan bilangan tersebut tidak lain adalah desimal tanpa nol yang mewakili susunan 9 benda langit dengan Matahari sebagai pusatnya, atau 10 benda langit kalau Matahari kita perhitungkan. Karena 45 adalah 2 dijit, maka kalau kita sisipkan bilangan 9 di posisi dijit ke-2 hasilnya adalah bilangan 495. Perhatikan bahwa pengertian 2 sebagai “dua” identik dengan simbol 10 sebagai biner dari dua.
2 / 2 = 1 sisa 0 atau 10
Kalau bilangan ini kita masukkan sebagai suatu nilai bulan, maka diperoleh 10 bulan sebagai ukuran, yaitu ukuran setahun orang Rumawi sebelum diubah menajdi 12 bulan. Kalau lingkaran ini kita tentukan nilainya sebagai 360 derajat, maka diperoleh nilai 36 untuk satu bulan. Ini nilai dari hitungan hukum pemantulan cahaya tadi sebagai nilai sempurna.
Orang Indian Maya melihat dengan cara berbeda. Ia mengambil nilai 2 sebagai POWER dari 10. Sehingga diperoleh nilai 10^2=100. Nilai ini kemudian dikalikan dengan tanda MINUS SATU. Hasilnya dalah -100.
Nilai ini kemudian dikurangi dengan hasilkali 36 dengan 10. Sedangkan isinya kemudian dinyatakan sebagai 2 x 10 =20. Hasilnya :
360-100=260
2×10 =20
260 adalah nilai hari dalam 1 siklus dan 20 adalah jumlah bulan. Sehingga, dalam satu bulan , orang Maya menghitungnya sebagai 260/20=13 hari . Ini tak lain adalah nilai bilangan Black Hole alias telunjuk sebagai pemutar roda kehidupan. Yang menarik, kalau nilai 13 ini dikalikan dengan nilai dijit 260 ditambah nilai dijit 20 yaitu 3+2=5, kita peroleh konsep kehidupan Indian Maya sebagai konstruksi geometris 13×5=65 yang dapat diperoleh dari konstruksi runtuhnya papan catur 8×8=64. (Lihat gambar berikut dari artikel saya terdahulu di Multiply).
Ini berbeda dengan konstruksi realitas Papan Catur China atau India yaitu 8×8=64. Sisa keduanya adalah plus minus 1 dengan jumlah nilai 0.
65-64=1, 64-65=-1, 1-1=0
Kalau ini dikaitkan dengan konsep bilangan NOL sebagai pelengkap hukum pemantulan cahaya di bidang datar (yaitu deret pemantulan cahaya 1,1,2,3,5), maka pengertiannya secara gamblang menjelaskan bagaimana cara Indian Maya dan orang China dan India memahami hukum pemantulan cahaya dan mengubahnya secara “kuantum” menjadi “setara dengan nilai vektor” suatu siklus sebagai periode Bumi mengelilingi Matahari yang berhubungan dengan Bencana Besar atau Perubahan Besar yang dapat dikatakan ekstrim. Karena itu, masa dimana peristiwa besar itu terjadi dijadikan sebagai patokan awal dan akhir siklus. Konsep ini penting sekali dalam sistem kalender untuk menentukan kapan titik tahun ke-1 dimulai dan kapan akan berakhir sebagai satu siklus. (simboliknya : kapan kepala ular menggigit ekornya).
Tidak heran kalau Indian Maya memuja Matahari sebagai suatu Entitas Agung bahkan dipertuhankan. Indian Maya nampaknya pola pikirnya identik dengan orang Mesir Kuno, Sumeria dan Babylonia Kuno yang juga memuja Matahari dengan nama dewanya RAA.
Apa sebenarnya arti siklus 13 hari dimana kita dengan 5 jari di 1 tangan harus meresponnya? Ini tidak lain adalah konsep siklus dan perubahan di Bumi akibat dinamika Matahari, yang mempengaruhi Bulan dan Bumi sebagai entitas benda langit di posisi ke-3 dari Matahari sebagai posisi nomor 0.
Orang Indian Maya kemudian meluaskan pikirannya dengan melihat nilai 260 dengan cara yang berbeda. 260 adalah 2 dengan 0 (NOL) 6 buah. Siklus mikronya tidak lain adalah ukuran 60 yang digunakan orang Babylonia yang juga memuja Dewa Matahari. Dengan demikian, siklus besar Maya adalah 2 juta (nah ingat berapa kira-kira usia manusia Jawa? Di Trinil):
2000000 =>dikompresikan menjadi 260 dan 206 (tergantung membacanya dari arah mana)
Nilai penguraian 260 sekaran kita sebut sebagai 2 juta sebagai siklus induknya yang serupa dengan siklus pendeknya sebagai ukuran 1 siklus. Satuannya sebut saja TAHUN dalam pikiran Indian Maya. Pikiran Indian Maya di proyeksikan ke suatu tinggi referensial sebagai lapisan dimana patokan pengukuran dilakukan. Posisi inilah yang kemudian disebut ketinggian atmosferik dengan posisi 1276 m dpl. Ketinggian ini merupakan tinggi maksimum dimana tekanan barometrik masih 13 N/m^2 atau sekitar 987 bar.
