Harari menulis, dalam rangka meningkatkan manusia menjadi tuhan akan
menempuh satu dari tiga jalan: rekayasa biologis, rekayasa cyborg, dan
rekayasa benda-benda non-organik.
Rekayasa biologis dimulai dengan pandangan bahwa kita masih jauh dari mewujudkan potensi penuh tubuh organik kita. Selama 4 milyar tahun seleksi alam telah mengutak-atik tubuh-tubuh ini sehingga kita berubah dari ameba menjadi reptil, lalu mamalia hingga sapiens. Meski demikian, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa sapiens adalah stasiun terakhir. Secara relatif, perubahan-perubahan gen, hormon, dan neuron cukup untuk mentransformasi homo erectus - yang tak bisa menghasilkan apa-apa yang mengesankan selain pisau yang tajam - menjadi homo sapiens, yang menghasilkan pesawat ruang angkasa dan komputer. Siapa tahu, apa yang akan dihasilkan dari beberapa perubahan lagi pada DNA, sistim hormon, atau struktur otak kita. Rekayasa Bio tidak akan menunggu dengan sabar seleksi alam untuk mengerjakan sihirnya. Para perekayasa biologilah yang akan menggarap tubuh sapiens lama, dan secara sengaja menulis ulang kode genetikanya, menata ulang sambungan sirkuit otak, mengubah keseimbangan biokimiawinya, dan bahkan menumbuhkan organ-organ baru.
Rekayasa Cyborg akan bergerak maju selangkah di depannya, menggabungkan tubuh organik dengan alat-alat non-organik seperti tangan bionik, mata artifisial, atau jutaan robot nano yang akan menavigasi aliran darah kita, mendiagnosis, dan memperbaiki kerusakan. Cyborg seperti itu bisa memiliki kemampuan yang jauh di luar kemampuan tubuh organik mana pun. Misalnya semua bagian dari satu tubuh organik harus dalam kontak langsung dengan tubuh-tubuh organik lainnya agar berfungsi. Jika otak seekor gajah berada di India, kedua mata dan telinganya ada di Cina, dan kakinya ada di Australia, maka gajah itu sangat mungkin mati, sekalipun dalam pengertian tertentu ia hidup, ia tidak bisa melihat, mendengar, atau berjalan. Sebaliknya, cyborg bisa eksis dalam beberapa tempat yang berbeda pada pada saat yang sama. Seorang dokter cyborg bisa menjalankan operasi darurat di Tokyo, di Chicago, dan di stasiun ruang angkasa Mars, tanpa meninggalkan kantornya di Stockholm. Ia hanya membutuhkan koneksi internet cepat, dan beberapa pasang mata dan tangan bionik. Kalau dipikir-dipikir lagi, mengapa harus sepasang? Bukan empat? Itu pun sesungguhnya bahkan tidak berguna. Mengapa cyborg harus memegang pisau bedah dengan tangannya sendiri kalau bisa menghubungkan pikirannya langsung dengan alat-alat?
Ini mungkin terdengar seperti fiksi sains, tetapi itu sudah menjadi realitas. Belum lama ini sejumlah monyet sudah belajar untuk mengendalikan tangan dan kaki bionik yang dilepaskan dari tubuh mereka, melalui elektroda yang di tanam di otak. Para pasien lumpuh mampu menggerakkan organ-organ bionik atau mengoperasikan komputer dengan kekuatan pikiran saja. Sekarang ada helm elektrik "pembaca pikiran" yang bisa dari jarak jauh mengendalikan alat-alat elektronik di rumah anda. Helm ini tidak butuh pencangkokan otak. Ia berfungsi dengan membaca sinyal-sinyal elektrik yang menjalar di kulit kepala anda.
