Ada dua interprestasi ekstrim
tentang hubungan antara agama dan sains. Satu pandangan menjelaskan
bahwa sains dan agama adalah musuh bebuyutan dan bahwa sejarah modern
dibentuk oleh pertarungan hidup mati antara pengetahuan saintifik dan
takhayul keagamaan. Pada saatnya nanti, cahaya sains akan menyingkirkan
kegelapan agama, dan dunia semakin menjadi sekuler, rasional, dan
makmur.
Sebagian orang melompat ke ekstrim berlawanan, dan mengatakan bahwa sains dan agama adalah kerajaan-kerajaan yang sama sekali terpisah. Sains memperlajari fakta-fakta, sementara agama berbicara tentang nilai-nilai, dan keduanya tidak pernah akan bertemu. Agama tak mengatakan apa-apa tentang fakta sainstifik, dan sains harus diam berkenan dengan keyakinan agama.
Sebagian orang melompat ke ekstrim berlawanan, dan mengatakan bahwa sains dan agama adalah kerajaan-kerajaan yang sama sekali terpisah. Sains memperlajari fakta-fakta, sementara agama berbicara tentang nilai-nilai, dan keduanya tidak pernah akan bertemu. Agama tak mengatakan apa-apa tentang fakta sainstifik, dan sains harus diam berkenan dengan keyakinan agama.
Meskipun sains
memang berhubungan dengan fakta-fakta, agama tidak pernah mengurung
dirinya pada ketetapan-ketetapan etis. Agama tidak bisa memberi kita
pedoman praktis apa pun tanpa membuat klaim-klaim faktual tertentu juga,
dan di sinilah agama bisa bertabrakan dengan sains. Segmen yang paling
penting dari banyak dogma agama bukan prinsip-prinsip etis mereka,
tetapi justru pernyataan faktualnya seperti "Tuhan ada", "Jiwa dihukum
atas dosa-dosanya nanti di akhirat", "Bible ditulis oleh Tuhan, bukan
oleh manusia". Semua ini klaim-klaim faktual. Banyak di antara sebagian
besar perdebatan panas keagamaan dan banyak konflik antara sains dan
agama, melibatkan klaim-klaim faktual semacam itu, dibandingkan dalam
urusan etis.
@AOS
@AOS
No comments:
Post a Comment