Ini ukuran yang kita gunakan sebagai kondisi alamiah yang murni. Belum ada aktifitas manusia yang merusaknya sehingga belum terjadi fluktuasi tekanan. Pendek kata masih kondisi gas ideal, adem ayem, laiknya taman surgawi. Kerusakan tekanan akan terjadi karena ulah manusia dan karena ulah alam sendiri yaitu perubahan dinamika internal Matahari , posisi Bumi, Bulan, Matahari, yang nilai siklusnya akan terjadi dalam rentang waktu tertentu. Taksiran awalnya, rentang waktu tersebut terjadi pada ukuran yang setara dengan nilai siklus matahari yang nilainya 365. Nilai ini adalah nilai dari China, Mesir, India.
Kalau kita gunakan nilai 260 sebagai pengurang, maka nilai selisihnya :
365 – 260 =165 (pinggggg!!!!!hayo apa 165?)
Nilai inilah yang dijadikan sebagai konsep ruang dinamis, dimana manusia dapat bergerak dengan kedua tangannya untuk mengubah nasib (ingat berapa jumlah karakter maksimum teks SMS yang kita pencet-pencet di keyborad hp? 165 karakter). Tentunya dengan konsekuensinya yang akan ditanggung misalnya kerusakan di Bumi. Nilai 165 kemudian di kalikan dengan faktor 10 menjadi 1650. Nilai 20 orang maya dikalikan dengan faktor 10^2 sebagai simbol kekuatan Matahari yang dapat diadopsi oleh manusia dengan hati, pikiran dan tangannya guna berbuat sesuatu. Tentu saja, nilai 10^2 tak lain adalah turunan berpangkat dari 10+2=12 alias 5 bilangan hukum pemantulan cahaya tadi.
Bilangan 100 ini nampaknya “hasil dari” respon manusia setelah suatu Peristiwa Besar terjadi. Hasil respon ini tidak laina dalah kapasitas Ilmu Pengathuan Manusia sebagai tanggapan atas kenyataan hidup yang dihadapi di Palnet Bumi. Peristiwa di Bumi itulah yang menjadi Patokan siklus besar HARI INI. Nilainya adalah :
20×10^2=2000
2000+1650 = 3650 tahun sebagai siklus besar.
Perlu diperhatikan, teman saya Pak Maryanto, geolog Asli Jogja, yang menggagas Salam Theory telah menggunakan nilai 2000 ini sebagai konstanta patokan dalam rumusan Teori Salamnya. Silahkan Anda kunjungi blognya di http://salamology.wordpress.com atau lihat kembali tulisan tentang Pengantar Salamologi di Blog@tmonadi (http://atmonadi.com). Akan tetapi, nilai ini masih mempunyai cacat sebagai faktor tidak menentunya hukum cahaya yaitu kualitas sistem kehidupan di Bumi yang dapat berubah karena ulah manusia maupun alam. Jadi, faktor 12 sebagai bilangana salnya (yaitu bilangan yang diturunkan dari hukum pemantulan cahaya) kemudian ditambahkan kepada bilangan MASA DEPAN tahun 2000 sehingga didapat :
2000+12=2012
Dari sini kita bisa melihat konsep Indian Maya tentang perubahan di Bumi sangat maju, mereka sudah memahami konsep yang menguasai sejarah akan menguasai masa depan, yang menguasai masa depan akan menguasai hari ini.
Karena ulah manusia, maka hal ini berhubungan dengan aktifitas Man Made World yang berdampak kepada alam. Aktifitas alam sebagai sumber alamiah perubahan di BUMI tidak lain adalah bilangan 2000, tapi dibaca 2 3 0 alias simbologika PLATE TEKTONIK di wilayah NUSANTARA hari ini. Nilai ini kemudian disimbolikkan ukurannya sebagai patokan yaitu bilangan 10 dari 5 dijit bilangan cahaya bidang datar menjadi 105 BT garis bujur timur. Garis ini tidak lain adalah Garis Bujur Timur Gunung RAKATA sebagai kawasan dinamis di masa lalu yang mengubah segalanya dan kemungkinan akan berulang pada tahun 2012. Perhatikan bahwa penentuan faktor referensial ini bekaitandengan tempat dimana peristiwa besar terjadi dan dimana kemudian pengukuran hukum cahaya dilakukan. Wilayah itu tak lain adalah wilayah Nusantara. Tepatnya wilayah antara Sunda – Sumaetra yang sekarang jadi propinsi Jawa Barat dan Lampung.
Pada akhirnya, 2012 sebagai Tahun hanyalah satu taksiran yang erat kaitannya dengan nilai siklus di BUMI dimana penetapannya erat kaitannya dengan awal mula bagaimana sistem desimal digunakan untuk emncari PATOKAN BARU bari masa depan atau standar keilmuan baru bagi masa depan umat manusia di Bumi. Bilangan 2012 secara simbolik juga merupakan UNIFIKASI MANUSIA DENGAN 20 JARITANGAN DAN KAKINYA UNTUK MENGANTISIPASI ATAU MERESPON DINAMIKA PEMANTULAN HUKUM CAHAYA YAITU 12 (1=1+2+3+5) sebagai akibat dari dinamika INTI MATAHARI YAITU DENYUT PULSAR yang kemungkinan berfluktuasi dengan hebat.
Saat ini kita berada di penghujung nilai tersebut ketika digunakan sistem hitungan Maya dengan asumsi, apapun perbuatan manusia di Bumi ini, semua akan tetap dilibas oleh Perubahan alamiah Planet Bumi yang bersumber di Nusantara dan wilayah Amerika Selatan sebagai fokus lokasi dimana anomali Bumi, Bulan, Matahari terjadi.
