Dalam masyarakat pra-modern, manusia dipandang memainkan peran dalam
suatu drama kosmis besar yang dirancang dari langit atau oleh hukum
alam. Dan kita tidak tahu rahasia naskah itu, tetapi kita memastikan
bahwa segalanya terjadi untuk suatu tujuan. Bahkan perang, wabah, dan
kekeringan atau bencana lainnya punya tempat dalam skema kejadian yang
lebih besar. Lebih dari itu, kita tidak bisa meminta perancang drama
agar ceritanya berakhir baik atau menyenangkan. Kalau tidak di sini, nanti di akhirat.
Kultur modern menolak keyakinan tentang rencana kosmis besar ini. Kita
bukan aktor dalam drama apa pun yang lebih besar dari kehidupan.
Kehidupan tidak memiliki naskah drama, tidak punya pengarang, tidak
punya sutradara, tidak punya produser, bahkan tak bermakna.
Sebagian besar fisikawan dan astronom mengatakan, alam semesta adalah proses buta dan tanpa tujuan, penuh suara keras, bahkan amarah, tetapi tidak bermakna apa-apa. Di ujung semua itu adalah keheningan.
Karena tidak ada naskah drama, dan karena manusia tidak menjalankan peran apa pun dalam sebuah drama besar, hal-hal buruk bisa menimpa kita dan tidak ada kekuatan apa pun yang datang untuk menyelamatkan atau memberi makna bagi penderitaan kita. Tidak akan ada akhir menyenangkan atau akhir buruk, atau akhir apapun juga. Hal-hal terjadi begitu saja, satu demi satu. Dunia modern tidak mempercayai adanya tujuan, hanya pada sebab.
Perjanjian modern menawarkan kepada kita kekuasaan, dengan syarat kita melepas keyakinan pada rencana kosmis raya yang memberi kita makna kehidupan.
Proyek besar modernitas dalam politik, artistik, dan religius adalah mencari makna bagi kehidupan yang tidak berakar pada suatu rencana kosmis raya. Kita bukan aktor dalam drama ilahiah, dan tak ada yang peduli tentang kita dan perbuatan kita sehingga tak ada satu pun pihak yang membatasi kekuasaan kita - tetapi kita masih yakin hidup kita memiliki makna.
Sampai sekarang umat manusia benar-benar berhasil memiliki keduanya. Bukan hanya kita memiliki kekuasaan yang jauh lebih besar dari sebelum-sebelumnya, di luar segala dugaan, kematian tuhan tidak menyebabkan keruntuhan sosial. Sepanjang sejarah, para nabi dan filsuf mengemukakan bahwa jika manusia berhenti mempercayai suatu rencana kosmis raya, maka seluruh ketertiban akan lenyap.
Namun hari ini, mereka yang menjadi ancaman terbesar bagi ketertiban dunia adalah persis mereka yang terus mempercayai Tuhan dan rencana-rencananya yang mencakup segala hal. Suriah yang takut Tuhan adalah tempat yang jauh lebih menyeramkan ketimbang Belanda yang sekuler.
@AOS
Sebagian besar fisikawan dan astronom mengatakan, alam semesta adalah proses buta dan tanpa tujuan, penuh suara keras, bahkan amarah, tetapi tidak bermakna apa-apa. Di ujung semua itu adalah keheningan.
Karena tidak ada naskah drama, dan karena manusia tidak menjalankan peran apa pun dalam sebuah drama besar, hal-hal buruk bisa menimpa kita dan tidak ada kekuatan apa pun yang datang untuk menyelamatkan atau memberi makna bagi penderitaan kita. Tidak akan ada akhir menyenangkan atau akhir buruk, atau akhir apapun juga. Hal-hal terjadi begitu saja, satu demi satu. Dunia modern tidak mempercayai adanya tujuan, hanya pada sebab.
Perjanjian modern menawarkan kepada kita kekuasaan, dengan syarat kita melepas keyakinan pada rencana kosmis raya yang memberi kita makna kehidupan.
Proyek besar modernitas dalam politik, artistik, dan religius adalah mencari makna bagi kehidupan yang tidak berakar pada suatu rencana kosmis raya. Kita bukan aktor dalam drama ilahiah, dan tak ada yang peduli tentang kita dan perbuatan kita sehingga tak ada satu pun pihak yang membatasi kekuasaan kita - tetapi kita masih yakin hidup kita memiliki makna.
Sampai sekarang umat manusia benar-benar berhasil memiliki keduanya. Bukan hanya kita memiliki kekuasaan yang jauh lebih besar dari sebelum-sebelumnya, di luar segala dugaan, kematian tuhan tidak menyebabkan keruntuhan sosial. Sepanjang sejarah, para nabi dan filsuf mengemukakan bahwa jika manusia berhenti mempercayai suatu rencana kosmis raya, maka seluruh ketertiban akan lenyap.
Namun hari ini, mereka yang menjadi ancaman terbesar bagi ketertiban dunia adalah persis mereka yang terus mempercayai Tuhan dan rencana-rencananya yang mencakup segala hal. Suriah yang takut Tuhan adalah tempat yang jauh lebih menyeramkan ketimbang Belanda yang sekuler.
@AOS
No comments:
Post a Comment