Wednesday, August 21, 2019

Punahnya Demokrasi Politik

Dalam skenario tekno-humanisme dan dataisme, diramalkan demokrasi politik akan punah paling cepat dalam dua dekade ke depan atau paling lambat di abad-22. Kenapa punah?

Sebagaimana kapitalisme dan komunisme, demokrasi dan kediktatoran juga pada dasarnya merupakan dua mekanisme yang bersaing dalam hal mengumpulkan dan menganalisa informasi. Kediktatoran menggunakan metode pemrosesan terpusat, sedangkan demokrasi memilih pemrosesan terdistribusi. Demokrasi berjaya, karena pemrosesan data yang terdistribusi berjalan lebih baik.

Di abad-21 pemrosesan data berubah lagi. Ketika volume dan kecepatan data meningkat, institusi yang diagung-agungkan seperti pemilihan umum, partai politik, dan parlemen mungkin menjadi usang - bukan karena tidak etis, melainkan karena semua itu tidak bisa cukup efisien memproses data. Institusi-institusi itu berkembang pada era ketika politik bergerak lebih cepat ketimbang teknologi.

Pada abad-19 dan 20, revolusi industri berkembang cukup pelan bagi para politisi dan pemilih untuk tetap berada di depannya dan meregulasi serta memanipulasi perjalanannya. Namun karena ritme politik belum banyak berubah sejak masa mesin uap, teknologi telah beralih ke gigi empat. Revolusi teknologi kini mengungguli proses-proses politik, menyebabkan para anggota parlemen dan pemilih sama-sama kehilangan kendali.

Dalam beberapa dekade mendatang, di mana teknologi mencuri start dalam politik, kecerdasan artifisial dan bioteknologi mungkin segara membongkar mesin masyarakat dan ekonomi kita - tubuh serta pikiran kita juga - tetapi ini nyaris tidak berkedip di layar politik. Struktur-struktur demokrasi saat ini memang tidak bisa mengumpulkan dan memproses data yang relevan dengan cukup cepat, dan sebagian besar pemilih tidak memahami biologi dan sibernetika dengan cukup baik untuk merumuskan suatu opini yang andal. Karena itu, politik demokrasi tradisional akan kehilangan kendali atas peristiwa-peristiwa, dan akan gagal memberi kita visi-visi masa depan yang bermakna. Hari ini, tampaknya para pemimpin memiliki peluang untuk mengikuti visi-visi yang lebih besar. Kalau kaum Komunis dan Nazi berusaha menciptakan sebuah masyarakat baru dan manusia baru dengan bantuan mesin uap serta mesin tik, kini para nabi bisa mengandalkan bioteknologi dan superkomputer.

Jika pada abad-21 struktur-struktur politik tradisional tidak lagi bisa memproses data dengan cukup cepat untuk menghasilkan visi-visi yang bermakna, maka struktur-struktur baru yang lebih efisien akan berkembang untuk menggantikannya. Struktur baru ini akan sangat berbeda dari institusi politik sebelumnya, entah demokrasi atau otoriter. Satu-satunya pertanyaan adalah siapa yang akan membangun dan mengendalikan struktur-struktur ini. Jika manusia tidak lagi mampu menangani tugas itu, mungkin sosok lain akan diserahi untuk mencobanya ...

@AOS

No comments:

Post a Comment