2012 sebagai penghujung sebenarnya telah diawali fenomenanya sejak tahun 1998. Jadi rentang waktunya sekitar 14 tahun, plus minus 14 tahun setelah 2012 sebagai fase transisi kembali ke normal, atau keseimbangan baru tercapai tahun 2026. Total jendral 28 tahun sebagai bilangan PERFECT yang jumlahnya sama dengan ruas tulang jemari tangan kita. Begitulah menurutku cerita 2012 Indian Maya itu. Pada akhirnya, karena dampak peristiwa besar di Bumi sebanding dengan dampak perbuatan manusia di Bumi, jadi masih memenuhi hukum Newton ke-3 aksi=-reaksi, maka keselamatan manusia di Bumi sebenarnya tergantung pada perilaku kita sendiri sebagai satu-satunya makhluk yang bisa berbuat apa saja di Bumi ini.
Baik berbuat yang merusak ataupun yang memberikan manfaat. Baik kerusakan ataupun bermanfaat semuanya mempunyai harga yang harus dibayar dengan dampak yang sebanding. Mengingat petuah lama, maka akan selalu berlalu suatu hukum interaksi dinamis yaitu perbuatan yang baik akan menghasilkan yang baik pula, yang buruk akan menghasilkan dampak keburukan pula.
Pada akhirnya, kalau kita mau sedikit lebih menghaluskan perasaan maka benarlah apa yang diungkapkan pada QS 13:11 bahwa nasib suatu kaum (misalnya manusia yang ada di Planet Bumi) , baik buruknya tergantung perilaku kaum itu sendiri. Akhir kata, bilangan Tahun 2012 bagi saya menyimpan suatu isyarat simbolik tentang manusia dengan ibu jari tangan dan kakinya yang harus siap sedia merespon dinamika sistem Bumi-Matahari sebagai suatu siklus alamiah, baik dinamika itu berdampak buruk karena mendapat amplifikasi (faktor penguatan) dari perbuatan manusia yang merusak keseimbangan alam, maupun akhirnya memberikan dampak baik setelah keseimbangan baru tercapai, dan tentunya kaum yang baru muncul dengan pemahaman yang baru tentang Kehidupan di Planet Bumi. Kurang lebihnya, silahkan pikir sendiri.
Catatan:Tulisan ini saya posting kembali di blog atmonadi.wordpress.com dan Multiply.om sehubungan blog atmonadi.com sedang mengalami masalah. Mungkin terlalu berat bebannya setelah posting Dechipering 2012 ini dipublikasikan tanggal 15-11-2009 kemarin.Tulisan ini berada dibawah naungan Creative Common License.
Atmnd 114912110565
Atmonadi 31-10-2009 jam 01:10, direvisi tanggal 15-11-2009, revisi akhir 18-11-2009
Pembaca sebaiknya merujuk juga tulisan yang sama di blog resmi atmonadi.com karena tulisan ini akan selalu diupdate
Belakangan ini, tepatnya sekitar lima tahunan yang lalu, tak lama setelah tsunami membelalakkan mata semua orang di Planet Bumi ini, isu 2012 mencuat ke permukaan. Khususnya di Internet, media distribusi informasi yang saat ini sudah merambah kemana-mana. Disebut kemana-mana karena sekarang ini mobile device sudah lebih mampu beradaptasi dengan internet dan lebih murah dan terjangkau harganya. Akibatnya akses informasi di masyarakat semakin mudah dan cepat meluas. Belum lagi pemberitaan yang gencar atas suatu peristiwa menyebabkan percepatan sebaran informasi. Baik informasi itu gosip atau suatu informasi yang bernilai.
2012 merupakan isu yang paling hangat diomongkan orang saat ini. Maklum saja, film berhudul “2012” mulai diputar pekan ini di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia, khususnya di Jakarta dimana gosip berkembang biak bagai virus. Karena itu jangan heran kalau segala macam orang mulai ngomong soal 2012, baik orang awam, dukun, ustad, ilmuwan, dan tentu saja saya yang beberapa bulan yang lalu sudah membaca bukunya dan resensinya sudah saya terbitkan pula di blog saya.
Mungkin, disamping isu-isu yang sekarang ramai dibincangkan orang di masyarakat, mulai isu Cicak vs Buaya, Bank Century, People Power, dll, 2012 justru paling menghibur sekaligus membuat penasaran tanpa perlu harus turun ke jalan. Meskipun lembaga ilmiah seperti LAPAN dan NASA menyebutkan kalau tahun 2012 tak bakal kiamat, tapi orang tak peduli karena yang penting rasa penasaran seperti apa kiamat itu akan bisa dilihat dengan membayar 25 ribu sampai mungkin paling banter 50 ribu perak.
Kalau mau usaha sedikit, malah sudah beberapa bulan yang lalu film bajakannya sudah beredar, atau versi 2012 yang lain banyak ditemukan di situs video Youtube dot Com. Tapi ini gebyar acara ala Hollywood bung, makanya meskipun sudah banyak informasi yang lebih bermutu terbit, tetap saja orang ingin melihat yang sedikit “ajaib” dan “menakutkan”, meskipun cuma di film doang. Padahal kalau dalam kenyataannya, boro-boro menghadapi kiamat, lindu beberapa skala richer saja membuat orang terkencing-kencing menyelamatkan diri. Tapi, apa sebenarnya arti dan maksud 2012 , baik secara numerik, maupun secara ilmiah yang berhubungan dengan kondisi kehidupan di Planet Bumi yang sebiji mata wayang ini?
