Visi dunia abad ke-21 adalah mendorong umat
manusia menjangkau imortalitas (keabadian manusia melalui rekayasa
bioteknologi), kebahagiaan (rekayasa bioteknologi), dan keilahian (homo
deus). Ini juga efek dari kemenangan Liberalisme atas Sosialisme dan
Fasisme.
Setelah revolusi industri yang didorong oleh revolusi sains, di awal abad ke-21, kereta kemajuan II kembali bergerak keluar dari stasiunnya. Banyak yang berpendapat mungkin ini menjadi kereta api terakhir yang meninggalkan stasiun yang bernama homo sapiens. Bagi yang ketinggalan kereta tidak akan pernah mendapatkan kesempatan kedua. Untuk ikut dalam perubahan besar II, anda perlu memahami teknologi abad ke-21, terutama kekuatan bioteknologi dan algoritma komputer.
Setelah revolusi industri yang didorong oleh revolusi sains, di awal abad ke-21, kereta kemajuan II kembali bergerak keluar dari stasiunnya. Banyak yang berpendapat mungkin ini menjadi kereta api terakhir yang meninggalkan stasiun yang bernama homo sapiens. Bagi yang ketinggalan kereta tidak akan pernah mendapatkan kesempatan kedua. Untuk ikut dalam perubahan besar II, anda perlu memahami teknologi abad ke-21, terutama kekuatan bioteknologi dan algoritma komputer.
Produk
utama dari abad ke-21 tulis Harari adalah tubuh, otak, dan pikiran.
Dalam abad ke-21, mereka yang naik kereta api kemajuan II akan
mendapatkan kemampuan-kemampuan ilahiah penciptaan dan penghancuran, sedangkan
mereka yang tertinggal akan menghadapi kepunahan.
Sosialisme gagal menyesuaikan diri dengan teknologi baru. Sebaliknya, kaum liberal beradaptasi jauh lebih baik di abad informasi ini.
Sementara agama-agama, Harari menjelaskan, jauh lebih buruk dari sosialisme. Tidak hanya belum seirama dengan revolusi industri, tapi gak mampu menyodorkan terkait dengan rekayasa genetika dan kecerdasan artifisial. Memang agama-agama ini masih menjadi pemain penting di dunia, namun perannya hanya sebatas reaktif.
"Kitab-kitab suci tidak memiliki apapun yang bisa dikatakan tentang rekayasa genetika atau kecerdasan artifisial, dan sebagian besar pendeta, rabbi, dan mufti tidak memahami terobosan-terobosan mutakhir dalam biologi dan ilmu komputer", tandas Harari.
@AOS
Sosialisme gagal menyesuaikan diri dengan teknologi baru. Sebaliknya, kaum liberal beradaptasi jauh lebih baik di abad informasi ini.
Sementara agama-agama, Harari menjelaskan, jauh lebih buruk dari sosialisme. Tidak hanya belum seirama dengan revolusi industri, tapi gak mampu menyodorkan terkait dengan rekayasa genetika dan kecerdasan artifisial. Memang agama-agama ini masih menjadi pemain penting di dunia, namun perannya hanya sebatas reaktif.
"Kitab-kitab suci tidak memiliki apapun yang bisa dikatakan tentang rekayasa genetika atau kecerdasan artifisial, dan sebagian besar pendeta, rabbi, dan mufti tidak memahami terobosan-terobosan mutakhir dalam biologi dan ilmu komputer", tandas Harari.
@AOS
No comments:
Post a Comment