Kendati demikian, rekayasa cyborg tetap dianggap konservatif, mengingat asumsinya bahwa otak organik akan tetap menjadi pusat pengendali kehidupan. Pendekatan yang lebih berani membebas-tugaskan bagian-bagian organik sekaligus, dan berharap merekayasa benda-benda non-organik sepenuhnya. Jaringan saraf akan digantikan oleh perangkat lunak pintar, yang bisa menyusuri dunia virtual dan non-virtual, yang bebas hambatan-hambatan kimiawi organik. Setelah 4 miliar tahun berkelana di dalam lingkup organik, kehidupan akan menyeruak pada keluasan alam in-organik dan akan mengambil bentuk-bentuk yang tidak bisa kita bayangkan, bahkan dengan impian kita yang paling liar sekalipun. Lagi pula, impian-impian kita yang paling liar masih produk dari kimia organik.
Menyeruak keluar dari alam organik bisa juga memungkinkan kehidupan akhirnya menyeruak keluar dari planet bumi. Selama 4 miliar tahun, kehidupan tetap terkurung dalam satu bintik mungil planet ini karena seleksi alam membuat semua organisme akhirnya tunduk pada kondisi-kondisi unik batu melayang ini. Bakteri yang paling tangguh pun tidak akan bertahan hidup di Mars. Sebaliknya, suatu kecerdasan artifisial non-organik akan sangat mudah mengolonisasi planet-planet alien. Karena itu, penggantian kehidupan organik dengan makhluk-makhluk in-organik bisa menabur bibit imperium galatika masa depan yang dikuasai oleh jenis tuan Data.
Akhinya tulis Harari, pada abad ke-21, proyek besar ketiga manusia adalah mendapatkan kekuatan ilahiah penciptaan dan destruksi untuk kita, kemudian meningkatkan homo sapiens menjadi homo deus. Proyek ketiga ini jelas memasukkan dua proyek pertama, dan digerakkan oleh keduanya. Kita menginginkan kemampuan untuk merekayasa ulang tubuh dan pikiran kita secara berurutan, di atas semua, untuk meloloskan diri dari usia tua, kematian, dan penderitaan, tetapi begitu kita mendapatkannya, siapa pula yang tahu apa yang kita lakukan dengan kemampuan seperti itu? Jadi mungkin kita bisa berpikir agenda baru manusia sesungguhnya hanya berisi satu proyek (dengan banyak cabang): mencapai keilaihian.
@AOS
Rekayasa biologis dimulai dengan pandangan bahwa kita masih jauh dari mewujudkan potensi penuh tubuh organik kita. Selama 4 milyar tahun seleksi alam telah mengutak-atik tubuh-tubuh ini sehingga kita berubah dari ameba menjadi reptil, lalu mamalia hingga sapiens. Meski demikian, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa sapiens adalah stasiun terakhir. Secara relatif, perubahan-perubahan gen, hormon, dan neuron cukup untuk mentransformasi homo erectus - yang tak bisa menghasilkan apa-apa yang mengesankan selain pisau yang tajam - menjadi homo sapiens, yang menghasilkan pesawat ruang angkasa dan komputer. Siapa tahu, apa yang akan dihasilkan dari beberapa perubahan lagi pada DNA, sistim hormon, atau struktur otak kita. Rekayasa Bio tidak akan menunggu dengan sabar seleksi alam untuk mengerjakan sihirnya. Para perekayasa biologilah yang akan menggarap tubuh sapiens lama, dan secara sengaja menulis ulang kode genetikanya, menata ulang sambungan sirkuit otak, mengubah keseimbangan biokimiawinya, dan bahkan menumbuhkan organ-organ baru.