Uraian singkat ini merupakan penelusuran dengan teknik simbologika sehubungan dengan bilangan 2012 baik sebagai skalar maupun sebagai vektor. Kalau mau jelas tentang skalar dan vektor, silahkan buka buku fisika sekolah menengah. Ringkasnya, skalar adalah besaran tanpa arah, sedangkan vektor mempunyai besar dan arah. Jadi, kalau kita bilang 2012 tanpa embel-embel apapun, maka tentunya itu hanya sekedar bilangan semata. Punya besar doang. Tapi kalau kita sebutkan 2012 sebagai tahun, maka yang dimaksud adalah ukuran waktu yang mempunyai arah selalu ke depan. Karena yang diomongkan soal 2012 sebagai tahun maka kita sebenarnya ngomong soal angka tahun dimana suatu peristiwa, sebut saja peristiwa X, akan terjadi. Tahun adalah siklus.
Umumnya, siklus tahun sekarang ini dihitung berdasarkan perputaran Bumi terhadap Matahari. Jadi, 2012 sebenarnya bilangan tahun yang menyatakan suatu ukuran siklus dimana, ia menjadi ujung dari suatu pangkal. Pangkalnya adalah siklus sebelumnya dimana X pernah terjadi juga. Peristiwa atau Event X inilah yang diributkan sebagai kiamat pada tahun 2012 nanti. Tepatnya suatu Peristiwa Besar yang mungkin akan terjadi seperti dulu terjadi juga ketika moyang kita menghitung ukuran siklus yaitu kalender. Suku Maya yang sekarang banyak disebut orang itu punya memori masa lalu yang kuat sehingga peristiwa X diabadikan dalam sistem kalendernya yang canggih sebagai penghujung siklus dengan tanda-tanda yang menakutkan. Kalender Suku Maya punya 20 bulan dan setahun cuma 260 hari. Jenis kelendernya pun macam-macam, malah ada sekitar 20 kalender untuk berbagai keperluan, mulai dari urusan wanita, pertanian, upacara dll. Jadi, beda benar dengan ukuran tahun kita hari ini yang lebih umum dihitung 365 hari atau 354 hari tergantung mau megang yang mana, siklus Matahari atau Bulan.
Yang menggayut di kepala saya sebenarnya adalah, ukuran tahun 2012 itu nampaknya berhubungan dengan suatu bugs atau cacat dalam tatacara kita menghitung tahun. Dan hal ini erat kaitannya dengan putaran atau periode Bumi mengelilingi Matahari, aktifitas dinamis matahari sebagai suatu siklus, dan dinamika bumi dan bulan sebagai satu kesatuan benda langit yang saling berinteraksi. Artinya, eksistensi keseimbangan Bumi sangat dipengaruhi oleh adanya bulan. Dan demikian juga sebaliknya. Sedangkan keseimbangan bumi-bulan dipengaruhi oleh posisinya terhadap matahari. Jadi, semua itu bergantung pada kemampuan tarik menarik dan tolak menolak alias gravitasi. Anomali atau kesalahan ketika kita memperhitungkan ukuran jarak antara Bumi –Bulan-Matahari akan memberikan dampak nyata dalam sistem pengetahuan kita yaitu kesalahan dimensional. Kesalahan ini menyebabkan tatacara kita menaksir suatu siklus juga mempunyai cacat bagaikan apel yang mempunyai cekungan di bagian putiknya. Atau bagaikan balon yang akan gembos setelah beberapa waktu didiamkan. Kesalahan pengukuran inilah yang kemudian menjadi sebab kenapa muncul ukutan bilangan atau nilai suatu tahun yang dianggap sebagai tahun Bahaya atau Tahun Bencana yaitu 2012. Lantas, bagaimana menguraikannya? Kenapa hanya suku Indian Maya saja yang tahu hal ini? Tentunya akan sulit kalau kita menelusuri sejarah dengan tuntutan seabrek bukti artifaknya atau kitab-kitabnya. Jalan paling mudah adalah merekonstruksi ulang bagaimana moyang kita berpikir secara simbologika yaitu dalam menetapkan ukuran dan menafsirkannya sebagai suatu nilai yang mempunyai arah yaitu waktu atau nilai suatu siklus.
