Wednesday, August 21, 2019

AGAMA VS. SPIRITUALITAS

Agama adalah transaksi, sedangkan spiritualitas adalah sebuah perjalanan.

Agama memberi deskripsi lengkap tentang dunia, dan memberi kita sebuah kontrak yang diuraikan dengan jelas tentang tujuan yang ditetapkan. "Tuhan ada". Dia menyuruh kita berprilaku dengan cara tertentu. Jika kalian mematuhi Tuhan, kalian akan diterima di surga. Jika kalian tidak mematuhi-Nya, kalian akan dibakar di neraka. Kejelasan kesepakatan ini memungkinkan masyarakat mendefinisikan norma dan nilai umum yang mengatur perilaku manusia.

Perjalanan spiritual sama sekali tidak seperti itu. Biasanya orang dibawa dengan cara misterius menuju tempat tidak dikenal. Pencarian biasanya dimulai dengan pertanyaan besar, seperti siapa saya? Apa makna kehidupan? Apa yang baik? Kalau kebanyakan orang hanya menerima jawaban-jawaban yang sudah ada yang disediakan oleh kekutan-kekuatan yang berkuasa, para pencari spiritual tidak mudah puas. Mereka mantap mengikuti ke mana pun pertanyaan besar itu menuju, dan tidak hanya ke tempat-tempat yang mereka kenal dengan baik atau ingin mereka kunjungi.

Perjalanan semacam itu berbeda secara fundamental dari agama, karena agama berusaha memperkuat tatanan duniawi, sedangkan spiritualitas berusaha membebaskan diri darinya. Cukup sering, salah satu kewajiban yang paling penting bagi pengembara spiritual adalah menentang keyakinan dan konvensi agama-agama.

Bagi agama, spiritualitas adalah ancaman berbahaya. Agama biasanya berusaha menaklukkan pencarian-pencarian spiritual dari para pengikutnya, dan banyak sistim agama yang sudah ditantang bukan oleh orang awam yang sibuk dengan makanan, seks, dan kekuasaan, melainkan oleh para pencari kebenaran spiritual yang mendambakan lebih sekedar kebenaran. Jadi pemberontakan Protestan misalnya melawan otoritas Gereja Katolik dilakukan oleh seorang pendeta asketis yang taat, Martin Luther; Luther menginginkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan eksistensial kehidupan, dan tak mau puas dengan ibadah, ritual, dan kesepakatan yang diberikan oleh Gereja.

Pada masa Luther, Gereja menjanjikan kepada para pengikutnya suatu kesepakatan yang sungguh sangat memikat. Jika anda berdosa, dan takut kutukan abadi dalam kehidupan setelah mati, yang perlu anda lakukan adalah membuka dompet dan membeli pengampunan. Dan penjaja yang paling terkenal adalah biarawan dominika Johannes Tetzel, yang konon berkata bahwa begitu koin masuk ke kotak uang, jiwa langsung terbang dari api penyucian menuju surga.

Pada tanggal 31 Oktober 1517, Luther berjalan menuju Gereja All Saint di Wittenberg, membawa sebuah dokumen panjang, sebuah palu, dan beberapa paku. Dokumen itu berisi daftar 95 tesis melawan praktek keagamaan kontemporer, termasuk melawan penjualan pengampunan. Luther melakukannya di pintu Gereja, memicu Reformasi Protestan, yang memanggil setiap orang Kristen yang peduli pada penyelamatan untuk memberontak melawan otoritas Paus dan mencari rute-rute alternatif menuju Surga.

Dari perspektif historis, perjalanan spiritual selalu tragis karena ia sunyi yang hanya cocok bagi individu-individu, bukan untuk seluruh masyarakat.
#HomoDeus

@AOS

No comments:

Post a Comment