Wednesday, August 21, 2019

KAPITALISME VS KOMUNISME

Para ahli melihat ekonomi sebagai sebuah mekanisme untuk pengumpulan data tentang keinginan dan kemampuan, dan mengubah data ini menjadi keputusan-keputusan.

Menurut pandangan ini, kapitalisme pasar bebas dan komunisme yang dikendalikan negara bukanlah idiologi, kredo etis, atau institusi politik yang bersaing. Pada dasarnya, keduanya adalah sistim pemrosesan data yang bersaing. Kapitalisme menggunakan pemrosesan yang terdistribusi, sedangkan komunisme bertumpu pada pemrosesan yang tersentralisasi. Kapitalisme memproses data dengan menghubungkan secara langsung semua produsen dengan konsumen dan membiarkan mereka bertukar informasi secara bebas serta mengambil keputusan secara independen. Jadi, kapitalisme pasar bebas mendistribusikan kerja, menganalisis data dan membuat keputusan pada banyak prosesor independen tetapi saling terkait.

Sementara komunisme, semua data di proses dan semua keputusan dibuat oleh satu prosesor pusat tunggal. Dalam sebuah ekonomi komunis, orang bekerja menurur kemampuan mereka dan menerima menurut kebutuhan mereka. Dengan kata lain, pemerintah mengambil 100% keuntungan anda, memutuskan apa yang anda butuhkan dan kemudian memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Mereka meninggalkan pemrosesan data yang terdistribusi dan beralih ke sebuah model pemrosesan data yang terpusat. Seluruh informasi dari seantero Uni Soviet mengalir ke satu lokasi tunggal di Moskow tempat segala keputusan penting dibuat. Produsen dan konsumen tidak bisa berkomunikasi langsung dan harus mematuhi perintah-perintah pemerintah.

Kapitalisme tidak mengalahkan komunisme karena kapitalisme lebih etis, kebebasan individu sakral, atau karena Tuhan marah dengan kaum komunis yang kafir. Kapitalisme menang dalam perang dingin karena pemrosesan data yang terdistribusi bekerja lebih baik dari pemrosesan data yang terpusat, paling tidak dalam priode akselerasi perubahan teknologi. Komite Sentral Partai Komunis tidak bisa menghadapi perubahan cepat dunia pada akhir abad ke-20. Ketika semua data terakumulasi di satu bunker rahasia, dan seluruh keputusan penting diambil oleh sekelompok aparat lanjut usia, mereka memang bisa memproduksi segerobak bom nuklir, tetapi tidak apple.

Ini ada cerita ketika Gorbachev berusaha menghidupkan kembali ekonomi soviet yang hampir mati, dia mengirim salah satu pembantu utamanya ke London untuk mencari tahu apa itu Tatcherisme dan bagaimana sistim kapitalisme berjalah. Sang tamu kemudian di bawa berjalan keliling kota, bertemu dengan berbagai orang, bursa saham, universitas, manajer bank, pebinis. Setelah berjam-jam ahli dari Soviet itu bilang, "lupakan semua teori ekonomi rumit itu. Dan sepanjang hari kita sudah jalan, dan ada satu hal yang tidak bisa saya pahami. Di Soviet para ahli kami terbaik bekerja dengan sistim pasokan roti, dan tetap ada antrian panjang di setiap toko roti dan grosir. Di sini, seharian kita sudah melewati depan banyak toko, tetapi saya belum melihat satu pun antrean roti. Tolong bawa saya ketemu dengan orang-orang bertanggung jawab atas pasokan roti di London. "Saya harus mempelajari rahasianya". 

Tuan rumah geleng-geleng kepala, berpikir sesaat, lalu berkata, "Tak ada seorang pun yang diberi tanggungjawab atas pasokan roti di London".

Itulah rahasia sukses kapitalis. Tidak ada unit pusat pemrosesan yang menopoli semua data di pasokan roti London. Informasi mengalir bebas pada jutaaan konsumen dan produsen, toko-toko, petani, dan para ilmuwan. Kekuatan pasar menentukan harga roti, jumlah papan roti yang dipanggang setiap hari, serta prioritas riset dan pengembangan. Jika kekuatan pasar membuat keputusan yang salah, mereka akan segera membetulkannya sendiri.
 #HomoDeus

@AOS

No comments:

Post a Comment