Referensi moyang kita dalam menghitung tidak lain adalah jumlah jari tangan dan kaki kita yaitu 20 atau kalau kita mulai dari NOL, maka ukurannya 0 sampai 19, terus kembali lagi. Cara menghitung ini justru dikenal oleh Phytagoras, Aristoteles, dan Plato yang ada di belahan dunia yang berbeda dengan suku Maya. Mereka di Yunani, sedangkan Indian Maya di Amerika Selatan. Tahunnya pun beda jauh. Sampai hari ini, informasi yang agak akurat sehubungan dengan “adanya” lalu lintas manusia di zaman lampau (sekitar 2500 tahun yang lalu) dari Asia atau Eropa ke Wilayah Amerika Selatan justru datang dari China. Di buku Kevin Menzi berjudul 1434, ada bukti yang kuat kalau suku-suku Indian di Amerika Selatan sudah berdagang dengan China. Tapi itu di abad 14 bukan 2500 tahun yang lalu atau 500 tahun SM, zaman dimana filsuf Yunani konon dikabarkan pernah hidup (note: sejauh ini, filsuf-filsuf itu buat saya mirip Superman, Batman, Gundala, Godam, dan berbagai jenis tokoh dufan lainnya. Mungkin 500 tahun lagi anak cucu kita akan mengira Superman dan kawan-kawannya itu benar-benar ada, seperti kita dipaksa harus percaya kalau Phytagotas, Plato, atau Aristoteles itu ada). Kita lupakan dulu keanehan ini, mari kembali bicara tentang ukuran tahun. Ukuran satu tahun di zaman dulu tidak mempunyai standar. Namun yang paling berpengaruh dan kita kenal adalah ukuran setahun 360 hari dan jumlah bulannya 10. Ukuran ini merupakan ukuran tahun Rumawi.
Ukuran tahun orang Maya setahun ada 260 hari dan mempunyai 20 bulan. Sedangkan ukuran tahun yang kita kenal hari ini adalah 365 hari dengan jumlah bulan 12. Ukuran-ukuran itu sebenarnya pembulatan. Hitungan teoritisnya, seperti yang dilakukan oleh Arya Batha dari India atau Ghou You Ji , astronom dari China semasa Kubilai Khan adalah 365,2425. Jadi, masih ada selisih 0,2425. Kalau ukuran kalender bulan, maka setahun 12 bulan adalah 354 hari. 354 ini pun pembulatan, jadi masih ada sisa. Selisih ini sebenarnya erat kaitannya dengan kesalahan inderawi dan alat ukur. Jadi, sejauh ini tak ada nilai yang benar-benar bulat. Kita gunakan pembulatan disini semata-mata untuk memperoleh besaran yang bulat saja sebagai suatu konsep KUANTA atau ukuran yang tetap seperti kita gunakan dalam satuan matahari sebagai paket kuanta yang diskrit. Mari kita susun nilai paket skalar ini dengan cara simbolik sbb:
354 12
360 10
365 12
260 20
Sekarang saya susunan rangkaian bilangan bulan (12 bulan dalam setahun) itu sebagai suatu konsep siklus. Dimana konsep ini sebenarnya erat kaitannya dengan hukum-hukum pemantulan cahaya diatas dua cermin datar. Diantara kedua cermin itu terdapat katakan saja udara dengan tekanan 987 bar. Hukum pemantulan cahayanya akan memenuhi kaidah pemantulan cerimin datar berlaku pemantulan dengan ketukan pantulan sbb :1, 1, 2, 3, 5 jumlah 5 dijit, 1+1+2+3+5=12
Kalau kita teruskan deret bilangan diatas, maka yang kita temukan adalah deret bilangan Fibonacci.
Kalau kita sisipkan di posisi dijit ke-1 simbol 0 yang kita sebut NOL atau UNKNOWN, maka nilai simbol O yang kita sebut NOL sebenarnya ada nilainya tapi UNKNOWN alias tidak tahu berapa?
Pengertian dasar NOL atau KOSONG sebagai UNKNOWN sebenarnya saat ini diterapkan dalam sistem database. Field data yang kosong atau NULL bukan berarti NOL tapi ada isinya cuma tidak tahu berapa. Untuk menentukan nilai SATU atau NOL maka yang kita gunakan saat ini pendekatan-pendekatan yang bersifat STATISTIK atau dengan pendekatan PEMBOBOTAN YANG DIKENAL sebagai FUZZY LOGIC. Dalam Fuzzy Logic, maka nilai absolut untuk UNKOWN adalah 1 atau SATU. Hanya saja, dalam menentukan suatu titik dalam bentangan 1 ini ada titik-titik dengan bobot tertentu misalnya 0.2, 0.6, 0.7 dst sampai 1.0.
Semua parameter didalam bilangan 1 yang juga sebenarnya TIDAK TAHU berapa besarnya ini sejatinya selalu akan dikali dengan koefisien bobot Fuzzy Logic tersebut. Sehingga nilainya secara keseluruhan akan mendekati SATU namun tidak benar-benar SATU secara utuh. Karena itu akan selalu ada cacat yang sifatnya inheren karena erat kaitannya dengan distorsi inderawi atas benda-benda geometrik. Contoh nyatanya adalah Papan Catur 8×8=65 yang dapat diubah menjadi papan 13×5=65 dengan menghasilkan 1 satuan celah bolong bernilai 1. 1 karena itu disebut Asumsi Mutlak Benar, simbol yang kelak menjadi simbol Kemahaesaan Tuhan yang tak sama dengan bentuk makhluk ciptaan-Nya. (silahkan baca tulisan lama saya di Multiply mengenai runtuhnya papan catur : http://atmoon.multiply.com/journal/item/18 ).
Karena itu susunan bilangan hukum pemantulan cahaya dengan penempatan O sebagai 0 diposisi dijit ke-1 mewakili pengertian yang berhubungan dengan cacat tersebut. Nilai deret bilangan hukum pemantulan cahaya menjadi simbol 6 dijit dengan jumlah 12 juga:
0,1,1,2,3,5 à 6 dijit jumlah 12.