Rekayasa Cyborg akan bergerak maju selangkah di depannya, menggabungkan tubuh organik dengan alat-alat non-organik seperti tangan bionik, mata artifisial, atau jutaan robot nano yang akan menavigasi aliran darah kita, mendiagnosis, dan memperbaiki kerusakan. Cyborg seperti itu bisa memiliki kemampuan yang jauh di luar kemampuan tubuh organik mana pun. Misalnya semua bagian dari satu tubuh organik harus dalam kontak langsung dengan tubuh-tubuh organik lainnya agar berfungsi. Jika otak seekor gajah berada di India, kedua mata dan telinganya ada di Cina, dan kakinya ada di Australia, maka gajah itu sangat mungkin mati, sekalipun dalam pengertian tertentu ia hidup, ia tidak bisa melihat, mendengar, atau berjalan. Sebaliknya, cyborg bisa eksis dalam beberapa tempat yang berbeda pada pada saat yang sama. Seorang dokter cyborg bisa menjalankan operasi darurat di Tokyo, di Chicago, dan di stasiun ruang angkasa Mars, tanpa meninggalkan kantornya di Stockholm. Ia hanya membutuhkan koneksi internet cepat, dan beberapa pasang mata dan tangan bionik. Kalau dipikir-dipikir lagi, mengapa harus sepasang? Bukan empat? Itu pun sesungguhnya bahkan tidak berguna. Mengapa cyborg harus memegang pisau bedah dengan tangannya sendiri kalau bisa menghubungkan pikirannya langsung dengan alat-alat?
Ini mungkin terdengar seperti fiksi sains, tetapi itu sudah menjadi realitas. Belum lama ini sejumlah monyet sudah belajar untuk mengendalikan tangan dan kaki bionik yang dilepaskan dari tubuh mereka, melalui elektroda yang di tanam di otak. Para pasien lumpuh mampu menggerakkan organ-organ bionik atau mengoperasikan komputer dengan kekuatan pikiran saja. Sekarang ada helm elektrik "pembaca pikiran" yang bisa dari jarak jauh mengendalikan alat-alat elektronik di rumah anda. Helm ini tidak butuh pencangkokan otak. Ia berfungsi dengan membaca sinyal-sinyal elektrik yang menjalar di kulit kepala anda.
Kendati demikian, rekayasa cyborg tetap dianggap konservatif, mengingat asumsinya bahwa otak organik akan tetap menjadi pusat pengendali kehidupan. Pendekatan yang lebih berani membebas-tugaskan bagian-bagian organik sekaligus, dan berharap merekayasa benda-benda non-organik sepenuhnya. Jaringan saraf akan digantikan oleh perangkat lunak pintar, yang bisa menyusuri dunia virtual dan non-virtual, yang bebas hambatan-hambatan kimiawi organik. Setelah 4 miliar tahun berkelana di dalam lingkup organik, kehidupan akan menyeruak pada keluasan alam in-organik dan akan mengambil bentuk-bentuk yang tidak bisa kita bayangkan, bahkan dengan impian kita yang paling liar sekalipun. Lagi pula, impian-impian kita yang paling liar masih produk dari kimia organik.
Menyeruak keluar dari alam organik bisa juga memungkinkan kehidupan akhirnya menyeruak keluar dari planet bumi. Selama 4 miliar tahun, kehidupan tetap terkurung dalam satu bintik mungil planet ini karena seleksi alam membuat semua organisme akhirnya tunduk pada kondisi-kondisi unik batu melayang ini. Bakteri yang paling tangguh pun tidak akan bertahan hidup di Mars. Sebaliknya, suatu kecerdasan artifisial non-organik akan sangat mudah mengolonisasi planet-planet alien. Karena itu, penggantian kehidupan organik dengan makhluk-makhluk in-organik bisa menabur bibit imperium galatika masa depan yang dikuasai oleh jenis tuan Data.
Akhinya tulis Harari, pada abad ke-21, proyek besar ketiga manusia adalah mendapatkan kekuatan ilahiah penciptaan dan destruksi untuk kita, kemudian meningkatkan homo sapiens menjadi homo deus. Proyek ketiga ini jelas memasukkan dua proyek pertama, dan digerakkan oleh keduanya. Kita menginginkan kemampuan untuk merekayasa ulang tubuh dan pikiran kita secara berurutan, di atas semua, untuk meloloskan diri dari usia tua, kematian, dan penderitaan, tetapi begitu kita mendapatkannya, siapa pula yang tahu apa yang kita lakukan dengan kemampuan seperti itu? Jadi mungkin kita bisa berpikir agenda baru manusia sesungguhnya hanya berisi satu proyek (dengan banyak cabang): mencapai keilaihian.
@AOS
No comments:
Post a Comment