Kalau kita sandingkan hasil akhir keduanya, diperoleh susunan :
5 (dijit) jumlahnya 12 = 17
6 (dijit) jumlahnya 12 = 18
17-18=-1
17+18=35
-1+35=34
18-17=1
18+17=35
1+35=36
Dari kedua hasil tersebut, kemudian digunakan hukum penyisipan bilangan 5 di posisi dijit ke-2 untuk bilangan 34 dan dijit ke-3 untuk bilangan 35. Teknik ini disebut kaidah :
2 3 5
2+3+5=10 + 3 = 13
Hasilnya adalah bilangan 13 kalau kita sebutkan cek dijit sebagai balance bilangan 10 yaitu jumlahan 2,3,5 adalah 10, dan jumlah dijitnya adalah 3, 10+3=13.
Bilangan 13 adalah bilangan Black Hole dimana semua bilangan dengan rumusan tertentu hasilnya konstan selalu 13 atau tenggelam menjadi 13. Secara fisik 13 tidak lain adalah 987 bar, tekanan atmosfir syarat kita hidup di Bumi ini namun dalam satuan Newton per meter persegi (lihat lagi buku fisikanya kalau lupa).
Bilangan 13 ini merupakan konstanta awal sebagai bilangan skalar yang secara simbolik mewakili TELUNJUK KITA sebagai bagian yang DIPUTAR sedangkan 23 adalah IBU JARI sebagai penumpu.
Kalau Anda jongkok dengan telunjuk menyentuh tanah, maka Anda dapat membuat lingkaran dengan memutar tubuh Anda. Konsep lingkaran awal inilah yang nilainya sebanding dengan Putaran Bumi terhadap Matahari dan Bulan terhadap Bumi. Dimana penulisan simboliknya menjadi :
- 34, sisipkan 5 di posisi 2 => 354 sebagai ukuran periode bulan mengelilingi Bumi
- 36, sisipkan 5 di posisi 3 è 365 sebagai ukuran periode Bumi mengelilingi Matahari
5 2
5 3
5+5=10,2+3=5, 10+5=15
5+2=7 , 5+3=8, 7+8 =15
2+5=7, 3+5=8, 7+8 =15
15 adalah nilai bilangan sebagai simbol keseimbangan yang tidak lain adalah nilai dari jumlahan Matriks Magic Square Lo-Shu.
Jumlahannya adalah :
15+15+15=45=1+2+3+4+5+6+7+8+9=45
Susunan bilangan tersebut tidak lain adalah desimal tanpa nol yang mewakili susunan 9 benda langit dengan Matahari sebagai pusatnya, atau 10 benda langit kalau Matahari kita perhitungkan. Karena 45 adalah 2 dijit, maka kalau kita sisipkan bilangan 9 di posisi dijit ke-2 hasilnya adalah bilangan 495. Perhatikan bahwa pengertian 2 sebagai “dua” identik dengan simbol 10 sebagai biner dari dua.
2 / 2 = 1 sisa 0 atau 10
Kalau bilangan ini kita masukkan sebagai suatu nilai bulan, maka diperoleh 10 bulan sebagai ukuran, yaitu ukuran setahun orang Rumawi sebelum diubah menajdi 12 bulan. Kalau lingkaran ini kita tentukan nilainya sebagai 360 derajat, maka diperoleh nilai 36 untuk satu bulan. Ini nilai dari hitungan hukum pemantulan cahaya tadi sebagai nilai sempurna.
Orang Indian Maya melihat dengan cara berbeda. Ia mengambil nilai 2 sebagai POWER dari 10. Sehingga diperoleh nilai 10^2=100. Nilai ini kemudian dikalikan dengan tanda MINUS SATU. Hasilnya dalah -100.
Nilai ini kemudian dikurangi dengan hasilkali 36 dengan 10. Sedangkan isinya kemudian dinyatakan sebagai 2 x 10 =20. Hasilnya :
360-100=260
2×10 =20
260 adalah nilai hari dalam 1 siklus dan 20 adalah jumlah bulan. Sehingga, dalam satu bulan , orang Maya menghitungnya sebagai 260/20=13 hari . Ini tak lain adalah nilai bilangan Black Hole alias telunjuk sebagai pemutar roda kehidupan. Yang menarik, kalau nilai 13 ini dikalikan dengan nilai dijit 260 ditambah nilai dijit 20 yaitu 3+2=5, kita peroleh konsep kehidupan Indian Maya sebagai konstruksi geometris 13×5=65 yang dapat diperoleh dari konstruksi runtuhnya papan catur 8×8=64. (Lihat gambar berikut dari artikel saya terdahulu di Multiply).
Ini berbeda dengan konstruksi realitas Papan Catur China atau India yaitu 8×8=64. Sisa keduanya adalah plus minus 1 dengan jumlah nilai 0.
65-64=1, 64-65=-1, 1-1=0
Kalau ini dikaitkan dengan konsep bilangan NOL sebagai pelengkap hukum pemantulan cahaya di bidang datar (yaitu deret pemantulan cahaya 1,1,2,3,5), maka pengertiannya secara gamblang menjelaskan bagaimana cara Indian Maya dan orang China dan India memahami hukum pemantulan cahaya dan mengubahnya secara “kuantum” menjadi “setara dengan nilai vektor” suatu siklus sebagai periode Bumi mengelilingi Matahari yang berhubungan dengan Bencana Besar atau Perubahan Besar yang dapat dikatakan ekstrim. Karena itu, masa dimana peristiwa besar itu terjadi dijadikan sebagai patokan awal dan akhir siklus. Konsep ini penting sekali dalam sistem kalender untuk menentukan kapan titik tahun ke-1 dimulai dan kapan akan berakhir sebagai satu siklus. (simboliknya : kapan kepala ular menggigit ekornya).
Tidak heran kalau Indian Maya memuja Matahari sebagai suatu Entitas Agung bahkan dipertuhankan. Indian Maya nampaknya pola pikirnya identik dengan orang Mesir Kuno, Sumeria dan Babylonia Kuno yang juga memuja Matahari dengan nama dewanya RAA.
Apa sebenarnya arti siklus 13 hari dimana kita dengan 5 jari di 1 tangan harus meresponnya? Ini tidak lain adalah konsep siklus dan perubahan di Bumi akibat dinamika Matahari, yang mempengaruhi Bulan dan Bumi sebagai entitas benda langit di posisi ke-3 dari Matahari sebagai posisi nomor 0.
Orang Indian Maya kemudian meluaskan pikirannya dengan melihat nilai 260 dengan cara yang berbeda. 260 adalah 2 dengan 0 (NOL) 6 buah. Siklus mikronya tidak lain adalah ukuran 60 yang digunakan orang Babylonia yang juga memuja Dewa Matahari. Dengan demikian, siklus besar Maya adalah 2 juta (nah ingat berapa kira-kira usia manusia Jawa? Di Trinil):
2000000 =>dikompresikan menjadi 260 dan 206 (tergantung membacanya dari arah mana)
Nilai penguraian 260 sekaran kita sebut sebagai 2 juta sebagai siklus induknya yang serupa dengan siklus pendeknya sebagai ukuran 1 siklus. Satuannya sebut saja TAHUN dalam pikiran Indian Maya. Pikiran Indian Maya di proyeksikan ke suatu tinggi referensial sebagai lapisan dimana patokan pengukuran dilakukan. Posisi inilah yang kemudian disebut ketinggian atmosferik dengan posisi 1276 m dpl. Ketinggian ini merupakan tinggi maksimum dimana tekanan barometrik masih 13 N/m^2 atau sekitar 987 bar.
Ini ukuran yang kita gunakan sebagai kondisi alamiah yang murni. Belum ada aktifitas manusia yang merusaknya sehingga belum terjadi fluktuasi tekanan. Pendek kata masih kondisi gas ideal, adem ayem, laiknya taman surgawi. Kerusakan tekanan akan terjadi karena ulah manusia dan karena ulah alam sendiri yaitu perubahan dinamika internal Matahari , posisi Bumi, Bulan, Matahari, yang nilai siklusnya akan terjadi dalam rentang waktu tertentu. Taksiran awalnya, rentang waktu tersebut terjadi pada ukuran yang setara dengan nilai siklus matahari yang nilainya 365. Nilai ini adalah nilai dari China, Mesir, India.
Kalau kita gunakan nilai 260 sebagai pengurang, maka nilai selisihnya :
365 – 260 =165 (pinggggg!!!!!hayo apa 165?)
Nilai inilah yang dijadikan sebagai konsep ruang dinamis, dimana manusia dapat bergerak dengan kedua tangannya untuk mengubah nasib (ingat berapa jumlah karakter maksimum teks SMS yang kita pencet-pencet di keyborad hp? 165 karakter). Tentunya dengan konsekuensinya yang akan ditanggung misalnya kerusakan di Bumi. Nilai 165 kemudian di kalikan dengan faktor 10 menjadi 1650. Nilai 20 orang maya dikalikan dengan faktor 10^2 sebagai simbol kekuatan Matahari yang dapat diadopsi oleh manusia dengan hati, pikiran dan tangannya guna berbuat sesuatu. Tentu saja, nilai 10^2 tak lain adalah turunan berpangkat dari 10+2=12 alias 5 bilangan hukum pemantulan cahaya tadi.
Bilangan 100 ini nampaknya “hasil dari” respon manusia setelah suatu Peristiwa Besar terjadi. Hasil respon ini tidak laina dalah kapasitas Ilmu Pengathuan Manusia sebagai tanggapan atas kenyataan hidup yang dihadapi di Palnet Bumi. Peristiwa di Bumi itulah yang menjadi Patokan siklus besar HARI INI. Nilainya adalah :
20×10^2=2000
2000+1650 = 3650 tahun sebagai siklus besar.
Perlu diperhatikan, teman saya Pak Maryanto, geolog Asli Jogja, yang menggagas Salam Theory telah menggunakan nilai 2000 ini sebagai konstanta patokan dalam rumusan Teori Salamnya. Silahkan Anda kunjungi blognya di http://salamology.wordpress.com atau lihat kembali tulisan tentang Pengantar Salamologi di Blog@tmonadi (http://atmonadi.com). Akan tetapi, nilai ini masih mempunyai cacat sebagai faktor tidak menentunya hukum cahaya yaitu kualitas sistem kehidupan di Bumi yang dapat berubah karena ulah manusia maupun alam. Jadi, faktor 12 sebagai bilangana salnya (yaitu bilangan yang diturunkan dari hukum pemantulan cahaya) kemudian ditambahkan kepada bilangan MASA DEPAN tahun 2000 sehingga didapat :
2000+12=2012
Dari sini kita bisa melihat konsep Indian Maya tentang perubahan di Bumi sangat maju, mereka sudah memahami konsep yang menguasai sejarah akan menguasai masa depan, yang menguasai masa depan akan menguasai hari ini.
Karena ulah manusia, maka hal ini berhubungan dengan aktifitas Man Made World yang berdampak kepada alam. Aktifitas alam sebagai sumber alamiah perubahan di BUMI tidak lain adalah bilangan 2000, tapi dibaca 2 3 0 alias simbologika PLATE TEKTONIK di wilayah NUSANTARA hari ini. Nilai ini kemudian disimbolikkan ukurannya sebagai patokan yaitu bilangan 10 dari 5 dijit bilangan cahaya bidang datar menjadi 105 BT garis bujur timur. Garis ini tidak lain adalah Garis Bujur Timur Gunung RAKATA sebagai kawasan dinamis di masa lalu yang mengubah segalanya dan kemungkinan akan berulang pada tahun 2012. Perhatikan bahwa penentuan faktor referensial ini bekaitandengan tempat dimana peristiwa besar terjadi dan dimana kemudian pengukuran hukum cahaya dilakukan. Wilayah itu tak lain adalah wilayah Nusantara. Tepatnya wilayah antara Sunda – Sumaetra yang sekarang jadi propinsi Jawa Barat dan Lampung.
Pada akhirnya, 2012 sebagai Tahun hanyalah satu taksiran yang erat kaitannya dengan nilai siklus di BUMI dimana penetapannya erat kaitannya dengan awal mula bagaimana sistem desimal digunakan untuk emncari PATOKAN BARU bari masa depan atau standar keilmuan baru bagi masa depan umat manusia di Bumi. Bilangan 2012 secara simbolik juga merupakan UNIFIKASI MANUSIA DENGAN 20 JARITANGAN DAN KAKINYA UNTUK MENGANTISIPASI ATAU MERESPON DINAMIKA PEMANTULAN HUKUM CAHAYA YAITU 12 (1=1+2+3+5) sebagai akibat dari dinamika INTI MATAHARI YAITU DENYUT PULSAR yang kemungkinan berfluktuasi dengan hebat.
Saat ini kita berada di penghujung nilai tersebut ketika digunakan sistem hitungan Maya dengan asumsi, apapun perbuatan manusia di Bumi ini, semua akan tetap dilibas oleh Perubahan alamiah Planet Bumi yang bersumber di Nusantara dan wilayah Amerika Selatan sebagai fokus lokasi dimana anomali Bumi, Bulan, Matahari terjadi.
2012 sebagai penghujung sebenarnya telah diawali fenomenanya sejak tahun 1998. Jadi rentang waktunya sekitar 14 tahun, plus minus 14 tahun setelah 2012 sebagai fase transisi kembali ke normal, atau keseimbangan baru tercapai tahun 2026. Total jendral 28 tahun sebagai bilangan PERFECT yang jumlahnya sama dengan ruas tulang jemari tangan kita. Begitulah menurutku cerita 2012 Indian Maya itu. Pada akhirnya, karena dampak peristiwa besar di Bumi sebanding dengan dampak perbuatan manusia di Bumi, jadi masih memenuhi hukum Newton ke-3 aksi=-reaksi, maka keselamatan manusia di Bumi sebenarnya tergantung pada perilaku kita sendiri sebagai satu-satunya makhluk yang bisa berbuat apa saja di Bumi ini.
Baik berbuat yang merusak ataupun yang memberikan manfaat. Baik kerusakan ataupun bermanfaat semuanya mempunyai harga yang harus dibayar dengan dampak yang sebanding. Mengingat petuah lama, maka akan selalu berlalu suatu hukum interaksi dinamis yaitu perbuatan yang baik akan menghasilkan yang baik pula, yang buruk akan menghasilkan dampak keburukan pula.
Pada akhirnya, kalau kita mau sedikit lebih menghaluskan perasaan maka benarlah apa yang diungkapkan pada QS 13:11 bahwa nasib suatu kaum (misalnya manusia yang ada di Planet Bumi) , baik buruknya tergantung perilaku kaum itu sendiri. Akhir kata, bilangan Tahun 2012 bagi saya menyimpan suatu isyarat simbolik tentang manusia dengan ibu jari tangan dan kakinya yang harus siap sedia merespon dinamika sistem Bumi-Matahari sebagai suatu siklus alamiah, baik dinamika itu berdampak buruk karena mendapat amplifikasi (faktor penguatan) dari perbuatan manusia yang merusak keseimbangan alam, maupun akhirnya memberikan dampak baik setelah keseimbangan baru tercapai, dan tentunya kaum yang baru muncul dengan pemahaman yang baru tentang Kehidupan di Planet Bumi. Kurang lebihnya, silahkan pikir sendiri.
Catatan:Tulisan ini saya posting kembali di blog atmonadi.wordpress.com dan Multiply.om sehubungan blog atmonadi.com sedang mengalami masalah. Mungkin terlalu berat bebannya setelah posting Dechipering 2012 ini dipublikasikan tanggal 15-11-2009 kemarin.Tulisan ini berada dibawah naungan Creative Common License.
Atmnd 114912110565
Atmonadi 31-10-2009 jam 01:10, direvisi tanggal 15-11-2009, revisi akhir 18-11-2009
Pembaca sebaiknya merujuk juga tulisan yang sama di blog resmi atmonadi.com karena tulisan ini akan selalu diupdate
No comments:
Post a Comment